Kimi Azahra, memiliki keluarga yang lengkap. Orang tua yang sehat, kakak yang baik, juga adek yang cerdas. Ia miliki semuanya.
Namun, nyatanya itu semua belum cukup untuk Kimi. Ada dua hal yang belum bisa ia miliki. Perhatian dan kasih sayang.
Bersamaan dengan itu, Kimi bertemu dengan Ehsan. Lelaki religius yang membawa perubahan dalam diri Kimi.
Sehingga Kimi merasa begitu percaya akan cinta Tuhannya. Tetapi, semuanya tidak pernah sempurna. Ehsan justru mencintai perempuan lain. Padahal Kimi selalu menyebut nama lelaki itu disetiap doanya, berharap agar Tuhan mau menyatukan ia dan lelaki yang dicintainya.
Belum cukup dengan itu, ternyata Kimi harus menjalankan pernikahan dengan lelaki yang jauh dari ingin nya. Menjatuhkan Kimi sedemikian hebat, mengubur semua rasa harap yang sebelumnya begitu dasyat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmbunPagi25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Film Horor
Pagi ini Bunda sudah siap dengan pakaian gamis panjangnya yang dipadukan dengan hijab hitam instan nya.
Arkan membantu Bunda nya dengan menyeret koper ukuran sedang lalu memasukannya ke dalam bagasi mobil hitam milik sepupunya.
"Kalian nanti nyusul, yah. Nak!" Ucap Bunda pada Kimi yang hanya mengangguk pelan.
"Nanti, Bunda. Kita berangkatnya sehari sebelum Hari H. "Jawab Arkan seraya menatap Bunda yang mengangguk.
Bunda berangkat lebih dulu ke tempat adiknya Bunda. Berada disana selama seminggu sebelum hari pernikahan sepupunya, Namita. Anak dari Bibi nya, Yunda.
"Titip Bunda, Yah, Kei!" Ucap Arkan pada Keinan, adik dari Namita yang datang untuk menjemput Bunda.
"Aman, Bang!"Jawab Keinan seraya memasuki mobilnya yang diikuti Bunda, setelah mereka berpamitan.
Kimi melambaikan tangannya pada mobil hitam itu yang mulai menjauh, Kimi tahu jika Bunda masih menatapnya dengan melambaikan tangan dari balik kaca pintu mobil.
Sekarang hanya ada Arkan dan Kimi dirumah saat ini, disaat hari weekend. Yang artinya, lelaki itu sedang tidak mengajar. Kimi ingin pergi ke tokonya saja, saat Arkan mengajaknya untuk berkunjung ke tempat Papa dan Mama yang membuat Kimi mengurungkan niatnya untuk pergi ke Cake castle miliknya.
Dan disinilah mereka berada sekarang. Di rumah Minimalis yang dulu telah ia huni bertahun-tahun. Mereka sedang berada di halaman belakang, sementara Mama mengajak Arkan untuk berkebun sayur, karena rumah sedang sepi.
Papa sedang tidak ada dirumah, karena pergi bersama Mas Raka untuk meninjau lokasi untuk pembangunan kontrakan yang baru. Sedangkan Kak Yana, sedang hangout bersama teman-temannya dan juga Rania. Dan Alam, Kimi tidak tahu anak itu sedang kemana.
Kimi menoleh pada Arkan dan juga Mama yang sedang mengobrol sembari memindahkan bibit lombok yang sudah di semai ke dalam lubang tanam. Ia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun, Kimi tahu jika mereka sedang membicarakan hal serius. Kimi tidak ingin mengganggu obrolan mereka. Jadi, ia kembali fokus pada kegiatannya sekarang.
"Biasanya, Ar. Cuma Yana yang mau bantuin Mama berkebun sayur begini. Kalau Kimi, dari jaman sekolah dulu, dia senangnya cuma pas lagi panen. " Ucap Mama Amy di sela kegiatannya.
Arkan menatap Mama Amy, dari sekali lihat pun Arkan tahu jika Mama Amy tersenyum saat menceritakan putrinya. Bahkan mata itu sesekali melirik Kimi yang sedang kesana kemari untuk memetik tomat. Keranjangnya sekarang sudah penuh berisi tomat yang sudah matang.
"Kimi itu anaknya susah untuk nurut, Ar. Keras kepala. Mama dan Papa sering geleng kepala melihat kelakuannya. " Mama Amy terkekeh. "Tapi, Ar. Sebenarnya Kimi itu aslinya lembut. Yang ngga dimiliki oleh Yana maupun Alam. Dia banyak ngalah dalam hal apapun. "
Di situlah Arkan dapat melihat binar kasih sayang yang tersirat dikedua mata Mama Amy. Kemudian tatapan itu beralih padanya dan binar itu telah berganti dengan sebuah pengharapan. "Mama ingin kamu menyayangi Kimi, Nak. Memperlakukan nya sebaik yang kamu mampu. Jika bisa, lebih baik dari cara Mama dan Papa dalam memperhatikan Kimi."
