Fenomena pernikahan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Pengkhianatan pasangan menjadi salah satu penyebab utama keretakan rumah tangga. Dalam banyak kasus, perempuan sering menjadi pihak yang dirugikan. Namun, di tengah luka dan kekecewaan, tak sedikit perempuan yang mampu bangkit dan membuka hati terhadap masa depan, termasuk menerima pinangan dari seorang pria.
Pertemuan yang tak terduga namun justru membawa kebahagiaan dan penyembuhan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 17 KEPUTUSAN SOFIA.
Pagi itu, langit sedikit mendung. Udara terasa dingin, bukan karena hujan, tapi karena ketegangan yang menggelayut sejak matahari belum terbit. Di ruang tamu rumah orang tua Sofia, Abi duduk tenang namun sorot matanya tajam. Bang Dafi, di sebelahnya, menggenggam kunci mobil sambil menatap lantai pikirannya hanya satu: Ilham.
Sofia duduk di seberang mereka, masih dengan mata bengkak, tapi kini lebih tenang. Ada kekuatan baru yang tumbuh sejak semalam. Luka di hatinya belum sembuh, tapi ia tahu waktunya telah tiba.
Abi menatap putrinya. “Kamu yakin mau kami ikut?”
Sofia mengangguk pelan. “Aku perlu Abi dan Bang Dafi sebagai saksi. Aku nggak mau dianggap main emosi.”
Abi mengangguk tegas. “Baik. Tapi ingat, kamu yang tentukan langkahnya. Kami cuma berdiri di belakangmu.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
RUMAH SOFIA.
Rumah Sofia terlihat tenang dari luar, seperti tak terjadi apa-apa. Tapi saat Abi, Dafi, dan Sofia masuk, kenyataan langsung menampar mereka.
Di ruang tengah, Ilham duduk santai di sofa, bersama seorang perempuan berambut panjang dan berpakaian santai. Keduanya sontak terkejut ketika melihat rombongan itu masuk. Wajah Ilham langsung berubah pucat.
“Sofia?” ucap Ilham terbata. “Kamu… pagi-pagi datang bawa—”
“Jangan panggil namaku seperti itu,” potong Sofia tajam, suaranya mantap. “Aku datang bukan untuk bicara baik-baik. Aku datang untuk mengakhiri semua ini.”
Wanita di sebelah Ilham berdiri dengan santai “ Apa dia istrimu, sayang? ” Kata Lina ( selingkuhan ilham) " Lalu mereka siapa, kenapa mereka masuk kedalam rumah kita "
Bang Dafi melangkah maju, berdiri tegak, wajahnya menahan bara. “Rumah ini milik Sofia. Bukan milik Ilham. Dan kamu, Janda gatel, tidak punya hak satu inci pun menginjak lantai ini.”
Ilham tersentak. “Apa maksudnya? Rumah ini kan kita tempatin bareng. Masa kamu seenaknya—”
Abi akhirnya angkat bicara. Suaranya pelan, tapi mengandung wibawa yang menusuk. “Rumah ini pemberian saya. Untuk anak saya. Surat dan sertifikat semuanya atas nama Sofia. Kamu hanya numpang tinggal, Ilham. Dan sekarang, kamu sudah melanggar batas."
Ilham berdiri, mulai panik. “Abi, saya bisa jelasin—”
“Tak perlu,” ucap Sofia, kali ini tegas. “Kamu sudah menjelaskan semuanya saat membawa perempuan lain ke dalam rumah ini. Kamu tidak hanya mengkhianati aku, tapi juga menghina semua nilai yang selama ini aku jaga.”
Wanita itu melangkah mundur, wajahnya merah campur ketakutan. “Maaf ya, saya nggak tahu rumah ini punya istri sah…” Kata nya " aku kira ini rumah milik kamu ham.. " lirik Luna kepada ilham.
Bang Dafi menunjuk pintu. “Kalian berdua keluar. Sekarang.”
“Apa—”
“Keluar!” bentak Abi, suaranya membelah ruang. “Sebelum kami memanggil pihak berwenang untuk mengusir kalian secara hukum.” Ancam abi
Dengan tergesa-gesa dan wajah malu, Ilham dan selingkuhannya mengambil barang seadanya. Ilham sempat menoleh pada Sofia, tapi gadis itu sudah membuang pandang. Tak ada lagi tempat untuk maaf hari ini.
Ketika pintu tertutup dan keheningan kembali menyelimuti rumah, Sofia berdiri tegak di tengah ruangan. Nafasnya sedikit gemetar, tapi ada kelegaan yang mengalir perlahan.
" Kita bertemu lagi di pengadilan kang "
Abi memandang putrinya, lalu mengangguk pelan. “Kamu kuat, Nak. Lebih kuat dari yang kamu kira.”
Sofia menahan air mata. Kali ini bukan karena sedih.
Tapi karena bebas.
Dan di sinilah awal yang baru dimulai.
up yg banyak donk, ceritanya bagus bgt nih,,,🙏🙏🙏🥰
lanjutkan Thor 🙏🙏🙏