NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 17

Langkahnya tenang tapi pasti. Selesai shalat magrib, Ustadz Yassir mengganti gamisnya dengan kemeja santai berwarna gelap, celana bahan bersih tanpa lipatan, dan jaket ringan yang cocok dengan cuaca malam. Tak lupa minyak wangi favoritnya dipakai secukupnya.

Dia berdiri sebentar di depan cermin. Rambutnya disisir ke belakang, janggutnya dirapikan, lalu bibirnya mengulas senyum kecil.

“Masya Allah… malam ini saya kayak mau lamaran lagi,” gumamnya sambil mengambil buket bunga ungu dari meja.

Di tangan kanannya, buket mawar berwarna lavender dibungkus rapi dengan pita perak. Tidak kecil. Malah cenderung besar. Mencolok. Harum semerbak.

“Bismillah,” ucapnya pelan lalu keluar dari rumah dengan langkah mantap.

Sesampainya di lobi rumah sakit, mata-mata langsung tertuju ke arahnya. Beberapa perawat menahan tawa kecil, petugas keamanan membetulkan posisi topi, dan seorang pasien tua bahkan menepuk pundak cucunya sambil berbisik.

“Siapa tuh? Ustadz artis?” tanya seorang ibu muda sambil menyikut temannya.

“Bukan. Itu suaminya dokter Zamara, yang seksi tapi shalihah itu,” jawab temannya pelan sambil menahan senyum kagum.

Yassir melangkah santai, buket masih di tangan. Tak terlalu peduli dengan tatapan-tatapan aneh yang datang dari segala arah. Tapi jelas terlihat, setiap langkahnya makin menarik perhatian.

“Masya Allah, suami siapa sih segitu niatnya,” ujar seorang suster muda sambil menatap kagum.

“Aku jadi pengen cepet nikah,” celetuk temannya sambil nyengir.

Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Zamara keluar dengan jas dokter masih melekat di tubuhnya. Matanya terlihat lelah, tapi langsung membesar waktu melihat siapa yang menunggunya.

“Mas... Ya Allah, ngapain bawa bunga segede ini?” ucap Zamara setengah terkejut, setengah malu.

Yassir tersenyum lebar, lalu menyodorkan buket itu dengan dua tangan.

“Karena kamu baru selesai nyelamatin orang. Jadi, rasanya pantas kalau pahlawan malam ini dapat hadiah istimewa,” ujarnya lembut.

Zamara tertawa kecil. Wajahnya bersemu. Tangannya menerima bunga itu dengan pelan, lalu menatap suaminya tanpa kata.

“Kalau bikin orang satu rumah sakit ngelihatin kita, itu emang udah niat, ya?” sindir Zamara gemas.

Yassir mengangguk santai. “Niat banget,” jawabnya tegas, lalu menggamit lengan sang istri dan berjalan keluar dari rumah sakit.

Dari kejauhan, dua perawat yang masih berdiri di depan lift saling menatap.

“Romantisnya keterlaluan,” seru yang satu.

“Gimana nggak iri coba?” imbuh yang lain sambil menghela napas panjang.

Mobil melaju perlahan keluar dari area rumah sakit. Lampu-lampu kota memantul di kaca jendela, sedangkan Zamara duduk bersandar sambil memeluk buket mawar ungu di pangkuannya.

“Mas, nanti sampai rumah tolong langsung bilang ke Abi sama Umi, ya. Aku pengen malam ini kita makan bareng. Tapi bukan di rumah,” ucap Zamara sambil menoleh ke arah Yassir.

“Mau makan di mana?” tanya Yassir sambil tetap fokus ke jalan.

Zamara tersenyum tipis. “Aku udah booking restoran bintang lima. Michelin star yang kamu pernah bilang pengen nyobain, tapi nggak jadi-jadi.”

Yassir melirik sekilas ke arahnya lalu mengerutkan kening. “Serius malam ini?”

