Sidney Catrina terlahir dengan nama Sidney Carlotta Thanos, puteri bangsawan Prancis yang berasal dari kota Marseille.
Sidney terkenal sebagai gadis pembangkang, ia menolak memakai nama belakang keluarga dan memilih kabur dari kastil modern yang menjadi tempat tinggalnya sedari dilahirkan ke dunia ketika mengetahui rencana orangtuanya untuk menikahkannya dengan kolega sang ayah yang terpaut usia sangat jauh darinya guna menyelamatkan penyitaan kastil peninggalan kakek buyut Sidney dari hutang yang membelit ayahnya, Alexeus Thanos. Mengakibatkan keluarga mereka mengalami kebangkrutan finansial.
Setelah kabur dari keluarga selama hampir tiga tahun, Sidney di paksa pulang ke rumah dan akan di jodohkan dengan Edxel Leonard Conte yang terlahir sebagai bangsawan Italia.
Bagaimana kelanjutan kisah ini, apakah kali ini rencana Alexius akan berhasil membuat Sidney menuruti keinginan orang tuanya?
Baca ya 🙏
Tinggalkan komentar dan jejak kalian di setiap bab ya reader's kesayangan 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERKENALAN DENGAN TEMAN EDXEL
"Nona, kita sudah sampai", ujar Benigno sopir Edxel yang di tugaskan menjemput Sidney oleh laki-laki itu.
Sidney yang terpana melihat gedung pencakar langit di hadapannya milik Edxel tersadar. "Hm...iya", jawabnya bersiap-siap turun.
"Terimakasih Benigno", ucap gadis itu ketika pintu mobil terbuka.
"Nona masuk saja ke lobby di dalam sudah menunggu Roland asisten tuan Edxel yang akan membawa keruangan tuan Edxel".
Sidney menganggukkan kepalanya dan tersenyum hangat pada sopir itu.
Sidney mengikuti arahan Benigno melangkah masuk ke lobby, benar saja ia melihat Roland yang ia tahu kerap bersama Edxel termasuk saat pertama Edxel datang ke rumahnya dan terjadi incident, Sidney melukai kepala laki-laki itu.
"Selamat siang nona Sidney, saya Roland yang waktu itu bersama tuan Edxel mengunjungi anda di Marseille", ucap Roland tersenyum ramah.
Sidney pun membalasnya dengan hangat. "Tentu saja aku mengingat mu dengan sangat baik Roland. Maaf di pertemukan pertama kita aku tidak terlalu menyukai kau dan bos mu itu", ujar Sidney sembari mengikuti Roland masuk ke dalam lift khusus.
Roland tertawa mendengar penuturan Sidney. "Semoga nona betah tinggal di perkebunan Conte Castillo".
"Tentu saja aku betah di tempat indah itu Roland, terlebih atasan mu baik pada ku", balas Sidney yang membuat Roland ikut senang mendengarnya. Karena Roland tahu pilihan bos-nya benar. Sidney gadis baik-baik, terlepas masalah keluarga yang membelitnya.
Namun ia tahu, Sidney bukan gadis yang aji mumpung ketika mengetahui Edxel Conte yang mengajaknya bekerjasama. Keturunan bangsawan gadis itu nampak jelas mengalir di darahnya. Wajar saja atasannya sekarang berbeda termasuk merubah jadwalnya karena ingin cepat pulang ke Conte Castillo, pastinya ingin menemui seseorang di sana. Roland tahu itu.
Hal yang tidak pernah berlaku sejak tiga tahun belakangan. Edxel jarang menetap lama di perkebunan, laki-laki itu lebih banyak bekerja di berbagai tempat dalam waktu yang lama.
Roland mengetuk pintu berukuran besar berwarna off white.
"Masuk!"
Terdengar sahutan Edxel dari dalam. Roland segera memutar handle pintu. "Maaf menyela tuan, nona Sidney sudah tiba", ujar laki-laki itu memberi tahu Edxel dan membuka pintu di hadapan mereka lebar-lebar.
Roland mempersilahkan Sidney masuk ke dalam ruang kerja Edxel. Sidney tampak ragu-ragu ketika melangkah masuk ke sana. Harum maskulin yang sudah di kenalnya menyeruak memenuhi indera penciuman Sidney. Ruangan itu terasa begitu dingin hingga menusuk tulang.
Sidney berusaha tersenyum ternyata Edxel tidak sendirian di ruangan itu, ia bersama dua pria dewasa yang sama tampannya dengan Edxel. Ketiganya bersama menatap Sidney.
"Kamu sudah datang, sayang? Kemarilah aku kenalkan dengan teman-teman ku", ucap Edxel berbasa-basi. Sidney tahu itu hanya formalitas semata.
Sidney menganggukkan kepalanya, duduk di samping Edxel yang langsung menggenggam erat jemari Sidney dan membawa ke atas pahanya. "Kamu lanjutkan saja pekerjaan mu Roland", perintah laki-laki itu.
"Baik tuan Edxel, saya permisi tuan Luigi tuan Galvani", ucap Roland pada teman-teman bos-nya juga.
"Kenalkan dua teman baikku, Galvani dan Luigi", ujar Edxel pada Sidney.
Sidney tersenyum pada keduanya.
Terlihat Galvani mengusap-usap bibir bawahnya dengan jarinya. "Sidney? Bukankah kamu gadis yang bekerja di coffee shop itu? Di Milan. Yang menyiram ku waktu itu?", ujar laki-laki tampan itu menatap pasat wajah cantik Sidney. "Ya aku tidak akan pernah melupakan gadis cantik seperti mu, nona. Kau membuat ku penasaran", ujar laki-laki itu ceplas-ceplos tanpa menghiraukan tatapan tajam Edxel padanya.
"Well...kalian sudah berkenalan dengan istri ku. Sebaiknya kalian berdua pergi dari ruangan ku. Aku dan istriku ingin berduaan saja tanpa gangguan orang lain!", ketus Edxel menatap kedua teman baiknya di hadapannya.
"Ayolah Ed, aku dan Galvani baru saja berkenalan dengan istri mu yang cantik ini. Biar kami ngobrol sebentar. Kau ini tidak asyik sekali, bukankah kita sudah bagai saudara, teman. Artinya Sidney termasuk saudara kami juga", ujar Luigi beralasan.
"Cukup! Kalian berdua sudah berkenalan dengan istri ku, lain kali saja kita berbincang-bincang".
"Shittt. Ayo kita pergi, sepertinya teman kita ini sudah tidak tahan lagi", ucap Galvani meledek Edxel.
Kemudian memberikan tatapan pada Sidney. Galvani menarik tangan Sidney dan hendak menciumnya. Tindakan laki-laki itu jelas saja membuat Edxel kesal, segera menarik tangan Sidney menggenggamnya erat.
"Um...ternyata suamimu sangat cemburuan. Kau harus berhati-hati padanya. Jika ia menyakiti mu, pintu rumahku terbuka untuk mu", ujar Galvani pada Sidney dan cepat-cepat menutup pintu ruang kerja Edxel karena ia melihat temannya itu akan melempar bantal sofa padanya.
Saat pintu tertutup rapat pun suara tertawa kedua temannya masih terdengar jelas.
...***...
To be continue
aku harap sih ga nongol kaya si kamfreeet Luisa