Entah karena apa, Arkan mampu menganggukan kepalanya, keyakinan itu tiba-tiba saja mengendap di dasar hatinya. Memberinya keberanian untuk berucap sesuatu yang jelas memiliki tanggung jawab besar serta janji yang terdapat di dalamnya.
"Saya akan mengusahakan yang terbaik, Ma. Memberi Kimi kasih sayang dan juga akan memperlakukan nya sebaik yang saya mampu."
Arkan tahu dikedua mata Mama Amy tersirat perasaan lega di dalamnya. Sesuatu itu yang membuat Arkan semakin yakin dengan kalimat yang ia ucapkan sebelumnya.
Semuanya terdistraksi oleh kedatangan Alam yang berjalan dengan langkah lebar menemui Arkan dan Mama.
"Abang, Ar!" Panggil nya. Arkan menoleh seraya menaikan kedua alisnya saat melihat Alam yang tersenyum simpul.
"Nih!"Alam memperlihatkan layar hp nya pada Arkan yang kebingungan.
" apa, ini?" Tanyanya tidak mengerti.
"Tiket nonton, lah. Bang!" Jawab Alam dengan malas. "Aku udah boking tiket duluan, jadi ngga perlu takut kehabisan." Lanjutnya seraya menjelaskan tentang tiket yang ia pesan secara online itu.
"Maksudnya, kamu ngajak Abang nonton bareng?" Arkan dapat melihat ekspresi Alam yang melongo mendengar penuturan nya.
"Kamu dan Kimi yang nonton bareng, Ar." Ucap Mama Amy ikut menimpali.
"Iya, Bang. Aku udah bareng teman ku. Ini untuk Abang sama tuh orang. " Alam menunjuk Kimi dengan dagu nya.
Kimi tidak mengerti saat Arkan tiba-tiba saja mengajak nya menonton film di malam begini. Lelaki itu mengatakan jika Alam yang memesan kan tiket untuknya dan Arkan.
Mereka berempat sekarang ada disini, dikursi penonton, diantara manusia yang lain.
Kimi melihat Alam yang duduk dikursi depan Arkan, di sampingnya ada teman nya. Yang namanya Lea kata Alam. Kimi ingat saat adiknya yang hanya cengengesan waktu ia protes dengan film yang dipilih oleh Alam dengan judul yang unik.
'**Janji Yang Tidak Ditepati**'.
Kimi tidak berpikir apa-apa sebelumnya, hingga saat film itu mulai ditayangkan. Kimi tidak bisa untuk tidak protes pada Alam. "Ini film horor, Lam!" Ucapnya setengah berbisik.
"Memang!" Dan jawaban Alam terdengar sangat santai.
Kimi mendelik. "Kenapa kamu pilih film horor? Kamu kan tahu aku ngga suka film begini!"
Masalahnya, Kimi tidak suka film horor. Karena setelah menonton, ia akan mengalami kesulitan tidur. Karena terbayang-bayang hantu dalam film.
"Udah, tinggal ditonton aja, sih. Kak. Sekali-sekali uji nyali, nonton horor." Lanjut Alam cenderung biasa, membuat Kimi semakin kesal. Rasanya Kimi ingin sekali menjambak rambut Alam. Ia sudah meremas udara diatas kepala Alam seolah ia sedang menjambak rambut itu.
Saat tangan besar dari sampingnya tiba-tiba saja menyentuh sebelah telapak tangannya. Membawanya ke dalam genggaman hangat. Membuat Kimi lupa pada kekesalannya pada Alam. Dan memilih menatap genggaman itu juga pada empunya tangan besar itu.
Meski temaram karena lampu utama bioskop telah dimatikan dan hanya menyisakan cahaya dari layar lebar itu yang sedang menayangkan film. Kimi masih bisa menangkap senyum hangat dari lelaki itu, yang tertarik dengan arah berlawanan.
"Kalau nonton nya sambil pegangan tangan begini, masih takut, nggak?"
Barangkali karena pertanyaan itu diucapkan dengan nada yang super lembut, membuat Kimi hanya menggeleng kan kepalanya tanpa protes pada genggaman yang terasa erat namun hangat itu.
"Kalau begini masih takut, nanti sandaran aja, disini." Ucap Arkan seraya menepuk dadanya sendiri dengan sebelah tangannya. Memberitahu nya untuk menghilangkan ketakutannya pada dada lelaki itu.
Kimi jelas menolak ide tidak baik itu, mungkin ia terlalu percaya diri. Sehingga saat layar mulai menunjukkan adegan paling menyeram dari film. Kimi tidak bisa untuk tidak beringsut mendekati Arkan.
Kimi bahkan tanpa sadar telah menyembunyikan wajahnya di dada lelaki itu. Ide yang sebelumnya Kimi tolak dengan mentah karena ia pikir itu adalah ide paling tidak baik. Yang kini justru, ialah yang lebih dulu mendekati Arkan. Dan membiarkan lelaki itu merangkulnya. Merasakan dekapan hangat dari tubuh Arkan, juga aroma aquatic yang sekarang telah memenuhi indra penciuman nya. Dan, sekali lagi. Mengingatkan Kimi pada laut dan air.