Prasetya terpaksa menikahi perempuan pilihan orang tuanya karena desakan dari orang tuanya, namun selama pernikahan dia tidak pernah mencintai perempuan yang telah menjadi istrinya itu karena hatinya sudah memilih perempuan lain yang menjadi kekasihnya selama mereka masih sekolah. Namun demi memenuhi keinginan orang tuanya dia rela menikahi perempuan pilihan orang tuanya.
Namun ternyata wanita pilihannya tidaklah sebaik yang dia kira selama ini, kekasihnya ternyata memiliki sifat jahat yang hanya ingin menguasai harta miliknya. Dia pun juga memanipulasi perasaan Prasetya dengan berpura-pura menjadi wanita yang baik di hadapannya. Tetapi, sifatnya berbeda ketika di belakang Prasetya. Dia bahkan memfitnah istri pertama Prasetya agar dia terlihat jelek di mata suaminya dan Prasetya tidak akan pernah menyukai istri pertama itu yang ternyata memiliki hati yang baik seperti malaikat.
Akankah kejahatannya bisa terbongkar dan memperlihatkan sifat aslinya itu?! bisakah Jasmine bertahan?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phoenixsoen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17 Terungkap
Pras yang mendapatkan telpon dari nomor Jasmine segera mengangkatnya, saat telpon sudah tersambung Pras langsung menjawabnya.
"ada apa Jasmine, aku masih rapat tidak bisa berbicara lam.." ucapan Pras terputus ketika mendengar suara laki-laki asing di sebrang telpon.
"maaf pak, ini saya Gunawan satpam sekolah tempat Bu Jasmine mengajar. Saya ingin memberitahukan kalau Bu Jasmine saat ini pingsan di sekolah. Saya menghubungi bapak karena nomor bapak tersimpan sebagai nomor darurat di ponselnya Bu Jasmine" ucap Gunawan dengan suara sedikit gemetar.
"bagaimana kondisi istri pak?! Apa dia baik-baik saja?!" tanya Pras sedikit khawatir.
"Bu Jasmine masih pingsan pak tapi tidak luka. Saat ini di sekolah juga sudah sepi karena guru-guru yang lain sudah pulang lebih awal karena hujan deras. Apakah bapak akan menjemput Bu Jasmine?!" ungkap Gunawan dengan sedikit panik.
Pras tampak berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Gunawan, jika dia menjemput Jasmine berarti Pras harus meninggalkan rapatnya. Namun jika dia tidak menjemput Jasmine Pras takut kalau hal tersebut sampai ke telinga papanya dan membuat dia dihukum oleh papanya. Dengan penuh pertimbangan matang Pras pun akhirnya menjawabnya.
"baiklah pak Gunawan saya menjemputnya ke sekolah. Saya akan tiba dalam waktu 15 menit" ucap Pras kemudian beranjak dari mejanya.
"Reno, tolong kamu ambil alih rapat ini, saya akan menjemput istri saya di sekolahnya. Setelah selesai tolong laporkan semuanya pada saya" perintah Pras pada asistennya.
"baik pak, akan saya lakukan seperti perintah bapak dengan baik" ucap Reno menyanggupi.
Pras pun langsung mengambil kunci mobilnya dan jas yang tergantung di kursi. Dia segera berjalan cepat menuju parkiran untuk menaiki mobilnya. 10 menit kemudian dia pun sampai di sekolah Jasmine, dilihatnya sekolah tampak gelap gulita tanpa penerangan. Hanya pos satpam yang tampak terang dengan cahaya dari lentera minyak.
Pras lantas memarkirkan mobilnya di depan pos satpam itu dan segera berlari keluar menuju pos satpam itu. Saat sampai tampak Jasmine masih belum sadarkan diri dan terbaring di sofa di temani oleh beberapa orang satpam yang sudah cukup tua.
"bagaimana istri saya pak?!" tanya Pras saat melihat kondisi Jasmine.
"Bu Jasmine masih belum sadar pak" ucap satpam yang sudah cukup tua.