“Iya, Mas. Aku pengen rayain operasi tadi cukup berat. Tapi alhamdulillah sukses dan pasiennya selamat,” katanya pelan, ada nada lega di suaranya.

Yassir mengangguk sambil tersenyum. “Baik. Kita ajak semua?”

“Semua,” tegas Zamara. “Abi Mahmud, Umi Sarah, Mama Salamah, Papa Lukman, terus Bayu, Salsabila, Salwa, Faris, Gilang, Annisa, Aliyah, Ahmad. pokoknya nggak boleh ada yang tinggal. Aku udah atur meja besar.”

Yassir tersenyum lebih lebar. “Malam ini kamu emang paling cantik dan paling niat.”

Zamara tertawa kecil. “Kan biar mereka juga ngerasa dihargai udah banyak bantu kita.”

Sesampainya di rumah, Yassir langsung masuk dan mencari Ayah angkatnya. “Abi, Umi, Mama, Papa semua siap-siap ya. Zamara ngajak makan di luar. Restoran bintang lima.”

Bayu yang lagi duduk di karpet langsung berdiri. “Restoran bintang lima? Seriusan, Bang?”

Salwa menoleh dari dapur sambil nyeletuk, “Aku belum dandan, eh!”

Faris menyahut dari tangga, “Gue pake batik boleh nggak?”

“Boleh. Yang penting rapi dan nggak nyebelin,” kata Salsabila sambil ngikik.

Bu Salamah keluar dari kamar sambil bawa kerudung. “Ini maksudnya kita semua ikut?”

Zamara muncul di ambang pintu dan mengangguk mantap. “Iya, Ma. Malam ini semua harus ikut. Aku yang traktir. Anggap aja syukuran kecil.”

Pak Lukman tersenyum lebar. “Wah kalau gitu Papa nggak boleh kalah gaya, dong.”

Anak-anak tertawa rumah itu seketika berubah suasana. Dari yang tadinya santai, mendadak ramai semua bersiap dan bersemangat.

Dan malam itu, satu mobil besar dan dua mobil tambahan berangkat menuju restoran mewah di pusat kota.

Sebuah malam syukuran kecil yang penuh cinta dan kebersamaan, di bawah langit yang bersih tanpa awan.

Lampu-lampu gantung kristal menggantung megah dari langit-langit restoran. Aroma wangi rempah eksotis menyambut mereka sejak di pintu masuk.

Interior bergaya Eropa klasik berpadu dengan ornamen kayu khas Jawa, membuat suasana mewah tapi tetap ramah.

“Ya Allah... ini tempat makan atau istana?” celetuk Faris begitu masuk.

“Piringnya aja kayak pajangan museum,” sambung Salman sambil duduk hati-hati.

Gilang nyenggol bahu Ahmad. “Jangan sampe nyenggol gelas harganya bisa bikin nangis.”

Salwa dan Aliyah duduk berdampingan, cekikikan pelan sambil ngelirik lampu gantung di atas meja.

Zamara berdiri di ujung meja bundar panjang itu, senyum sumringah. “Kita kumpul di sini karena aku mau traktir kalian semua.”

“Traktir?!” seru Annisa kaget. “Ini restoran bintang lima, Kak!”

“Kenapa? Enggak percaya aku punya suami keren?” ucap Zamara sambil lirik Ustadz Yassir.

“Bukan soal Mas Yassirnya sih,” timpal Umar. “Cuma kita biasa makan pecel lele, sekarang disuguhin foie gras.”

Ustadz Yassir tertawa pelan. “Sekali-kali enggak apa-apa. Anggap aja syukuran kecil-kecilan karena Zamara habis berhasil operasi pasien langka.”

“Lagian ini juga bentuk terima kasih kami buat keluarga yang selalu dukung kami dari awal,” tambah Zamara pelan.

Pak Mahmud senyum bijak. “Kami malah bersyukur lihat kalian kompak, saling isi, saling kuatkan.”

