NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:438
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

Langit cerah, jalan depan Pesantren ramai oleh mobil tamu-tamu penting yang sedang menghadiri undangan acara unduh mantu keluarga kyai maulana.

Harsa, tubuhnya yang terbalut oleh kebaya cantik berwarna coklat itu berada dalam jejeran para santriwati yang bertugas dimeja depan pintu masuk. sesekali dia membaca buku tamu undangan yang hadir.

"neng harsa, bagaimana perasaannya?."

pertanyaan yang terlontar begitu saja membuat dia mengerutkan kening. seolah pertanyaan ada dua jawaban, perasaannya mengenai pernikahan gus abid dan neng elsa atau perasaannya tentang detik-detik pernikahannya sendiri.

"kok bengong..."

harsa langsung tersenyum kecil.

"yang jelas dag dig dug ser donk mbak hamim."

jawab santriwati disampingnya.

"sok tau kamu. aku kan mau dengar jawaban dari neng harsa. nikah dadakan loe ini, kayak tahu bulat."

mereka yang mendengar tertawa kecil.

iringan merdu suara grup nasyid pesantren dari dalam mengiringi perbincangan mereka.

Didalam, dekor pelaminan yang bernuansa gold dengan bunga mawar merah menghiasai disetiap bagian dekor dan beberapa tempat disudut ruangan memberikan kesan mewah. pengantin baru yang sibuk mendapat ucapan para tamu undangan itu tak henti menebarkan senyum bahagia.

neng elsa menggunakan gaun merah tua, dengan hiasan payet dan benang sulam emas itu bak ratu turki dalam sehari. Cantik dan anggun, itu yang selalu terbesit pada setiap orang yang melihat.

para santriwati dibuat terpukau sekaligus iri secara bersamaan.

berandai, jika posisi neng elsa adalah mereka.

"pasangan ter perfect tahun ini dech."

"belum bisa disimpulkan, masalahnya konsep neng harsa juga belum terlihat."

"loe gak dapat bocoran dari si talita."

"enggak, neng harsa kan menyerahkan segala-nya pada keluarga calon suaminya."

"ihh, beruntung banget ya neng harsa. aku denger suaminya orang kaya. jadi penasaran."

"kayaknya, konsepnya ala gorden party sich. asyiknya lagi gak ada para santri yang ditugaskan, kita tinggal duduk manis menikmati acara."

ucap santriwati yang tiba-tiba ikut Nimbrung.

"darimana loe tahu?."

"kemarin, gue denger mbak-mbak ndalem bicara."

Acara akan selesai sampai malam, karena malam akan ada hiburan musik gambus.

Harsa tak kembali ke lokasi acara, karna umma memintanya untuk istirahat saja, karna tiga hari lagi dia akan menikah.

Di ndalem,

Neng elsa akan di make up kembali setelah menunaikan sholat isya.

"cantik sekali menantu umma ini."

puji umma halimah yang disambut senyum oleh neng elsa. di ndalem dipenuhi oleh kerabat-kerabatnya.

Gus abid duduk tak jauh dari neng elsa. kedekatan mereka berdua dijadikan bahan canda para kerabat. tak henti-hentinya mereka menggoda pengantin baru itu.

"eh harsa kok gak kelihatan umma?"

tanya salah satu sepupu gus abid ke umma halimah.

"harsa di kamar asramanya, umma suruh dia istirahat."

"oh, kabarnya dia mau nikah itu beneran gak sich?".

tanya annisa.

deg, gus abid langsung menatap ibunya. umma halimah tersenyum.

" iya, tiga hari lagi putri ku juga akan menikah."

ucapan umma halimah, bagaikan bom atom yang menghantam dada-nya. sesak tapi tak bisa dia ucapkan. gus abid diam, namun isi kepalanya berisik.

umma halimah, sekilas melirik sang putra.

"Dalam satu minggu kamu udah mengadakan dua acara besar-besaran. itu pasti banyak pengeluaran."

"enggak juga bude, kalau harsa acaranya di tanggung om bas."

wanita tua yang tak lain adalah budhe umma halimah itu mengerutkan keningnya.

"harsa ini mau nikah sama siapa halimah?."

umma halimah tersenyum.

"sama axel, cucu om bas."

"oh, cucu dari kakak laki-laki ibu mu itu ya."

"iya"

"wah beruntung sekali harsa."

semua yang mendengar kan harsa akan menikah dengan axel akan mengatakan bahwa dia sangat beruntung. namun tidak dengan gadis yang galau dikamar itu.

mengingat hari pernikahan-nya yang semakin dekat, dia rasanya ingin menghilang saja.

Malam ini sebastian datang, sebenarnya dia datang bersama axel, tapi entah kemana cucunya itu.

"loh sendirian, mas Axel gak ikut?."

tanya kyai maulana.

"ikut, tapi entah kemana bocah itu."

Kyai maulana mengangguk mengerti, lalu beliau mendampingi calon besannya itu untuk duduk di kursi dan berbincang kecil sebentar.

Harsa, gadis yang bersandar di atas ranjang tempat tidurnya, entah sejak kapan dia banyak menghabiskan lamunannya, padahal tugas diakhir semester empat itu cukup padat.

"butuh udara segar."

Akhirnya dia memutuskan untuk bangkit dari zona nyamannya. bangkit, mengambil ponsel dan buku catatan diatas meja belajar.

Tak lupa dia juga mengambil sweater, udara hari ini cukup dingin, sangat cocok untuk pata pengantin baru.

"astagfirullah harsa."

gadis itu sebal oleh pikirannya. senyum menawan pengantin baru yang sedang saling memandang di atas pelaminan itu menghiasi otaknya kembali.

