NovelToon NovelToon
Rahasia Kuil Naga

Rahasia Kuil Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Epik Petualangan
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: Lien Machan

Di jantung hutan misterius, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Konon katanya, Kuil tersebut menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang bisa menggemparkan dunia.

Sampai saat ini banyak yang mencari keberadaan kuil kuno tersebut, namun sedikit orang yang bisa menemukannya.

Akan tetapi, tak ada satupun yang berhasil kembali hidup-hidup setelah memasuki kuil kuno itu.

Sebenarnya, kisah apa yang tersimpan di dalam kuil kuno tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lien Machan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 34

Bab 34~Penangkapan Xia Lien.

Qilin bernama Shanyuan itu terlihat sedang mengobrol bersama Tie Chie, sang harimau putih. Kedua binatang spirit itu sedang mendiskusikan sesuatu dengan serius.

"Kau yakin dia bisa dipercaya? Bukankah semua manusia sama saja?!" Shanyuan tak percaya akan penjelasan Tie Chie.

Namun, Tie Chie tetap menjelaskan bahkan terkesan memuji Zhang Yuze di hadapan Shanyuan agar Qilin itu terkesan.

Setelah diskusi panjang lebar, akhirnya Qilin Shanyuan memutuskan sesuatu yang membuat Tie Chie senang.

"Kau jangan senang dulu, Tie Chie. Aku hanya memberi kesempatan padanya sekaligus mengawasi gerak-geriknya. Jika dia mengecewakanku, maka sekalipun kau temanku itu tak akan bisa menghalangiku untuk membunuhnya." Shanyuan berkata dingin seolah memberikan ancaman, bukan sekedar peringatan semata.

Tie Chie mengangguk setuju karena ia yakin bagaimana tabiat Zhang Yuze yang sesungguhnya. Ia percaya bahwa pemuda tersebut bisa memegang teguh prinsipnya karena memiliki hati yang baik serta tulus.

Shanyuan menatap heran pada temannya. Segitu percayanya ia pada manusia yang baru ditemuinya, padahal tak ada yang istimewa dalam diri Zhang Yuze.

"Tuanku, ada yang ingin disampaikan oleh Shanyuan." Tie Chie berbicara sambil menunduk.

Wajah Zhang Yuze menoleh ke arahnya, kemudian melirik Qilin Shanyuan di sampingnya yang berdiri tegak dengan kepala mendongak serta membusungkan dada_terlihat sombong.

"Ya, ada apa?" Nada bicaranya terdengar ramah sampai menarik perhatian Qilin. Zhang Yuze bahkan berjalan lalu mengusap kepala Tie Chie dan menanyakan kondisinya.

Pemandangan itu membuatnya kagum sekaligus iri. Namun, Shanyuan masih belum percaya sepenuhnya pada manusia akibat pengkhianatan yang terjadi ratusan tahun silam.

"Langsung saja ke intinya. Aku Shanyuan, penguasa Gunung Hantu, wilayah barat, mengajukan kontrak darah denganmu. Bersediakah Tuan menerimanya?!" Terdengar formal tapi tetap dingin.

Zhang Yuze melirik Tie Chie yang mengangguk cepat, kemudian ke arah teman-temannya yang juga melakukan hal sama.

Terdiam sejenak sebelum menjawab, Zhang Yuze lantas mengajukan pertanyaan balik. "Mengapa kau ingin melakukan kontrak darah denganku? Bukankah kau tak suka diperintah oleh manusia?"

Pertanyaan itu membuat Shanyuan bungkam. Sejujurnya memang ia tak suka jika diperintah apalagi oleh manusia yang dianggap makhluk remeh, tapi Shanyuan harus membuktikan perkataan Tie Chie tentang tuannya itu.

"Anda berbeda," sahutnya singkat tanpa mau menjelaskan karena itu hal paling merepotkan menurutnya.

Walaupun jawaban Shanyuan tak membuatnya puas, tapi Zhang Yuze tetap mengangguk pertanda setuju. Saat ini dirinya tak boleh membuang waktu hanya untuk memperdebatkan hal tak berguna.

Tawaran Shanyuan untuk melakukan kontrak darah dengannya saja itu sudah lebih dari cukup sebab katanya sangat sulit untuk menjinakkan Qilin penguasa wilayah barat ini.