“Kalau bisa tetap seperti ini selamanya, bahagia kami udah sempurna,” sambung Bu Sarah.

Pelayan datang, membawakan menu. Isinya penuh nama-nama masakan asing yang bikin dahi berkerut.

“Eh, ini apa ya?” bisik Salwa sambil tunjuk duck à l’orange.

“Bebek manja,” bisik Gilang sambil tahan tawa.

“Yang ini nih, truffle risotto, pasti nasi goreng level sultan.” Faris berseru.

Ustadz Yassir buka suara. “Pesan aja apa yang kalian mau. Jangan lihat harga ini kesempatan langka.”

Zamara menimpali, “Kalau nanti makanan datang dan rasanya aneh, jangan komentar ya. Kita belajar hargai rasa dari negara lain.”

“Siap, Bu Dokter,” sahut Ahmad sambil hormat.

Makanan datang satu per satu. Piring porselen mengkilat disusun rapi, saus ditata artistik, daging dipotong simetris.

Annisa cicip sedikit, lalu bisik, “Kayaknya aku tetap pilih rendang deh.”

“Tapi beneran sih, ini pengalaman berharga,” kata Aliyah.

“Aku enggak nyangka bisa makan di tempat kayak gini bareng orang-orang tersayang.” timpalnya Aliyah.

Zamara pegang tangan Ustadz Yassir di bawah meja. “Mereka bahagia, Mas.”

“Alhamdulillah,” sahutnya pelan. “Semua ini hadiah dari Allah.”

“Dan juga hasil kerja keras kita berdua,” bisik Zamara.

“Aku berjanji akan bahagiakan kalian sebelum waktunya tiba,” batinnya Zamara.

Malam itu penuh tawa. Bukan soal rasa makanan atau kemewahan tempatnya, tapi karena duduk bersama dalam cinta, doa, dan syukur yang tak putus-putus.

Berselang beberapa menit kemudian…

Lift terbuka tepat di lantai utama pusat perbelanjaan mewah itu. Kilauan lampu, musik lembut, dan aroma parfum mahal langsung menyambut langkah rombongan besar itu.

Salman melongo. “Kak kita serius masuk sini?”

“Yup,” jawab Zamara santai sambil pegang tangan Ustadz Yassir. “Sekarang waktunya belanja!”

“Belanja?” ulang Salwa kaget. “Di mal ini?!”

“Mar, kamu enggak salah ajak tempat nih?” tanya Ustadz Yassir setengah bisik.

“Mas, ini hadiah kecil buat mereka semua. Anggap aja bonus jadi keluarga Zamara,” jawab Zamara sambil senyum nakal.

“Boleh ambil apa aja, Kak?” tanya Faris masih setengah percaya.

Zamara angguk mantap. “Apa saja bebas. Ambil yang kalian suka, enggak usah mikir harga.”

Annisa langsung jingkrak. “Ya Allah, ini kayak mimpi!”

Aliyah peluk Salwa sambil teriak pelan. “Beneran gak pranked?”

Gilang udah lari duluan ke toko sepatu. Ahmad, Bayu dan Faris nyusul ke rak jaket. Salwa langsung seret Annisa dan Aliyah ke butik muslimah.

Ustadz Yassir geleng-geleng sambil ketawa. “Kita udah kayak rombongan ziarah, tapi isi keranjang belanja semua.”

Pak Lukman mendekat ke Zamara. “Nak, kamu yakin kuat bayar semua ini?”

Zamara tersenyum lembut. “Pak, selama aku bisa bahagiain orang-orang yang tulus, dompet insya Allah selalu cukup.”

Bu Salamah usap punggung Zamara. “Kamu bukan cuma dokter, kamu juga anak yang luar biasa.”

“Semua ini enggak sebanding sama doa-doa kalian buat aku sama Mas,” ucap Zamara haru.

Beberapa jam berlalu kantong belanja mulai menumpuk di troli.