"menyebalkan."

gerutunya, sambil berjalan di taman samping gedung asrama putri yang jauh dari keramaian. Dia sebuah kursi dibawah pohon ketapang, gadis itu memilih tempat.

Harsa asyik dengan ponsel-nya hingga dia tak begitu peduli dengan sekeliling.

Dari jauh, gus abid yang akan pergi bersama dengan neng elsa ke tempat acara sekilas melihat bayangan tubuh familiar yang menghilang dari cahaya redup lampu di taman.

bukankah itu harsa, sedang apa dia ditempat sepi sendirian.

Neng elsa mengikuti pandangan suaminya.

"ada apa mas?."

"tidak ada apa-apa dek. oh ya bisakah sampean ke tempat lebih dulu. aku ingin ke kamar mandi sebentar."

"aku tunggu aja mas."

gus abid melirik ke asisten mua yang sedang membantu gaun neng elsa.

"kasian mbaknya nanti."

"yaudah aku dulu."

meski sebal, neng elsa akhirnya memutuskan berangkat lebih dulu. gus abid bergegas kembali ke ndalem.

Harsa, gadis itu tengah sibuk bermain ponsel ditempat gelap. lampu taman hanya menyorotkan cahaya sedikit ke tempat karena terhalang oleh rimbunnya daun ketapang.

Dari arah belakang gus abid memandang punggung adiknya. dia jarang bisa bertemu harsa, jadi kesibukan orang-orang di acara pesta pernikahannya itu dijadikan kesempatan untuk menemui harsa, ada yang ingin gus abid tanyakan pada gadis yang masih belum menyadari keberadaannya.

ghemm...

gus abid berdehem, namun gadis itu tak juga menoleh.

tanpa mereka sadari, dari jauh sana, seseorang sedang mengamati.

"dek, sedang apa sampean disini?."

tak ada sahutan. kini gus abid sadar, bahwa telinga harsa di sumpat handset yang tertutup oleh jilbab nya. akhirnya dia melangkah mendekat, berhenti tepat disamping harsa, yang membuat gadis itu terkejut memegang dadanya.

"mas abi..."

ucap harsa spontan.

"kamu sedang apa sendirian disini?." tanya gus abid dingin.

harsa segera melepaskan handset-nya.

"mas abi sedang apa disini?."

kini tanya harsa, tatapan gadis itu menyamping, menatap tanaman bunga lily yang sedang berbunga.

"aku melihatmu kesini, jadi aku bertanya."

Harsa mengerutkan keningnya.

"tak seharusnya mas abi kesini. jika ada orang lihat, itu akan menimbulkan kesalahpahaman. bagaimanapun juga, aku ini bukan adik kandung mu."

jelas harsa.

gus abid memejamkan mata sesaat, melihat wajah gadis didepannya membuat dia selalu membayangkan jika saat ini dia sedang menikah dengan adiknya itu.

"ada yang ingin kutanyakan?."

harsa sedikit melirik pria dewasa yang berdiri tak jauh dari tempat dia duduk.

"iya, silahkan.."

gus abid sedikit menatap gadis yang duduk tenang menghadap kearah kegelapan.

"aku hanya ingin tahu jawaban dari mu. mengapa kau menerima pinangan itu?."

harsa menoleh spontan ke gus abid. Dua insan yang memendam luka masing-masing itu saling bertatapan. gus abid memandang dengan harapan yang masih ada, sedangkan harsa menatap dengan tatapan luka dan kecewa.

"kenapa kamu menerima lamaran itu?."

tanya gus abid sekali lagi.

"aku lelah."

jawab harsa sekenanya.

"lagian tidak ada yang harsa harapkan disini. mas abi kembalilah, aku lebih dulu di tempat ini."

ucap harsa, mengusir secara halus, namun pria yang baru saja menjadi pengantin baru itu masih berdiri ditempatnya.

"sa, jika kamu memutuskan menerima pernikahan karena melampiaskan kemarahan mu padaku jangan pernah kamu lakukan itu, ini masa depanmu."

harsa menoleh kembali, tatapannya tajam pada pria yang pernah cintai dan masih ada sampai saat ini.

"terus mas abi ingin-nya harsa bagaimana?."

tanya gadis itu bergetar menahan dadanya yang membuncah antara cinta dan benci secara bersamaan.

"bisakah kamu menunggu sedikit lagi, kita bisa menikah jika kamu mau menunggu?."

"maksud mas abi?."

"jadilah istri kedua ku dek."

kepala harsa bagaikan dihantam benda keras, gadis itu bangkit dari duduknya. harsa tak menyangka pria lembut itu memintanya menjadi madu.

semudah itukah...

"mas abi pikir, aku masih punya perasaan. jangan berharap aku mau. semua sudah terlambat. jika mas abi masih berharap kita bisa menikah, kenapa...."

"kenapa tidak mas abi perjuangkan sebelum mas abi menerima perjodohan dengan neng elsa, kenapa bukan sejak saat itu!!! sumpah aku membencimu mas!!!."

teriak harsa, suara nya cukup keras. talita yang turun dari tangga mendengarnya. dan kini dia melihat sahabatnya muncul dari kegelapan.

"sa."

harsa menatap ke atas, air matanya meluncur, dia segera berlari kearah tangga, dimana sahabatnya berdiri.

talita segera membawa harsa ke kamar mereka.

Dari sudut kegelapan, sosok yang sedang merokok tadi cukup menikmati drama percintaan yang cukup menghibur kebosanannya. sudut bibirnya tersenyum kecil.

ah ternyata ini tentang kisah percintaan calon istrinya.

"menarik."

gumamnya, dia melempar putung rokok yang tinggal sedikit lalu bangkit dari tempat duduknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!