"Oi Margaretha! Retha!"
"Apa sih?"
"Jangan galak-galak dong sama Aa Ken yang handsome ini"
"Hoekk!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Retha kembali mengerjakan tugas kelompok nya usai makan malam dan berkumpul bersama Rick dan Rey.
Kedua orang tua nya ternyata datang tak membawa diri saja, tapi membawa kado dan piring kesayangan Retha.
Mengingat hal itu membuat Ken canggung, apa mungkin Retha memberitahu tentang piring yang di pecahkan oleh nya?
Entah lah, Ken hanya bisa merasa tertohok untuk sementara waktu selama keluarga itu berkumpul di ruang tamu.
Hingga kini mereka kembali ke kamar masing-masing.
Tok tok tok
Retha yang sedang menghitung pun teralihkan ke arah pintu kamar yang di gedor dari luar. Siapa ya?
Ceklek
Ken berdiri di depan pintu dengan secangkir susu coklat hangat dan biskuit berbentuk bulat.
"Buat temen ngerjain tugas" ujar Ken memperjelas kedatangan nya membawa nampan.
Retha manggut-manggut dan membuka pintu kamar nya lebih lebar. Saat Ken masuk pintu kamar di biarkan terbuka sedikit memberi celah agar tak menimbulkan bahaya.
"Bagian mana yang lo nggak bisa?" tanya Ken menatap ke arah buku coretan yang hanya berisi gambaran tak jelas.
Retha langsung menyembunyikan gambaran nya itu dan menunjuk salah satu soal yang ia masih belum paham.
"Guru udah ada ngejelasin tapi karna berbelit-belit jadi gue nggak paham" ucap Retha dengan jujur.
Ken manggut-manggut. Dan membantu Retha untuk mencari jawaban dengan cara mudah dan cepat menurut nya.
"Gue udah pelajarin soal-soal begini, tapi gue nggak ngasih tau jawaban akhirnya, gue cuma ngasih tau step by step sampai lo bisa" ujar Ken di angguki Retha.
"Lo liat telapak tangan lo, terus bayangin disitu ada tabel trigonometri. Jempol itu 90°, telunjuk 60°, tengah 45°, jari manis 30°, kelingking 0°, kalau di hitung dari jempol duluan itu jawaban plus, kalau dari kelingking minus, bisa?" jelas Ken sembari menunjuk telapak tangan Retha yang terlihat kecil di banding tangan nya.
Tangan nya kecil lucu sekali hap masuk semua ke mulut.
Retha manggut-manggut. "Guru nggak ada ngajarin begini, mereka nyuruh hapalin lewat tulisan. Susah banget" keluh Retha sembari mengingat-ingat rumus-rumus nya.
"Cuma beberapa guru aja yang mau berbaik hati, Rimba juga pernah frustasi karna tabel trigonometri" ucap Ken membuat Retha mendongak.
"Terus?" tanya Retha nampak antusias, ia memiliki bahan untuk mengejek Abang nya nanti.
"Gue ajarin cara cepat, itu juga butuh waktu lama buat dia hapalin. Apalagi dia orang nya pelupa" jawab Ken mendapat tawa kecil Retha yang menampilkan raut wajah misterius.
"Udah lanjut kerjain dulu" titah Ken segera duduk di pinggir ranjang menemani Retha mengerjakan tugas kelompok.
Retha mengerjakan tugas di bantu Ken sambil bermain game di hp nya menghilangkan rasa jenuh.
Hingga jam hampir menunjukkan pukul 12, Ken baru menyadari tak ada pertanyaan lagi perihal tugas yang di kerjakan Retha.
"Tha? Udah bisa semua?" tanya Ken sembari mematikan hp nya dan mendongak.
"Eh? Udah tidur?" gumam Ken melihat kepala Retha yang tersandar di atas meja bertumpu lengan kiri.
Ken melangkah mendekat dan mengecek tugas Retha yang berkedok tugas kelompok itu secara seksama dan hasil nya memuaskan.
"Pasti cape banget ya" gumam Ken sembari berjongkok di samping Retha dan menatap lekat wajah damai Retha.
Ken mengelus rambut yang menutupi wajah manis dan putih Retha dengan lembut dan perlahan.
Apakah ia bisa mendapatkan gadis manis di hadapan nya itu? Sementara di hati nya masih ada Jessi, mungkin?
Mengingat Jessi, ia baru sadar sejak tadi sore ia belum ada mengabari Jessi yang mungkin juga tak ingat untuk mengabari nya.
Dan benar saja, tak ada pesan masuk dari Jessi. Semakin lama hubungan teman tapi mesra mereka mungkin luntur dan asing.
"Padahal bikin status, tapi nggak ada niatan chat duluan. Yaudah nggak papa" gumam Ken memilih mengetik di nomor kontak Jessi dan memberi kabar.
Setelah nya ia memilih untuk menyimpan hp nya ke saku celana nya dan menggendong Retha dengan perlahan ke atas kasur, agar tidur nya Retha lebih nyaman saat bangun pagi.
"Lo udah kerja keras Tha, gue tau lo cuma di manfaatin sama temen kelompok lo, tapi lo tetep kuat, lo gadis kuat yang gue kenal" bisik Ken membuat Retha menggeliat tanpa membuka mata.
Ken tersenyum dan melenggang pergi setelah menutupi tubuh Retha dengan selimut hingga sebatas dada.
Ken kembali ke dapur membawa nampan berisi gelas kosong dan biskuit yang tinggal beberapa.
Tak lama terdengar dering telpon dari saku celana nya. Segera Ken angkat sembari berjalan naik tangga untuk ke kamar nya.
"Halo Jes, sorry baru ngabarin lo, gue sibuk banget tadi"