Tanpa menunda lagi, Zhang Yuze pun melakukan kontrak darah sesuai prosesnya dan menjadikan Shanyuan sebagai salah satu pengikut selain Tie Chie, sang harimau putih.

Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan sesuai tujuan awalnya. Namun sesampainya di persimpangan, Xia Lien meminta izin untuk kembali ke desanya dengan alasan tertentu. Zhang Yuze pun tak bisa menghalangi sebab itu adalah privasinya.

Akhirnya Zhang Yuze pun melanjutkan perjalanan hanya seorang diri seperti sebelumnya.

Tadinya ia ingin kembali ke Kuil Naga untuk menemui Shizen terlebih dahulu, tapi Tie Chie dan Shanyuan menyarankan melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara.

"Kalau menurut kalian seperti itu, baiklah! Aku memang tak punya waktu karena harus segera kembali ke Desa untuk menjemput Ibuku." Zhang Yuze menyetujuinya.

"Tuan, bagaimana kalau Anda naik ke punggung saya agar kita cepat sampai di wilayah Utara? Saya bisa berlari secepat angin,"

Zhang Yuze langsung menolak tawaran baik Tie Chie. "Tidak, Tie Chie. Selama aku masih bisa berjalan, aku akan mengandalkan kakiku. Tapi, terima kasih untuk niat baikmu."

Shanyuan ikut menimpali, "Bukankah kita bisa menghemat waktu dan kembali ke Desa sesegera mungkin? Kenapa__"

"Aku tahu, Shanyuan. Tapi, aku ingin mengandalkan diri sendiri agar tidak selalu bergantung pada kalian berdua. Sebaiknya kalian tidak menampakkan diri di hadapan orang lain atau menarik perhatian mereka." pungkas Zhang Yuze.

Keduanya terdiam saling melirik, lalu mengangguk tak bisa membantah. Setelah itu, keduanya pun kembali menghilang ke dalam ruang penyimpanan.

Zhang Yuze menghela napas lalu berjalan lagi menyusuri hutan agar bisa sampai di wilayah Utara.

Awan mendung menggantung di atas Kota Rembulan, pertanda badai yang akan segera tiba. Di gerbang kota sudah berdiri tegak para prajurit kerajaan yang dipimpin oleh jendral Xiu menghalangi jalan.

"Berhenti, Tuan Putri!"

Xia Lien dan kedua pengawal pribadinya lantas menghentikan langkahnya.

"Ada apa ini?!" tanyanya sembari melempar tatapan sengit.

Jendral Xiu memerintahkan para prajurit untuk menggeledah barang bawaan serta pakaian ketiganya tanpa peduli status. Tentu saja perbuatannya itu membuat Xia Lien murka.

"Apa-apaan ini, Jendral Xiu? Beraninya memperlakukan Putri Xia Lien seperti itu? Cari mati, hah?!" Lee Wei bergerak sembari menghunus pedang ke arahnya.

Tanpa menghilangkan sikap kasar dan dinginnya, jendral Xiu lantas mendorong Lee Wei hingga mundur beberapa langkah ke belakang. "Menyingkirkan! Jangan menghalangi tugasku!"

Setelah itu ia pun berdiri tepat di hadapan Xia Lien. "Tuan Putri, kau dituduh mencuri lencana milik Putri Xia Lan. Jadi, ku harap kau bisa bekerja sama." Tak ada kata atau tindakan sopan yang mencerminkan seorang bawahan pada keluarga kerajaan. Justru jendral Xiu memperlihatkan tatapan mencemooh seolah Xia Lien bukan siapa-siapa.

Sialan.

"Kau telah melewati batas, Jendral. Jangan kurang ajar pada Yang Mulia Putri!" bentak Junjie.

Jendral Xiu menyeringai sambil memutar bola matanya, terlihat menyebalkan.

"Aku diperintahkan langsung oleh Yang Mulia Raja untuk menangkap kalian. Jadi, untuk apa aku bersikap sopan? Prajurit, tangkap para pengkhianat ini!" titahnya langsung.

Para prajurit kerajaan maju serentak dengan menghunus pedang dan tombak.

Pertarungan dimulai.

Lee Wei dan Junjie bergerak dengan kecepatan kilat, menari di antara para prajurit kerajaan. Setiap tebasan pedangnya akurat dan mematikan, menjatuhkan para prajurit satu per satu.

