Cassia adalah seorang gadis periang & cantik, ia disayang oleh semua orang sampai-sampai tak ada rasa sedih & sepi yang pernah hinggap dihatinya..
Sampai suatu ketika matanya tidak dapat melihat, dosa apa yang Ia lakukan sampai mendapatkan cobaan terberat dihidupnya..
Akankah Ia dapat melihat lagi & dapatkah Ia menerima cobaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiaro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Astaga, benarkah? Maafkan aku". Ucapku pada pelayan restoran itu, lalu akupun mengeluarkan kartuku untuk membayar tagihan makan siang kami yang harganya fantastis untuk sebuah makan siang biasa.
"Ya ampun kupikir Dion sudah membayarnya, aku malu banget!". Ucapku gak habis pikir dengan Dion.
Claudia hanya diam saja tak ada tanggapan darinya tentang Dion yang belum membayar makan siang.
"Cas yuk naik taxi, aku ada kelas lagi nih, nanti aku telat..!" Ucap Claudia sambil menarik tanganku memanggil taxi.
"Oke-oke Claudia kalau kau tarik tanganku dengan sangat kencang bisa-bisa aku jatuh". Ucapku cepat-cepat.
Dan syukurnya tepat ada taxi yang lewat saat itu karena menurunkan penumpang yang hendak makan di restoran yang tadi kami datangi.
"Pak tolong ke kampus Z yah". Ucap Claudia kepada supir taxi.
Kamipun berdiam diri di taxi sampai taxi berhenti di gerbang kampus Z.
"Cas tolong kamu bayar taxinya dulu, aku gak bawa dompet, aku jalan duluan ke kelas yah, aku sudah hampir telat, sorry aku duluan yah!" Ucap Claudia sambil pergi meninggalkan aku yang sedang membayar taxi.
Setelah membayar taxi aku melanjutkan dengan berjalan ke arah kelasku dan tiba-tiba.. Greppp ada sebuah tangan merangkulku.
Dan kulihat ternyata Dion.
"Iiiishhhh.. Kamu Dion!" Ucapku sambil memukul ringan tangannya.
"Sudah selesai urusanmu?" Ucapku lagi.
"Sudah cantik tenang saja". Jawab Dion sambil tetap merangkul pundakku.
"Kamu harusnya bilang kalau makanannya belum kamu bayar, aku jadi ditagih pas mau keluar restorannya, malu banget lho..!" Ucapku sambil menoleh dan memelototi Dion
"Sorry cantik gua kan tadi lagi ada hal yang urgent jadi gua ga sempat kasih tau loe, kalau loe keberatan biar gua ganti uang loe!". Ucap Dion sambil mencubit pipiku.
"Ahh.. ga usah sampai ganti Dion, tapi seharusnya kamu kirim pesan lewat hpmu jadi aku tidak ditagih didepan orang-orang, ya sudah aku mau masuk kelas dulu sekarang, bye". Ucapku sambil melepaskan rangkulan Dion di bahuku dan berjalan tergesa-gesa ke arah kelas.
Syukurnya kelasku belum dimulai, jadi aku tidak terlambat.
Ting.. Satu pesan masuk, kulihat itu dari Dion.
"Cantik gua tunggu loe yah diparkiran, kalau kelas loe uda kelar, nanti gua antar loe pulang, love you cantik".
Hhh... Kenapa sih Dion ga pernah panggil namaku, selalu cantik.. Sekali-sekali senang tapi kalau tiap kali rasanya jadi makin aneh, pikirku dalam hati.
"Ok". Balas aku
Rasanya aku lagi malas sekali bertemu Dion, apakah memang pacaran seperti ini? Pikirku, aku jadi tidak konsentrasi mendengarkan kuliah saat ini.
Kelas pun berakhir dan aku berjalan ke arah parkiran, tiba-tiba Casen datang ke arahku.
"Cas, kelasmu sudah kelar kan? Yuk.. Aku antar kamu pulang!". Ucap Casen sambil berjalan ke arahku.
"Sorry Casen aku uda ada janji hari ini, jadi aku gak bisa pulang bareng kamu, thanks yah kamu uda nawarin antar aku pulang, bye Casen". Ucapku sebisa mungkin menolaknya dengan halus.
Casen terdiam dan tidak mencegahku berjalan menjauh darinya, Casen hanya memperhatikanku ke arah parkiran dan Casen melihatku masuk ke dalam mobil Dion.
Dan Dion menjalankan mobilnya setelah aku masuk ke dalam mobilnya.
"Hi cantik... Uda sore gini tapi loe makin cantik". Ucap Dion merayuku yang mengira kalau aku masih kesal padanya.
"Dion, maaf bisakah kau tidak memanggilku cantik tapi menggantinya dengan namaku?" Ucapku to the point, karena jujur aku merasa jadi sangat berlebihan.
"Memangnya kenapa, itu kan panggilan sayang gua buat loe, loe ga suka? Ga ada cewek yang gua panggil kaya gitu dan loe emang cantik dimata gua, lagian semua orang pacaran itu punya panggilan sayang, gua heran ama loe, gua manggil loe pake panggilan sayang aja loe ga suka!" Ucap Dion sambil menambah kecepatan laju mobilnya.
"Dion, pelan dikit, aku takut!" pekikku kepada Dion
"Loe tau ga gua kesel ama loe, loe disayang tapi ga terima, heran gua harus perlakuin loe kaya gimana?" Teriak Dion ke arahku.
Tiba-tiba Dion membanting setirnya ke sisi jalan secara tiba-tiba dan berhenti, sampai mobil lainnya mengklakson sebagai tanda protes.
Badan dan kepalaku terpelanting ke depan karena laju kendaraan yang tadinya cepat jadi berhenti tiba-tiba.
