NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupan Elena

Titik Balik Kehidupan Elena

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Keluarga
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.

Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.

Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.

Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 - Apa itu pacal?

Suara pisau yang beradu dengan talenan berbunyi nyaring dari dapur. Elena sibuk memotong bahan-bahan masakan untuk membuat makan malam.

Tak jauh di belakangnya, Andreas memperhatikan indahnya bentuk tubuh wanita berusia 31 tahun itu. Jika sudah bersama Elena, dia memang susah untuk menahan diri. Langkahnya semakin mendekat, dia hendak memeluk Elena seperti yang pernah dia lakukan dulu.

"Berhenti atau pisau ini akan menancap tepat di atas dahimu," peringat Elena, dia sudah tau Andreas berada di belakangnya.

Pria itu meringis, "Aku lapar saat melihatmu," celetuknya.

"Aku bukan ayam panggang," balas Elena tanpa menoleh.

Bahkan kamu lebih lezat daripada sepotong ayam panggang, batin Andreas.

Pria itu menyenderkan tubuhnya di atas tembok, kedua tanganya terlibat di depan dada. "Ngomong-ngomong, kamu tidak terlihat seperti seseorang yang pandai memasak," ucapnya.

"Lalu seperti apa penampilanku?" tanya Elena, dia memasukkan sayur dan mencicipi sup yang dia buat. "Sepertinya aku memasukkan terlalu banyak garam," batin wanita itu.

Dia lantas menoleh ke arah Andreas, "Coba ini, apakah keasinan?" ucapnya sembari menyodorkan sendok berisi kuah.

Andreas melebarkan mulutnya, bersiap untuk menerima suapan itu. "Tunggu! Apakah aku akan menyuapinya?" batin Elena.

Dengan begitu Elena menurunkan sendoknya, Andreas yang mengerti langsung memegang pergelangan tangan Elena dan mengarahkan sendok tersebut ke dalam mulutnya.

"Tidak asin, sudah pas. Terasa sangat lezat," ucap Andreas, dia masih belum melepaskan tangan Elena.

Elena menarik tangannya, "Sebelumnya kamu mengatakan aku tidak seperti orang yang pintar memasak," cibirnya.

Andreas tertawa, "Itu karena saat pertama kali aku menyentuh tanganmu, itu terasa sangat lembut. Tidak seperti seseorang yang terbiasa bekerja di depan kompor. Siapa sangka ternyata level memasakmu sangat baik."

"Aku memang tidak begitu suka memasak sebelumnya, tapi aku belajar beberapa resep dari Ibuku."

"Bibi dulu pasti sangat pintar memasak, dia bahkan mengajarimu sampai memiliki keterampilan seperti ini," kata Andreas.

Elena mengangguk, "Keluarga ibuku berprofesi sebagai koki selama beberapa generasi, bahkan nenek moyangku pernah menjadi koki di jaman penjajahan," jawabnya dengan bangga.

"Apakah keluarga Ibumu juga terlibat dalam bisnis kuliner?"

Tubuh Elena menegang saat mendengar pertanyaan itu, tapi tak lama kemudian dia tersenyum. "Keluargaku miskin, dari mana kami mendapatkan uang untuk membuka restoran?" jawabnya.

"Masakan sudah siap, tolong bantu aku membawanya ke ruang makan," ucap wanita itu mengalihkan perhatian.

Beberapa masakan sederhana sudah tersaji di atas meja, ketiga orang berbeda usia itu sudah duduk manis di atas kursi masing-masing dan menyantap makan malam mereka.

Tidak ada obrolan saat makan, hingga 15 menit kemudian mereka sudah menyelesaikan makannya. Ken terlihat kekenyaan di atas baby chairnya, Andreas tersenyum melihatnya.

"Usiamu baru 3 tahun, tapi kamu sudah makan banyak," celetuk pria berusia 35 tahun itu.

Ken memberengut kesal, tidak ibunya, tidak paman Matt, dan sekarang Paman An, semuanya suka mengatainya, begitulah isi pikiran bocah itu.

"Kau marah?" tanya Andreas saat melihat bocah itu tidak mau menatapnya.

Masih tidak ada jawaban yang keluar dari bibir mungil Ken, "Baiklah, Paman mengaku salah, dan Paman minta maaf, okay?" ucap yang lebih tua.

Ken menoleh, "Tidak boleh mengulanginya lagi, janji?" bocah itu menyodorkan kelingkingnya di depan Andreas.

Andreas juga menyodorkan kelingkingnya untuk melakukan pink promise "Janji," ujarnya. "Tetapi kau harus menjawab pertanyaan dari Paman," lanjutnya.

"Peltanyaan?" ulang Ken.

Andreas mengangguk, dia melirik sekilas Elena yang sibuk di dapur. "Jawab dengan jujur, siapa pacar Ibumu?" tanyanya dengan suara yang lebih pelan.

"Apa itu pacal?" tanya Ken bingung, dia belum pernah mendengar kata ini.

Andreas tampak berpikir, memang seharusnya dia tidak bertanya dengan anak di bawah umur, tetapi dia sangat penasaran. "Pacar itu...um... Seorang laki-laki yang suka memeluk dan mencium Ibumu, dia juga sering datang ke rumahmu," jelasnya dengan bahasa sederhana.