“Mar, aku beli dua sarung, satu gamis, dan satu peci. Udah cukup ya?” ujar Ustadz Yassir sambil senyum kalem.

“Mas beli sedikit banget nggak apa-apa ambil lagi, loh,” goda Zamara.

“Aku cukup liat senyum kalian Itu hadiah terbaik.” balasnya ustadz Yassir.

“Gombalnya gak pernah libur, ya,” bisik Zamara sambil cubit pelan lengannya.

Semua berkumpul di area tengah. Wajah-wajah bahagia, penuh tawa, peluh dan rasa syukur.

“Mar,” panggil Gilang sambil tunjuk keranjang penuh sepatu. “Boleh titip bawa pulang pake mobil truk gak?”

Zamara tertawa lebar. “Kalo sampai butuh truk, aku yang nyetir sekalian.”

Malam itu, bukan cuma barang yang mereka bawa pulang, tapi juga kenangan manis, cinta tanpa pamrih dan hangatnya jadi satu keluarga di tengah dunia yang sering kali dingin.

Dalam mobil, mereka semua masih heboh membahas barang-barang yang barusan dibeli.

"Salwa beli gamis lima biji, aku cuma dua! Curang!" celetuk Annisa sambil manyun.

"Nggak curang dong, tadi aku buru-buru soalnya kamu kelamaan milih-milih!" bela Salwa sambil ngikik.

Zamara yang duduk di depan bareng Ustadz Yassir, hanya tersenyum. Tangannya sibuk membuka tas kecil berwarna krem.

Satu per satu, ia mengeluarkan amplop bening dan menoleh ke belakang.

"Eh sebelum kita sampai rumah, aku mau kasih sesuatu."

Semuanya langsung diam matanya memusat ke arah Zamara.

"Apa lagi, Kak?" tanya Ahmad curiga.

Zamara menengok dan menyodorkan beberapa amplop berlogo bank ternama.

"Ini buat kalian semua buku tabungan saldo awalnya udah aku isi. Dan tabungan ini khusus buat biaya sekolah kalian. Dari sekarang sampe S2 nanti dan setiap bulan Mbak akan isi," imbuhnya Zamara.

“Hah?!”

Suara itu nyaris serempak. Bahkan sopir pun sempat menoleh lewat kaca spion.

“Beneran, Kak?!” Faris teriak kecil. “Buat sekolah sampe S2?!”

Zamara angguk sambil senyum. “Insya Allah, semuanya aku usahakan. Kalian fokus aja belajar gak usah mikir biaya.”

Bu Salamah spontan menutup mulutnya matanya berkaca-kaca. “Ya Allah, Nak Zamara ini terlalu besar.”

“Gak ada yang terlalu besar buat keluarga yang tulus,” jawab Zamara pelan. “Kalau aku bisa bantu, kenapa enggak?”

Pak Lukman menarik napas panjang. “Kamu ini luar biasa.”

Gilang masih melongo sambil pegang buku tabungan barunya. “Kak Zamara ini pasti tajir melintir.”

“Enggak cuma kaya harta, Kak Zamara juga kaya hati,” ujar Aliyah lirih, memeluk buku tabungannya erat-erat.

“Boleh gak aku nangis?” tanya Salwa pelan.

“Boleh, asal jangan mewek di depan toko emas. Nanti dikira kamu baru ditinggal nikah,” celetuk Annisa menertawakan dirinya sendiri sambil lap air mata juga.

Ustadz Yassir meremas lembut tangan Zamara. “Kamu memang kejutan dalam hidupku.”

Zamara membalas genggamannya. “Yang penting, mereka semua bisa sukses. Itu cukup buat aku bahagia.”

Mobil melaju pelan di jalan yang mulai sepi. Tapi dalam hati mereka semua, ada riuh rasa syukur yang tak berhenti berbunyi.

“Ini hanya hadiah kecil untuk kalian dan aku akan berikan kebahagiaan untuk kalian walaupun itu hanya sementara waktu, maaf,” Zamara membatin.

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!