Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Di akhir part ada 17+ mohon bijak ya dalam membaca, kalau ada yang kurang berkenan silahkan komentar. Aku tunggu loh saran dan kritiknya.
Flashback
60 Menit sebelum Aldi datang, Anna yang sedang duduk di balkon apartemen milik Mytha di kejutkan dengan kehadiran Indra. Indra yang sudah merindukan Anna, a khirnya memeluk pinggang ramping Anna.
"Kau semakin kurus saja, sayang." ujar Indra yang sambil memeluk erat tubuh Anna.
"Hm.. Aku memang semakin kurus." ujar Anna meng iyakan ucapan Indra. "Aku merindukanmu, Indra. Kau kenapa lama sekali di Jakarta?" tanya Anna tatapannya masih sama.
"Maaf, Sayang. Aku sangat di sibukkan oleh pekerjaan disana. Maafkan aku sayang." ucap Indra menyesal. "Bagaimana kabarmu sekarang?" Indra bertanya sambil mengurai pelukan Anna.
"Baik.." singkat Anna, Anna menatap Indra sedang menyelidik. "Baiklah, aku tak baik sekarang. Aku sedang menghindari Aldi." ucapnya sambil menundukkan kepala.
Indra menautkan kedua Alisnya, "kenapa kau menghindarinya?" tanya Indra penasaran, yah. Bagaimana dia tidak penasaran? Selama yang Indra tahu Anna tak pernah mau menghindar dari Aldi, tapi ntah kenapa sekarang dia ingin menghindari Aldi. Bukankah itu hal aneh?
"Aku sebenarnya ingin dia menyelesaikan hubungannya dengan Mila." ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
"Lalu?" tanya Indra, Anna hanya mendongak menatap Indra. "Lalu? Kenapa kau tidak menemani Aldi, Anna? Apa kau lupa setiap nasihat yang aku berikan kepadamu? Hadapi masalah itu Anna, jangan kau malah menghindarinya. Keputusanmu dengan menghindar dari masalah yang Mila ciptakan itu bukan alasan Anna. Kau harus bisa bertanya kepada Mila kenapa dia masih mau menjadi kekasih Aldi, sedangkan kau sudah---"
"MILA MEMBUNUH ANAKKU INDRA!!!" teriak Anna tepat di depan wajah Indra, dan membuat Indra menutup mulutnya seketika. Indra mencerna ucapan Anna. Dan sedetik kemudian dia menatap perut Anna beserta muka Anna. "Yah, aku beberapa hari yang lalu masuk Rumah sakit, aku dinyatakan hamil. Dan di saat itu pula Janin yang masih berumur Tiga Minggu harus rela aku angkat, karena siapa? Karena Mila. Dia mendorongku, hingga perutku terkena ujung meja dan tanpa aku sadari aku sudah berbadan dua. Dia.. Dia.." Indra menarik Anna dalam pelukannya, menyisir lembut anak rambut Anna yang berada di bahunya yang bergetar.
"Maaf, aku tidak tahu jika kejadiannya seperti itu." sesal Indra. Dan dapat dia rasakan jika Anna menganggukkan kepalanya.
"Mila melakukan itu kepadaku, karena aku sudah bilang kepadanya jika Aldi tak lagi mencintainya. Dia mencintaiku, tapi ternyata amarahnya mengalahkan segalanya, dia buta akan kemarahan dan dia langsung mendorongku. Hingga.. Hingga.." Anna tak sanggup menyelesaikan perkataannya, dia sudah tak bisa berkata apa apa ketika dia mengingat semua perlakuan Mila kepadanya.
Selama satu jam Indra menemani Anna, menenagkan Anna yang masih labil akibat kehilangan bayinya. Miris memang, disaat dia sudah di percayai oleh Tuhan, tapi dengan segera pula Tuhan mengambil lagi apa yang sudah dia titipkan. Mungkin jika sebagian orang berkata "Sudah, jangan difikirkan. Anggap saja itu bukan rezeki kamu." tapi sebagai seorang Ibu, atau lebih tepatnya calon seorang Ibu, dia merasakan kesakitan yang sangat kental di hatinya. Mungkin Anna bisa tersenyum bagaikan tak ada masalah apapun, tapi jauh di dalam hatinya, dia merasakan sakit yang teramat sakit melebihi melihat Aldi dan Mila dulu saat mereka tak memakai baju dikamar suaminya.
"An, aku harus pulang. Apa kau tak apa aku tinggal sendiri?" pamit Indra saat melihat Anna menonton acara drama turkinya.
Anna menoleh tepat saat drama yang dia tonton sedang iklan. Dan senyuman telah terbit di wajahnya. "Hmm.. Pergilah, ayo, aku antar sampai di depan pintu." ucapnya sambil merangkul lengan Indra dengan manja. Yah, itulah Anna. Dia selalu menunjukkan sifat manjanya hanya kepada Indra, bukan kepada Aldi atau yang lain.