Ken membulatkan bibirnya, "Tidak ada," jawabnya.

"Tidak ada?" ulang Andreas.

Ken mengangguk, "Um, tidak ada," jawabnya dengan penuh keyakinan.

"Tidak ada? Lalu, kenapa dia berbohong padaku?" ucap Andreas di dalam hati.

Di tengah lamunannya, Elena berteriak dari dapur, "An, ke sini dan cuci piring kotornya," perintah wanita itu.

Andreas segera menuju dapur dan melihat Elena yang tengah berjongkok mencari sesuatu di rak bawah. "Apa yang kau cari?" tanyanya.

"Aku mencari kecap, seingatku aku menaruhnya di sini," jawab Elena masih sibuk mencari.

"Kau sudah mencari di rak atas?" tanya Andreas, karena sejak tadi Elena sibuk mencari di rak bawah.

Elena menggeleng, "Tidak mungkin...."

"Aku akan membantumu melihatnya jika kamu tidak bisa menjangkaunya," ucap pria itu menawarkan bantuan.

Tanpa menunggu jawaban Elena, Andreas membuka pintu rak atas, sedangkan Elena mencibir dari belakangnya, wanita itu sangat yakin menaruhnya di rak bawah, bukan atas.

Benar saja, Andreas melihat botol kecap yang masih baru berada di rak atas, "Kecapnya ada di rak atas," bibirnya berkata, sedangkan tangannya memindahkan botol tersebut ke bagian paling belakang. "Tapi aku tidak bisa menjangkaunya karena kamu menaruhnya terlalu dalam, bisa bawakan aku kursi?" lanjutnya.

"Kamu sudah tinggi, kenapa masih perlu kursi?" ujar Elena.

"Aku benar-benar tidak bisa mengapainya, bagaimana kalau kamu yang mengambilnya sendiri?" tawar Andreas.

Elena mendekat dan berjinjit untuk melihat isi rak atas, tetapi dia tidak bisa melakukannya. Andreas yang berdiri di sampingnya hanya diam dengan senyum miring di wajahnya, berhasil mengerjai Elena.

Pada akhrinya Elena mengambil kursi dan naik di atasnya, "Di mana? Kamu yakin ada di sini?" tanyanya saat membuka rak tidak melihat botol kecap seperti yang dibicarakan pria di sampingnya.

"Iya, botol bewarna hitam dengan tulisan emas, kan?" balas Andreas, kakinya mendorong perlahan kaki kursi yang di naiki Elena.

Elena yang menyadari itu berteriak, "Jangan digoyang!"

"Bukan aku, kamu yang menggoyangkannya," bohongnya. "Atau...."

Pria itu benar-benar menggoyangkan kursi tersebut hingga Elena oleng. Seperti yang sudah di rencanakan pria itu, dia segera memegang pinggang Elena agar tidak jatuh.

"Apa yang kau lakukan!" teriak wanita itu lagi.

"Tentu saja membantumu," balas Andreas tanpa rasa bersalah.

Elena mengeleng ribut, "Tidak! Aku tidak membutuhkan bantuanmu! Lepaskan tanganmu sekarang!"

"Baiklah, aku akan melepaskannya."

Andreas melepaskan tangannya dari pinggang Elena dan terkekeh, kakinya mendorong kaki kursi hinga membuat kursi itu kembali oleng dan Elena terjungkal ke belakang.

Bruk!

Tubuh Elena menabrak Andreas dan keduanya terjatuh di atas lantai dengan posisi Elena menindih tubuh besar pria itu.

Sadar dengan posisinya, Elena duduk di atas perut Andreas, "Kamu benar-benar bajingan!" umpatnya.

"Aku sudah berbaik hati menangkapmu, kenapa kamu marah? Aku bahkan bisa mengikatmu di atas tempat tidur dan membuatmu tidak bisa bergerak," jawab Andreas dengan senyum lebar.

"Sialan!"

Andreas tertawa dan mengangkat sedikit tubuhnya untuk memeluk tubuh Elena, kesempatan emas tidak boleh di lewatkan, pikirnya.

Tak jauh dari mereka, Ken datang ke dapur dan melihat kedua orang itu berpelukan. Otak kecilnya langsung memutar kejadian beberapa menit yang lalu.

"Pacal!" ucapnya dengan keras. "Paman An pacalnya Mama."

Bersambung

Terima kasih sudah membaca 🤗

1
Nana Colen
ya begitulah kalau orang keras kepala ngeyel lagi
neur
lanjuuuut KK 👍😎
Cha Sumuk
kirain setelah klr dr penjara lebih badas dn jd wanita tangguh eh ga taunya lemah lembek mf ga lnjut bc lh bikin greget aja
Sindy Puspita: Sebelumnya terima kasih sudah mampir🤗 kalau ada waktu lagi, bisa baca bab 10 ke atas ya kak, nnti bisa lihat balas dendam Elena di mulai
total 1 replies
Sindy Puspita
Yang mau ikutan ngelabrak si Sophia besok kumpul di pertigaan rumahnya Elena ya🤭
tutiana
cepetan Ndree,,, awas hilang jejak lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!