Annette seorang bangsawan miskin yang tinggal jauh dari kekaisaran. Hidupnya terbilang sederhana akan tetapi penuh kebahagiaan. Hingga suatu hari masalah muncul di hidupnya.
Utusan kekaisaran tiba-tiba datang kerumahnya dan mengatakan jika dirinya telah menikah dengan kaisar dengan cara yang tidak diduga.
"Aku tidak mau! Aku mau cerai!"
Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah Annette bisa bercerai atau tidak? Ayo pantengin terus ceritanya di "KAISAR AYO BERCERAI!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jelek
Semua benar-benar diluar ekspektasi Annete, ia telah berpikir tentang kemungkinan Baron Johan akan membunuhnya tapi ia berpikir seorang kaisar negeri ini pasti tidak akan membiarkan kejahatan di tanahnya begitu saja. Tapi siapa sangka sampai akhir pria itu sama sekali tidak mengatakan apapun.
'Kaisar tidak berguna.'
"KLANG."
"AKH!" pedang yang mengarah ke Annete terjatuh ke atas tanah akan tetapi bukan hanya pedang melainkan potongan tangan dari prajurit dengan darah yang mengalir deras.
"Apa yang Anda?"
Baron Johan menatap bingung pada Aldrich yang merupakan pelaku utama dari kejadian itu.
Sedangkan Annete menatap bingung pada pria yang berstatus suaminya walaupun hanya sebuah kesalahan.
"Kau ternyata lebih sampah dari yang aku pikirkan."
Suaranya terdengar begitu dingin dengan mata yang menatap tajam Baron Johan.
"Sialan! Kau hanya pedagang tapi berani sekali mencampuri urusanku! Prajurit habisi juga pria ini dan seluruhnya!"
Tanpa menunggu waktu lama prajurit-prajurit Baron Johan segera mengepung Annete dan juga yang lainnya. Tapi kali ini wajah Annete bisa lebih tenang karena ia tahu siapa yang berada dipihaknya saat ini.
'Ternyata dia tidak seburuk yang ku bayangkan.'
Dia sedikit bangga saat melihat bagaimana Aldrich yang melawan prajurit-prajurit itu seorang diri. Bahkan dia juga berdiri tepat di depan Annete sebagai pembatas dirinya dan juga prajurit-prajurit yang menyerang.
Tapi sedetik kemudian ia menyadari bahwa saat ini bagaimana keadaan anak kecil yang ikut bersamanya. Ini adalah pertempuran yang membuat darah berceceran dimana-mana. Mungkin saja anak kecil akan trauma melihatnya.
"TUTUP MATAMU BINA!" perintah Annete saat gadis kecil itu terus memperhatikan pertarungan.
Annete dengan segera membawa Bina dalam dekapannya dan membiarkan agar gadis kecil tersebut aman.
"Semua akan baik-baik saja," gumam Annete lalu menutup kedua kuping Bina dengan tangannya.
'Semoga tidak ada trauma bagi anak ini, tapi....bukankah pria ini terlihat begitu menikmati membunuh para prajurit itu? Akh dia psikopat gila!'
Bagaimana tidak gila saat Aldrich bahkan dengan mudahnya menghabisi nyawa prajurit-prajurit Baron Johan. Ia bahkan telah bermandikan darah yang membuatnya cukup mengerikan.
"BRAK!" Baron Johan yang terjatuh di atas lantai saat menghindari tebasan pedang milik Aldrich.
"Ka-kau gila! Ji-jika kau membunuh seorang bangsawan maka kau akan menjadi sasaran dan di hukum mati!" ancam Baron Johan.
Aldrich mengehentikan langkahnya dengan membawa pedang yang telah berlumuran darah.
"Ber-berhenti mendekat! Aku adalah bangsawan!"
Mendengar hal tersebut Aldrich menarik sudut bibirnya lalu mengangkat pedangnya tinggi dan menancapkannya pada tangan Baron Johan.
"AKH!"
Jeritan kesakitan terdengar, Kali ini Annete ikut memejamkan matanya. Melihat Aldrich membunuh orang tampaknya juga tidak baik bagi mentalnya.
"AKH!"
Tapi tidak sampai di situ Aldrich menarik kembali pedangnya lalu kembali menusukkannya pada betis pria tersebut.
"Ka-kau!"