Anna dan Indra sudah berada di depan pintu apartemen Mytha, dan secara tidak sengaja pula mereka bertemu Mytha yang baru saja pulang dari minimarket yang ada di ujung pertigaan jalan. "Lo mau pulang, Ndra?" tanya Mytha basa basi.
Indra yang masih bercanda dengan Anna akhirnya menolehkan kepalanya tepat di manik mata Mytha. "Heem.. Sudah lama aku disini, nggak enak juga kan kalau terus terusan disini. Nggak enak sama tetangga." ujarnya dengan tawa renyahnya. Mytha hanya menganggukkan kepalanya, lalu berlalu ke dalam untuk meletakkan barang belanjaannya. "Aku pulang ya sayang." ucap Indra sambil memeluk tubuh ramping Anna. Anna menganggukkan kepalanya tanpa membalas ucapan Indra.
Dan saat Indra ingin melepaskan pelukan hangatnya, betapa kagetnya Anna ketika kerah baju Indra di tarik paksa oleh Aldi. Anna yang melihat itu hanya bisa membatu beberapa detik hingga dia mendengar bunyi 'BUGH' yang tak lain adalah Aldi memukul Indra tepat di wajahnya, hingga membuat sudut bibir Indra berdarah.
Mytha yang baru saja ingin membuka lemari pendingin mendengar keributan di depan apartemennya langsung keluar, dan betapa terkejutnya dia ketika dia melihat Indra yang sudah jatuh tersungkur akibat pukulan dari Aldi. "Indra.." lirihnya sambil menutup mulutnya.
Flashback End.
Aldi Pov
Betapa terkejutnya aku, ketika aku melihat Anna dan lelaki yang paling aku benci sedang berpelukan tepat di pintu apartemen Mytha temannya Anna. Dan tanpa fikir panjang pula aku langsung menghadiahkan bogem mentah ke sudut bibirnya hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah walau hanya sedikit.
Amarah dan cemburu yang aku miliki bisa mengalahkan semuanya. Aku tak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Hingga tanpa aku fikirkan jika aku melakukan kesalahan apa tidak. Anna dan Indra adalah sahabat, seharusnya aku tak seperti itu. Ucapan Anna menghangatkan ku ketika dia menciumku dan memeluk ku di depan Roy dan beberapa sahabatnya membuat aku sedikit tenang tak seemosi tadi.
"Maaf.." lirihku ketika aku sudah masuk di dalam kamar yang Anna tempati saat dia menginap disini. Anna yang duduk di ujung ranjang hanya bisa menghela nafas beratnya.
"Kamu seharusnya tidak melakukan hal seperti itu, Al." ucapnya ntah untuk berapa kali.
"Aku crmburu Anna." ucapku jujur. Aku tak ingin menyembunyikan kecemburuanku. "Aku terlalu cemburu, kau milikku dan aku tak mau kau disentuh oleh siapapun." ujarku posesif.
Aku sebenarnya tak mau terlihat seperti remaja labil, yang masih saja tak percaya pada pasangannya. Tapi, sekali lagi aku cemburu dan apa aku salah jika aku mencoba mengutarakan kecemburuanku seperti itu? Bermain fisik seperti tadi.
"Baiklah, kau akan ku maafkan. Tapi, kau harus meminta maaf kepada Indra, kasihan dia tidak salah apapun." ujarnya dengan suara lembut, seperti biasanya. Dan juga sepertinya dia sudah tak marah lagi kepadaku.
"Baiklah. Aku akan minta maaf kepada Indra. Huh, dia selalu saja memdapat perhatian lebih darimu." ujarku dengan nada yang terkesan sinis. Dan seketika itu juga Anna melemparkan tatapan tajam dan membunuhnya. "Oke, oke fine. Aku akan minta maaf kepadanya Anna." ujarku lagi yang merasa tertindas akibat tatapan mata Anna yang terkesan membunuh itu.
Seperti apa yang Aldi bilang kepada Anna di kamar tadi, dia akan meminta maaf kepada Indra, dan dia sudah melakukannya. Walau Aldi sempat sangsi melakukan hal itu, tapi dia tetap melakukannya, agar dia tak terkena amukan Anna lagi.
Kini Roy dan Indra sudah pulang, sedang Aldi, Mytha, dan Anna masih berada di ruang tengah apartemen. Anna dan Mytha yang suka akan drama turki harus kesal kepada sifat Aldi yang selalu mengganggu acara menonton mereka. Terkadang Aldi dengan sengaja memindah acara langsung sepak bola, berita, kartun, dan sebagainya. Hingga membuat Anna memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamar.
"Kenapa kau ke kamar sayang?" tanya Aldi dengan senyum yang tercetak di wajahnya.
Anna hanya melengos, tak menjawab pertanyaan Aldi. 'Apa kau tak tahu Al, jika sekarang sungguh aku ingin memakanmu hidup hidup.' Ucapnya dalam hati.
