Dicintai empat orang pria tampan dan kaya adalah keberuntungan seorang perempuan cantik bernama Tania.
Keempat pria berbeda profesi itu bersaing melakukan segala cara untuk merebut perhatian dan mendapatkan cinta Tania.
Persaingan cinta keempat pria itu semakin memanas, saat mereka mengetahui, Tania menyukai salah satu dari mereka.
Hingga suatu hari, Tania yang sudah didesak ibunya untuk segera menikah, buru-buru mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.
Yuk, baca gimana seru, romantis dan bucinnya para pria ini dalam mengejar cinta Tania.
Kira-kira, siapa yang Tania sukai ya?
Bosnya yang berstatus duda, atau brondong rekan kerjanya? atau Dokter cinta pertamanya ataukah sang mantan kekasih yang aktor terkenal?
Jangan lupa, tinggalkan jejak yang baik dengan like, komen, subscribe dan beri vote serta ⭐⭐⭐⭐⭐ jika kamu suka.
UPDATE KARYA TIAP HARI PUKUL 7.00 WIB dan PUKUL 19.00 WIB. Tetap stay disini, jangan kemana-mana okey 🤭 MAKASIH 😍 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 17
Sepanjang jalan menuju rumah sakit, Tania tidak berhenti menangis dan berdoa untuk keselamatan Mike. Dia merasa sangat bersalah karena tadi bersikap jutek dan marah-marah pada Mike. Tania pikir, kecelakaan Mike ada hubungan dengan sikapnya yang sedari tadi membuat Mike kecewa.
"Ku mohon Mike, jangan mati. Aku akan merasa sangat berdosa karna permintaan maafmu yang belum kuterima." Ucap Tania kalut, membayangkan sesuatu yang buruk yang bisa saja menimpa Mike.
Setibanya dirumah sakit, Tania justru kesulitan untuk bisa masuk rumah sakit untuk melihat keadaan Mike. Begitu banyak wartawan dan petugas yang berada di depan rumah sakit.
Keadaan terlihat heboh seperti pasar, karena banyak para dokter dan perawat serta petugas rumah sakit yang kewalahan menghadang serbuan para wartawan yang haus berita itu agar tidak menyelinap masuk kedalam rumah sakit yang terpaksa dijaga banyak petugas.
Tania menangis dan meraung sendiri karena tak bisa menemui Mike yang belum diketahui keadaannya. Tanpa sengaja, mata Tania tertumbuk pada sepasang suami istri yang terlihat sedih, berpelukan saling menguatkan.
"Bukankah itu kedua orang tua Zyan?" Hati Tania jadi makin tak karuan.
Apalagi ketika seorang dokter yang lewat, dicegat oleh kedua orang tua Zyan.
"Dok, bagaimana dengan keadaan dokter Zyan?" tanya ibu Zyan yang terlihat sekali sangat pucat dan panik.
Tania terkejut ketika ibunya Zyan menanyakan keadaan Zyan pada dokter itu.
"Sabar buk, para dokter sedang berusaha menolong dokter Zyan, keadaannya lumayan parah akibat kecelakaan itu. Ibu dan bapak tolong tenang dan banyak berdoa. Semoga dokter Zyan baik-baik saja." Jawaban yang diberikan sang dokter, membuat ibu Zyan makin sedih, dan menangis dalam pelukan ayahnya Zyan yang berusaha menenangkan istrinya.
Tania yang ikut menguping pembicaraan mereka, makin terkejut mendengar berita tentang Zyan yang ternyata ikut menjadi korban kecelakaan tersebut. Tubuhnya terasa gemetar hebat dan nyaris jatuh kelantai, andai tidak ada seseorang yang tiba-tiba muncul memeganginya dari belakang.
"Chi-chiko?" Tania tertegun melihat kehadiran Chiko yang kini mendekapnya dalam pelukan.
"Aku tahu kamu pasti akan berlari kesini karena berita Mike yang heboh itu." Ujar Chiko tanpa melepaskan pelukannya dari Tania.