"saya akan bawa istri saya pulang sekarang" ucap Pras yang kemudian mengangkat tubuh Jasmine dan memindahkannya ke mobil.
Pras pun membaringkan tubuh Jasmine di kursi belakang mobil dan meletakan barangnya di kursi depan. Pras kemudian mengemudikan mobilnya keluar dari sekolah. 10 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah dengan keadaan rumah yang masih gelap. Hujan yang belum reda dengan disertai guntur dan petir masih saling bergemuruh dengan kilatan cahayanya.
Dengan cepat Pras mengendong tubuh Jasmine masuk ke rumah dan membaringkan tubuhnya di kamar bawah. Kondisi rumah yang gelap menyulitkan Pras untuk membawa Jasmine ke kamar atas dan memilih membawa Jasmine ke kamar bawah. Pras mencoba untuk menyalakan lampu di ponselnya, setelah dirasa ruangan kamarnya cukup terang Pras mencoba membangunkan Jasmine dengan cara menepuk pipinya dengan lembut.
"Jasmine, bangun Jasmine" ucap Pras dengan menepuk-nepuk pipi Jasmine pelan.
Namun setelah mencoba beberapa kali Jasmine tetap tidak merespon panggilan Pras, merasa napas Jasmine terlihat berat Pras pun mencoba melepaskan kain cadar yang menutupinya. Pras pun mengambil minyak angin yang ada di tas Jasmine dan menaruhnya di bawah hidung mancung Jasmine. Namun Jasmine masih tidak bangun juga, Jasmine justru malah meracau.
"ummii... Ja.. jangan ting... Galkan Jasmine sendiri... Ummii... Jasmine takut... Gelap sekali ummii... Jasmine takut" racau Jasmine dengan mata yang masih memejam.
Kondisi yang gelap membuat Pras tidak bisa melihat wajah Jasmine dengan jelas, namun Pras bisa merasakan tubuh Jasmine yang bergetar ketakutan. Wajahnya basah dengan keringat dingin yang bercucuran, saat Pras hendak beranjak untuk mengambil handuk kering tiba-tiba tangannya di tahan oleh tangan Jasmine yang memegangnya.
"jangan pergi... Ummii... Baba.." ucapnya lirih pelan.
Pras pun kembali duduk di tepi ranjang dan mengusap wajah Jasmine yang basah dengan keringat dingin.
"saya disini Jasmine.. Kamu tidak perlu takut lagi" ucap sambil memegang tangan Jasmine.
Tidak lama kemudian lampu pun kembali menyala ditengah hujan yang masih deras disertai kilatan cahaya petir. Mata Pras yang semula terbiasa dalam kini mulai terasa silau dengan sorotan cahaya lampu. Pras memejamkan matanya sejenak untuk membiasakan matanya dengan cahaya lampu yang menyala. Saat membuka matanya kembali Pras langsung bisa melihat wajah Jasmine yang tidak tertutup cadar di wajahnya.
Saat melihat wajah cantik Jasmine Pras seketika membeku ketika melihat wajah Jasmine yang tidak tertutup cadar terlihat jelas di mata Pras. Wajah yang selama ini dia kira cacat buruk rupa itu ternyata begitu cantik sempurna, bahkan lebih cantik di bandingkan wajah Viona yang selama ini di lihat oleh Pras. Pras seketika membekap mulutnya seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat di depannya.
"bidadari surga..." ucapan itu lolos begitu saja dari mulut Pras tanpa di sadari.
Jantung Pras mulai berpacu lebih cepat dari biasanya, tidak disangka bahwa wajah Jasmine begitu sempurna tanpa cacat. Jasmine yang mulai sadar perlahan membuka matanya, dia mengedip-ngedipkan matanya untuk menyesuaikan penglihatan nya dengan sekitar. Ketika dia sudah membuka matanya sempurna Jasmine melihat Pras yang duduk menghadapnya sedang mematung memandangi dirinya. Sadar dirinya tidak memakai cadar Jasmine lantas menutup wajahnya dengan refleks.