"Masih bisa berbicara ternyata, baiklah ini mulai menyenangkan."
"AKH!" Aldrich memijak tangan pria tersebut yang telah ia tusuk sebelumnya.
Baron Johan terus berteriak tapi Aldrich justru menikmatinya.
'Ini cukup menyenangkan.'
Itulah yang dipikirkannya saat ini, beberapa hari yang lalu sebenarnya Aldrich benar-benar sangat bosan. Tapi penyiksaan kali ini membuat hatinya cukup senang.
"Hen-hentikan..." gumam seorang wanita yang saat ini tengah mendekat seorang anak kecil dengan maga tertutup.
Aldrich menatap Annete sejenak sebelum akhirnya menghela nafas dengan kasar lalu menghentikan aksi gilanya.
Sedangkan disisi lain Annete perlahan membuka matanya saat sudah tidak ada suara jeritan dari Baron Johan. Tapi baru saja membuka matanya, Annete sudah harus berhadapan dengan mata pedang milik Aldrich yang berada tepat di depan matanya.
'Sejak kapan dia berdiri di sini?'
"Kali ini lagi-lagi kau melakukan sesuatu yang cukup merepotkan."
Annete menahan nafas dalam saat mendengar perkataan Aldrich.
"Kau benar-benar membuatku cukup sibuk..."
"GLEK."
Annete tidak bisa mengatakan apapun saat bagaimana pedang Aldrich membelai sekitar wajahnya. Salah sedikit saja mungkin akan ada goresan disana. Annete benar-benar begitu tegang ia hanya bisa berdoa untuk nyawanya.
"UNG."
Annete sedikit terkejut saat ujung pedang Aldrich mengangkat dagunya hingga akhirnya matanya kini bisa melihat sorot mata Aldrich.
"Ternyata wajahmu biasa saja bahkan terbilang jelek."
Kalimat Aldrich berhasil mengusir sebagian besar ketakutan di hati Annete.
'Dia mengatakan jika aku jelek? Jelas-jelas warga desaku selalu mengatakan bahwa ini adalah wajah milik dewi kecantikan!'
"Kau yang jelek bukan aku!" ingin sekali Annete mengatakan hal tersebut akan tetapi ia masih mau hidup. Sehingga ia hanya bisa menyimpan semuanya didalam hati.
Hingga akhirnya Aldrich menarik kembali pedang miliknya lalu kembali menyimpannya. Tanpa mengatakan apapun Aldrich membalik badannya tapi sebelum ia benar-benar keluar, ia menatap Baron Johan yang masih begitu angkuh saat melihatnya.
"Aku belum selesai denganmu."
Mendengar hal tersebut Baron Johan menata bingung padanya. Tapi tanpa bisa mengatakan apapun tubuhnya sudah menghilang bersama dengan Aldrich.
Disisi lain Annete akhirnya bisa bernafas lega saat Aldrich telah pergi. Sekarang ia hanya perlu membuka penjara dan membawa mereka semua untuk pergi.
Untung saja kuncinya berada di salah satu prajurit yang sudah mati, sehingga Annete bisa dengan mudah mengeluarkan nenek dan kakek Bina.
"Kakek! Nenek!"
Bina segera berlari kearah dua orang tersebut setelah pintu di buka oleh Annete.
"Ya ampun Bina...kamu menyelamatkan kami sayang..."
"Tidak nek, ini semua berkat kak Annete," jelas Bina.
Kedua orang tersebut langsung saja menatap kearah Annete yang berdiri tidak jauh dari mereka dengan senyum canggung.
"Terimakasih nak... terimakasih uhuk.."
"Kita harus segera pergi dari tempat ini dan menghubungi dokter!" pinta Annete saat melihat kondisi kedua orang tersebut yang cukup buruk.
"Terimakasih, terimakasih nak... uhuk.." ulang sang nenek.
"Iya nek sama-sama, ayo kita pergi dulu dari tempat ini..." jelas Annete dengan membantu kedua orang tersebut untuk bangun.
Setelah beberapa.saat akhirnya mereka bisa keluar dari kastil Baron Johan. Untung saja tidak ada prajurit yang tersisa dan pelayan tampaknya telah melarikan diri.
'Tampaknya aku harus membuat surat laporan pada Gabriel mengenai hal ini,' batin Annete.