"Ini bukan Mike saja, Zyan, Zyan...,huhuhu..." Tania tak sanggup lagi menahan kesedihannya. Dia mengumbar tangisnya dalam pelukan Chiko yang berusaha menenangkannya.
"Sabar Tania. Aku juga baru tahu, Mike dan Zyan ngebut di jalan tol dan bertabrakan."
"Maksudmu?! Aku nggak paham." Tania jadi bingung. Bagaimana mungkin Mike dan Zyan bisa saling bertabrakan di jalan tol.
"Ada saksi mata yang bilang, Mike dan Zyan saling balap-balapan di jalan tol dan mobil Zyan nggak sengaja ketabrak oleh mobil Mike." Jelas Chiko mengejutkan Tania.
Rasa bersalah makin mendera perasaan Tania. Tania bisa menduga, balap-balapan itu terjadi pasti karena dirinya. Tangisan Tania kembali pecah, menyesali dirinya yang selalu sial dan membawa sial untuk orang-orang yang ada didekatnya.
"Semua karena aku. Mike dan Zyan kecelakaan karena aku." Isak Tania dalam pelukan Chiko yang kelimpungan untuk membujuk Tania.
"Kamu nggak boleh ngomong sembarangan Tania. Ini bukan gara-gara kamu. mereka aja yang belagu. Sok-sok an balapan." Dengus Chiko jadi kesal karena ulah Mike dan Zyan, Tania menyalahkan dirinya sendiri.
Tania juga tak habis pikir, kenapa Zyan dan Mike bisa kebut-kebutan begitu. Padahal, selama ini Zyan terkenal stay cool dan penyabar. Entah apa yang membuat sifat pria itu jadi keluar jalur. Sedangkan Mike, Tania sudah biasa menghadapi sifatnya yang memang gampang tersulut emosi.
"Aku mau lihat Mike dan Zyan. Aku harus tahu gimana keadaan mereka berdua saat ini." Tutur Tania serak melepaskan diri dari pelukan Chiko.
"Lebih baik kita pulang. Apa kamu nggak liat, ada banyak wartawan di sini yang punya maksud sama denganmu. Lagian, orang tua Mike dan Zyan pasti juga ada disini. Kamu bakalan kena imbas rasa sedih dan amarah yang kini mereka rasakan." Cegah Chiko memegangi tangan Tania, membujuknya agar pulang.
Tania sejenak terdiam. Hatinya jadi gundah gulana.
"Lihat bajumu itu. Apa kamu mau masuk berita dengan baju seperti itu? CK CK CK..." Chiko menggeleng-gelengkan kepalanya melihat penampilan Tania yang asal-asalan dengan baju tidur bermotif Sponge Bob yang di kenakan perempuan itu.
Tania langsung tersadar memperhatikan penampilannya yang masih mengenakan baju tidur dan memakai sandal rumahan berbulu yang ada boneka kelinci dengan kupingnya yang lebar panjang.
Malu, Tania jadi malu sendiri. Apalagi melihat senyuman yang disembunyikan Chiko dengan memalingkan wajah kearah lain.
"Antar aku pulang!" Hentak Tania merungut kesal, menahan malu karena ditertawakan Chiko diam-diam.
"Oke bos!" kedip Chiko melingkarkan jarinya membentuk huruf O.
"Tania!"
Tania dan Chiko urung pergi dan menoleh kearah asal suara yang memanggil nama Tania. Seorang perempuan setengah baya, terlihat tergopoh-gopoh menghampiri Tania dan memeluk Tania erat.
"Tania, syukurlah kamu segera kesini sayang. Kamu pasti sudah dengar berita tentang Mike. Ayo ikut Tante, Mike pasti senang kalau tahu kamu ada disini." Ucap perempuan setengah baya yang masih kelihatan cantik itu sendu dan menarik tangan Tania.
"Tapi Tante...," Tania makin gundah menatap Chiko yang balas menatapnya bingung, menduga-duga siapa perempuan yang menarik tangan Tania.
"Mamanya mike!" Bisik Tania membuat Chiko ikut gundah.