Namun dengan cepat tangan Pras menahan tangan Jasmine yang menghalanginya, diturunkan nya tangan Jasmine perlahan oleh Pras supaya dia bisa melihat wajah Jasmine tanpa penghalang. Gugup dirasakan oleh Jasmine ketika Pras melihat dirinya begitu dalam, jantungnya begitu berisik dengan degup yang begitu cepat. Jasmine pun diam dalam hening kamar itu sebelum akhirnya Jasmine mulai bicara ketika di rasa jaraknya dengan Pras semakin dekat.
"m... Mas, mau a.. Apa?!" tanya Jasmine dengan gugup dan refleks memundurkan wajahnya menjauh dari Pras. Jasmine pun memalingkan wajahnya dari tatapan Pras.
"lihat aku Jasmine, pandang wajahku" ucap Pras sambil memegang dagu Jasmine agar menoleh padanya.
Tubuh Jasmine seketika tegang mendapat sentuhan Pras di wajahnya, badannya pun mendadak gemetar saat Pras memajukan wajahnya mendekati wajah Jasmine. Merasa takut Jasmine memejamkan matanya tidak ingin melihat apa yang akan di lakukan Pras padanya.
"bolehkah aku meminta hak ku atas kamu Jasmine?!" ucap Pras seketika.
Mendengar kata itu mata Jasmine langsung membulat sempurna, dia melotot mantap wajah Pras yang ada di depannya. Otaknya seketika buyar seolah seperti mal fungsi saat mendapatkan permintaan seperti itu dari suaminya. Sadar akan statusnya sebagai istri sahnya Jasmine pun akhirnya mengangguk menyetujui permintaan Pras.
"i...iya.. Mas, boleh" ucap Jasmine lirih.
Entah dorongan dari mana Pras pun mulai melakukan aksinya, entah karena nafsu atau nalurinya sebagai seorang normal yang terpesona oleh kecantikan Jasmine Pras mulai mencium bibir kecil Jasmine yang berwarna merah muda alami. Pras mulai mencumbui Jasmine dengan lembut, mulutnya mulai meraup bibir Jasmine dengan semakin liar dan berani. Pras menggigit pelan bibir Jasmine agar terbuka sedikit dan Pras pun mulai memainkan lidah Jasmine di dalam mulutnya.
ciuman pun semakin liar dan panas sesekali Pras melepaskan ciumannya saat mulai kehabisan nafas. Pras pun mulai melucuti satu persatu pakaian yang di pakai oleh Jasmine mulai dari jilbab yang menutupi kepalanya sambil terus mencumbui sang istri dengan penuh hasrat. Sampai akhirnya penyatuan keduanya pun benar-benar terjadi malam itu, Jasmine mulai mengeluarkan suara-suara desahan kenikmatan saat Pras bermain dengan tubuhnya begitu liar.
Jasmine pun menjerit ketika kejantanan Pras mulai menerobos miliknya yang masih sempit, air matanya mulai mengalir dari celah kelopak matanya saat milik Pras berhasil masuk sepenuhnya. Ada rasa sakit yang di rasakan Jasmine sesaat yang kemudian berubah menjadi kenikmatan yang membawa Jasmine pada surga duniawi. Kegiatan panas itu berlangsung cukup lama sampai keduanya benar-benar kelelahan karena aksi tersebut menguras tenaga mereka. Tubuh Pras mulai menegang ketika dia merasakan ada lonjakan yang seperti akan keluar dari tubuhnya, Pras kemudian menggelinjang saat merasakan sesuatu keluar dari miliknya. Setelah menuntaskan hasratnya tubuhnya pun seketika ambruk di atas tubuh Jasmine yang sama-sama merasakan gejolak luar biasa tersebut. keduanya pun akhirnya tertidur dengan saling memeluk satu sama lain, tidak lupa Pras memberikan kecupan di pucuk kepala Jasmine sebagai tanda penghormatannya pada Jasmine.