Aldi yang medapat perlakuan itu dari Anna hanya tersenyum simpul lalu mendekat dan mencium tengkuk Anna yang terbuka. Karena rambut panjangnya sudah dia gelung ke atas. "Maaf sayang jika harus dengan cara itu membuatmu masuk ke dalam kamar ini." ucap Aldi.
Anna masih terdiam walau dia menggigit dalam bibirnya karena tahu jika sentuhan Aldi membuatnya bergairah. Aldi yang tahu jika Anna hanya diam menerima apapun yang dia lakukan maka dengan cepat dia merengkuh tubuh Anna lalu menidurkannya ke atas ranjang.
Aldi menciumi bibir Anna dengan liar seperti dia tak akan bertemu Anna lagi. Anna yang masih menggigit bibir dalamnya masih bisa menetralkan raut wajahnya yang masih terlihat datar. Padahal, dia sudah merah padam menahan gairah yang Aldi berikan. Padahal, Aldi hanya menciumnya saja. Belum membuka seluruh bajunya.
"Akhh..." akhirnya pertahanan Anna luntur juga, apalagi ketika Aldi mencium bukit kembarnya. Anna sudah tak perduli lagi dengan emosi yang tadi menyerangnya. Dia kini hanya larut akan sentuhan tangan Aldi. "Akh.. Al.." desahnya ketika tangan kanan Aldi memainkan Intinya. Anna mencengkram erat seprai yang ada di dekatnya. Wajah yang awalnya datar, kini sudah merah padam karena gairah yang tak bisa dia tahan.
Semakin keras desahan yang Anna berikan maka semakin cepat pula Aldi memainkan inti Anna. Hingga dalam hitungan detik, Anna meneriakkan namanya pertanda dia mendapat kepuasan hanya dari tangan Aldi.
"Kau cantik, An." ucap Aldi saat dia menyeka peluh Anna dan pandangan mereka bertemu. Anna yang mendengar itu hanya bisa tersenyum tipis.
"Akh.. Aldi... K--" ucapan Anna terputus akibat ciuman yang sudah Aldi berikan. Anna yang awalnya ingin protes karena penyatuan mereka kini merasa kalah karena ciuman Aldi yang tepat Aldi berikan kepada Anna secara tiba tiba.
Bahkan Anna tidak sadar, sejak kapan Aldi sudah melepaskan pakaian yang menempel di tubuhnya. Ntahlah, Anna tak mau memikirkan hal itu.
Aldi dan Anna hanya mampu mendesah kenikmatan saat Aldi dengan irama teratur memaju mundurkan pinggulnya.
Dia hanya bisa mendesah dan mengcengkram erat payudara Anna yang terasa pas di tangannya, payudara kecil dengan puting yang berwarna pink itu menggoda Aldi agar untu segera menikmatinya.
"Al. Aku mau sampai."
"Kita bareng, An." ucap Aldi hampir bebarengan dengan ucapan Anna.
Dalam hitungan menit Aldi dan Anna sama sama melepaskan kerinduan yang sudah tertahan selama seminggu ini. "Al.."
ucap Anna saat Aldi sudah menggulirkan tubuhnya ke samping Anna dan menyelimutinya dengan bedcover.
Aldi memiringkan wajahnya agar bisa menatap Anna. "Hmmm.." ucapnya sambil merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik Anna.
"Apa tak apa kita melakukan ini? Bukankah aku baru saja keguguran?" tanya Anna yang kini sudah menatap manik mata Aldi.
Aldi hanya bisa menghela nafas, "Aku tak tahu, tapi aku rasa tidak apa apa. Selama kau tak sakit." ucap Aldi tak acuh, dan itu langsung mendapat tatapan tajam dari Anna. "Aku benar benar tak tahu Anna. Dan juga, besok aku akan berdiskusi dengan dokter yang kemarin memeriksamu." ujar Aldi sambil mengelus rambut Anna dengan sayang.
Anna hanya bisa diam, lalu dia merengkuh tubuh Aldi yang masih bercampur dengan keringatnya untuk dia peluk. "Aku tak sakit Al, tapi aku takut saja jika kita masih belum boleh melakukan hal itu." ujar Anna sambil memainkan jarinya di dada bidang Aldi.
"Maafkan Aku, An. Aku tak tahan saat aku sudah bertemu denganmu tadi." Aldi terdiam sesaat. "An, kau tak akan meninggalkanku lagi, kan?" tanya Aldi sambil mengurai pelukannya.
Anna menatap manik mata Aldi yang menatapnya Intens, di manik mata itu dia dapat melihat jika Aldi memohon kepadanya, memohon agar dia tak meninggalakannya lagi. "Iya, Al." ucap Anna membuat Aldi tersenyum. "Tapi, aku mohon agar kau tak kembali disisi Mila lagi." ujar Anna sambil menatap manik mata suaminya. Aldi hanya bisa menganggukkan kepalanya dan mengecup puncak kepala Anna dengan sayang.
"I Love You, An.." ujar Aldi sambil menutup matanya. 'I Love You Too, Al." Anna menjawab dari dalam hati.
BERSAMBUNG