"Tante bersyukur, kamu ada disini menemani Tante. Tante rasa, Tante nggak bakalan sanggup menghadapi ujian ini sendirian. Huhuhu..." Tangis wanita separuh baya yang sudah lama menjanda karena papanya Mike sudah lama meninggal itu, langsung pecah tak tertahankan.
Sesaat suasana sedih menyelimuti mereka. Tania memeluk tubuh mama Mike dan mengusap-usap punggungnya untuk memberi perempuan itu kekuatan dalam menghadapi cobaan yang tengah mereka alami saat itu.
Chiko yang awalnya ingin mengajak Tania pulang, akhirnya terpaksa ikut menemani mamanya Mike yang kelihatan sangat sedih karena putra satu-satunya mengalami kecelakaan karena ulahnya sendiri.
Akhirnya, berkat mamanya Mike yang memperlihatkan identitasnya diam-diam pada seorang penjaga, mereka bisa lolos dan menyelinap masuk kedalam rumah sakit lewat pintu belakang.
Untung saja, para wartawan tidak mengetahui siapa orang tua Mike yang sedari dulu, memang sengaja ditutupi oleh Mike karena permintaan Mamanya yang ingin hidup tenang tanpa di ekspos ke media sosial.
Mereka bertiga pun jadi aman dan bisa memantau keadaan Mike yang masih berada dalam ruang operasi.
Tania sempat melihat kedua orang tua Zyan yang juga sudah berada di depan ruang operasi yang sama. Kedua orang tua Zyan tak kalah panik dan sedihnya dengan mamanya Mike.
Perasaan Tania sangat tersiksa sekali waktu itu. Jantungnya berdebar-debar dan tak hentinya berdoa untuk Mike dan Zyan.
Chiko yang berada di sampingnya jadi ikut gelisah dan was-was. Dia jadi ingat perdebatannya dengan Zyan tadi sore. Ada rasa bersalah menghantui pikirannya.
Andai dia membiarkan Zyan dan Tania pergi berdua, mungkin Zyan tidak akan bertemu Mike. Kebut-kebutan itu mungkin tak terjadi. Hanya saja, Tania dan Zyan pasti akan bahagia karena bebas berduaan. Chiko bisa melihat gerak gerik Tania yang jelas-jelas menyukai Zyan.
Detik demi detik terus berlalu, menit terus berganti. Setelah dua jam lebih menunggu, ruang operasi dimana Mike dan Zyan sedang diselamatkan para dokter-dokter ahli, tampak dibuka.
Kedua orang tua Zyan dan mamanya Mike, bergegas menemui para dokter yang baru keluar dari operasi. Mereka sudah tak sabar ingin mengetahui keadaan anak mereka.
"Bagaimana keadaan anak saya Mike, dok?" tanya mama Mike.
Disusul oleh ibu Zyan yang juga menanyakan hal yang serupa. "Keadaan anak saya dokter Zyan, dok?" Ibu Zyan menatap penuh harapan.
Begitu juga dengan mama Mike, menatap dokter penuh harapan.
Para dokter itu saling berpandangan sejenak dan menghembuskan nafas panjang.
"Syukurlah, kedua anak ibu selamat. Meski kondisinya masih kritis, namun saya yakin, mereka berdua bisa melewati masa kritis mereka secepatnya." Jawab salah satu dokter berusaha memberi jawaban yang menenangkan hati kedua perempuan yang merupakan ibu Mike dan Zyan.
Jawaban itu, seketika membuat perasaan seluruh orang yang ada disana lega, termasuk Tania. Meski belum pasti bagaimana keadaan Mike dan Zyan yang sebenarnya, namun mendengar mereka sudah selamat saja, sudah cukup melegakan.
*****
Apa benar mereka bisa melewati masa kritis mereka?
Yuukk... Pantau kelanjutan ceritanya ya guys...
Makasih buat yang selalu setia membaca 🤗❤️❤️❤️❤️🌹
Jangan lupa like, komen, vote, gift, ⭐⭐⭐⭐⭐
BERSAMBUNG....
terimakasih Oma untuk karya terbaiknya 🥰
titip 3 mawar buat pak Rudi ditunggu panggilan sayangnya hehe
sampai bertemu lagii 💝