Keduanya saling bertukar posisi melindungi Xia Lien agar rahasianya tak terbongkar. Jika semua orang tahu bahwa Xia Lien bisa ilmu pedang, maka tak menutup kemungkinan kabarnya akan sampai ke telinga raja dan ratu.

Namun, para prajurit kerajaan jumlahnya terlalu banyak. Mereka mengepung ketiganya dari segala arah, menyerangnya tanpa henti. Lee Wei dan Junjie harus bertahan dengan sekuat tenaga, menghindari serangan dan mencari celah untuk membalas.

Jendral Xiu terus memperhatikan pertarungan itu dengan tatapan dingin. Ia tahu bahwa Lee Wei dan Junjie adalah prajurit yang tangguh hingga keduanya diangkat menjadi pengawal pribadi oleh mendiang ratu untuk Xia Lien.

Tetapi jendral Xiu yakin bahwa ia akan menang pada akhirnya jika bisa menangkap Xia Lien dan menjadikannya sebagai tawanan.

Persetan dengan rasa hormat sebab ia diperintahkan langsung oleh raja untuk menangkap mereka.

"Tangkap mereka bagaimanapun caranya!"

Para prajurit kerajaan semakin meningkatkan serangan tanpa ragu walaupun yang diserang saat ini adalah putri kerajaan.

Sring ... Sring ...

Zraaat

Para prajurit tumbang dengan luka tebas bahkan mati tertusuk pedang. Melihat hal itu membuat Xia Lien sedih karena ini berdampak buruk bagi pertahanan gerbang. Jika prajurit banyak yang tewas, maka pertahanan gerbang kota akan menurun dan itu merugikan kerajaan.

Xia Lien berusaha membujuknya. "Hentikan semua ini, Jendral Xiu! Para prajurit akan mati sia-sia,"

Jendral Xiu mengangkat tangannya, seketika serangan pun terhenti. "Kalau begitu, Tuan Putri harus mau ikut kami dengan sukarela." Seringainya membuat siapapun muak melihatnya.

Tanpa berunding lagi, Xia Lien pun menyetujuinya. Namun, tidak dengan kedua pengawalnya.

"Tidak, Yang Mulia! Sekalipun kami mati, kami tak akan membiarkan Tuan Putri masuk ke dalam jebakan mereka!" Lee Wei dan Junjie berusaha menahan.

"Wei, Jun, aku tidak bisa melihat para prajurit mati sia-sia untuk melawan kita. Biarkan mereka hidup untuk melindungi kerajaan dan rakyat Bixian."

"Tapi__"

"Jangan membantah lagi, ini perintah dariku! Kalian berdua harus mencari tahu semuanya. Ratu dan putri tercintanya itu pasti sedang merencanakan sesuatu yang besar." bisik Xia Lien. "Cepat pergi!"

"Kalian semua akan menyesal!" teriak keduanya.

Lee Wei dan Junjie pun langsung melesat tanpa bisa dicegah. Walaupun jendral Xiu memerintahkan untuk mengejar, namun pergerakan keduanya tak bisa diikuti hingga mereka kehilangan jejak.

"Ayo, Jendral!" Xia Lien menyerahkan diri.

...Bersambung ......

1
angin kelana
Masukan aja,banyak penulis yg setingnya fantasi timur tpi pake istilah barat,jd bacanya rancu aja kek gak nyambung,mungkin untuk martial bisa di ganti seni beladiri.lanjuuuuut💪💪💪
angin kelana
ada misterinya nie lanjuuuuttt...
angin kelana
lanjuuutt
angin kelana
lanjuuuutt
angin kelana
awal ceritanya menarik,keknya fantasi timur di lanjuuuuttttt...
Mamat Stone
/CoolGuy//Casual/
Mamat Stone
apa omong /Panic//Doubt/
Mamat Stone
sukses selalu Thor
Mamat Stone
sehat selalu Thor
Mamat Stone
/Determined/
Mamat Stone
/Angry/
Mamat Stone
/Gosh/
Mamat Stone
/Toasted/
Abil Amar
g nyambung alur ceritanya
Elisabeth Ratna Susanti
setuju 👍
𒆜ⁱᵃᵐⱮαgιѕɳα༻
Tetab semangat, Machan!
Jangan kendor karena retensi.🙈
Fighting!
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
keren banget bab ini 🥰
Elisabeth Ratna Susanti
maaf baru sempat mampir lagi di karya keren ini
Mamat Stone
/Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!