Akupun tidak bisa menahan tangisku karena aku begitu takut.
"Aaarrrrgghhhh..... ". Teriak Dion sambil memukul setir mobil
"Sekarang ngapain loe nangis!" Teriak Dion sekali lagi.
Aku hanya bisa terus menangis sambil menutupi wajahku.
"Sudahlah.... Sorry.. Kalau gua uda keterlaluan". Suara Dion melunak dan Dion memegang daguku dan mengusap air mata yang masih setia mengalir di pipiku.
"Gua manggil loe cantik, karena itu panggilan sayang gua ke loe, tapi loe ga suka dan gua jadi kesal, sorry... Jadi kalau loe ga suka gua ga akan manggil loe kaya gitu lagi!" Ucap Dion yang masih memandangi wajahku.
"Tuh kan mata loe jadi merah besok tambah imut deh kaya panda!" Ucap Dion sambil melingkarkan tangan dimatanya.
Aku gak tahan dan akhirnya tersenyum karena perlakuan Dion yang manis.
"Gimana kalau sekarang kita ngedate aja? Loe mau ga? Sebelum itu, loe pake deh tetes matanya dulu, mata loe merah banget sekarang!" Ucap Dion kepadaku sambil menyerahkan tissue agar aku dapat membersihkan sisa air mataku.
"Aku mau, kita mau kemana?" Tanyaku.
"Kita ke mall yuk... Kita shopping, kata orang-orang yang gua denger, shopping tuh obat buat perasaan cewek yang lagi sedih!" Jawab Dion sambil mencoba merayuku.
"So tau kamu, ya uda kita ngedate ke mall yah". Ucapku pada Dion.
Setelah itu Dion melajukan mobilnya kembali ke arah mall, sambil menyetir dengan satu tangan, tangan lainnya menggenggam tanganku.
Sampailah kami di mall. Mall tidak begitu ramai karena ini masih weekday..
Dion mengajakku berkeliling dan membelikanku es krim strawberry..
"Jadi loe masih keberatan gak kalau gua panggil loe cantik?" Tanyanya dengan wajah terkesan memelas.
"Ya uda kalau kamu nyaman panggil aku dengan kata cantik, aku gak masalah, setidaknya aku tahu kenapa kamu memanggilku seperti itu!" Jawabku dengan sambil terus memakan es krimku.
Dion mengajakku melihat tas pria, Dion bilang kalau tasnya sudah mau rusak, tapi kulihat tasnya masih baik-baik saja, jadi kupikir batas rusaknya barang menurut Dion dan aku berbeda.
"Gimana menurut loe tas yang ini?" Dion bertanya padaku sambil memperlihatkan sebuah tas yang Dion pegang.
"Bagus, kalau kamu suka beli saja". Ucapku pada Dion.
Akhirnya Dion memilih satu tas dan pergi ke arah kasir, sesampainya di kasir, Dion terlihat mencari sesuatu, jadi aku menghampirinya.
"Ada apa Dion?" Tanyaku
Tapi Dion tidak menjawab ku.
"Mbak sorry dompet saya ketinggalan, jadi saya tidak jadi beli tas ini!" Ucap Dion kepada petugas kasir di toko tas tersebut.
"Dion kalau kamu suka tasnya beli aja, biar aku yang belikan untuk kamu, anggap aja sebagai hadiah dariku untukmu!" Ucapku kepada Dion sambil menyerahkan tas yang dipilih Dion kepada petugas kasir.
"Beneran gak apa-apa? Harganya lumayan mahal lho!" Ucap Dion kepadaku sambil terus melihat ke arah tas yang dia pilih.
"Iya beneran gak apa-apa". Ucapku kepada Dion.
Lalu aku memberikan kartuku kepada petugas kasir tersebut.
"Silahkan ini barangnya, terima kasih" Ucap petugas kasir sambil menyerahkan barangnya kepadaku.
Setelah berbelanja tas, aku dan Dion berjalan kembali melihat-lihat barang di mall.
"Astaga ini jam keluaran terbaru dan limited edition, cantik bisa tidak gua pinjam kartu loe, nanti uangnya gua ganti, kalau nunggu gua balik ambil dompet, pasti udah keburu habis!". Ucap Dion antusias saat melihat jam itu dan kulihat harganya fantastis karena memang limited edition.
"Kamu beli aja gak usah ganti Dion, aku senang kamu suka". Ucapku pada Dion.
"Thanks yah cantik" Ucap Dion sambil. Mengedipkan matanya ke arahku.
Dan Dionpun membeli jam tangan itu, wajahnya benar-benar ceria sekali.
"Dion ini sudah malam, kita pulang yuk". Ucapku pada Dion, karena akupun sudah merasa lelah.
"Tapi loe belum belanja apapun!". Ucap Dion kepadaku sambil menenteng belanjaannya.
"It's ok, kapan-kapan lagi aja, masih banyak waktu, tapi gimana kamu tadi beli es krim kalau kamu gak bawa dompet?" Ucapku heran kepada Dion
"Oh.. Hehe... Itu ada sisa uang dikantong celana gua dan itu memang pasti rejeki loe!" Ucap Dion sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Dasar kamu, yuk kita pulang!" Ucapku sambil mencoba berani menggandeng tangan Dion.
Setelah itu kami pergi ke tempat parkir sambil bergandengan tangan, tetapi ketika kami sampai, tiba-tiba Dion memaki dan melepaskan tanganku.
"Ada apa Dion?" Tanyaku heran yang seketika melihat wajah Dion yang sudah memerah karena marah.
"Anj*ng, siapa yang kempesin ban mobil gua!". Teriak Dion di tempat parkir sampai orang-orang menengok karena ingin tahu ada apa.