NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Dosen Killer

Menikah Dengan Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: santi puspita

Naya, gadis kaya raya yang terkenal dengan sikap bar-bar dan pembangkangnya, selalu berhasil membuat para dosen di kampus kewalahan. Hidupnya nyaris sempurna—dikelilingi kemewahan, teman-teman yang mendukung, dan kebebasan yang nyaris tak terbatas. Namun segalanya berubah ketika satu nama baru muncul di daftar dosennya: Alvan Pratama, M.Pd—dosen killer yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti kompromi.

Alvan baru beberapa minggu mengajar di kampus, namun reputasinya langsung menjulang: tidak bisa disogok nilai, galak, dan terkenal dengan prinsip ketat. Sayangnya, bagi Naya, Alvan lebih dari sekadar dosen killer. Ia adalah pria yang tiba-tiba dijodohkan dengannya oleh orang tua mereka karna sebuah kesepakatan masa lalu yang dibuat oleh kedua orang tua mereka.

Naya menolak. Alvan pun tak sudi. Tapi demi menjaga nama baik keluarga dan hutang budi masa lalu, keduanya dipaksa menikah dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Alvan benar benar pulang sendirian saat dirinya sampai dirumah orang tua nya sedikit terkejut melihat alvan sudah pulang.

"Alvan kok sudah pulang bukan nya besok ya harus nya?"tanya bu Rina sambil melihat lihat ke arah pintu utama.

"Naya mana kok masuk ke rumah gak barengan?"tanya bu Rina lagi.

"Belum pulang!!"jawab Alvan singkat dan langsung melangkah menuju ke kamar nya.

"Alvan tunggu,"ucap ayah nya pak Hermawan.

"Ada apa sebenarnya? kenapa Naya tidak pulang bersama dengan mu?"tanya ayahnya.

"Tidak apa-apa!,Aku lelah ingin istirahat "kata Alvan dan langsung melangkah pergi ke kamarnya

Pak Hermawan dan Bu Rina saling berpandangan. Raut wajah keduanya sama—kebingungan bercampur khawatir.

“Mas, kamu lihat tadi ekspresi Alvan?” bisik Bu Rina pelan setelah Alvan menghilang di balik tangga.

Pak Hermawan mengangguk pelan. “Iya. Wajahnya… dingin. Seperti menahan sesuatu.”

“Dan nada bicaranya seperti sedang kesal sekali,” tambah Bu Rina. “Bukan Alvan banget.”

Pak Hermawan menarik napas panjang lalu duduk di sofa. Ia menatap lurus ke depan, seolah pikirannya sedang berpacu jauh.

“Berarti benar dugaanku… pasti ada sesuatu yang terjadi selama di Bali,” gumamnya.

Bu Rina meremas jemarinya gelisah. “Aku takut kalau ini ada hubungannya dengan Naya. Mereka kan baru saja menikah… harusnya bulan madu itu jadi momen mendekatkan, bukan malah pisah pulang begini.”

Pak Hermawan berdiri.

“Aku akan bicara dengan Alvan malam nanti. Kita tidak boleh diam saja. Aku tidak mau pernikahan mereka hancur hanya karena masalah sepele nantinya.”

Bu Rina mengangguk cepat. “Iya, Mas. Dan… mungkin aku akan coba hubungi Naya duluan. Tanyakan kabarnya. Aku punya perasaan buruk.”

 

Alvan melempar tasnya sembarangan ke lantai. Dasi yang tadi melingkar di leher langsung ditarik kasar dan dilempar ke ujung ruangan.

Ia berdiri di depan jendela kamar. Menatap kosong ke arah taman kecil di luar rumah, tapi pikirannya tak ada di sana.

Dalam diam, Alvan mengusap wajahnya. Terlalu banyak yang berputar di pikirannya.

 “Kenapa aku begitu emosi?”

“Apa aku salah?”

“Kenapa semuanya jadi serumit ini…”

Ponselnya bergetar.

Alvan menoleh—nama Bu Rina tertera di layar. Ia hanya menatapnya sebentar sebelum menaruh ponsel itu lagi ke meja.

Ia belum siap bicara dengan siapa pun

"Jika tau begini aku tidak akan melakukan ituu... Ahhh ...bodoh...bodoh..."gerutu Alvan pada dirinya sendiri sambil memukul mukul kepalanya.

"Naya maafkan aku, seharusnya aku bisa menahan diri"gumamnya pelan.

___

Disisi lain tepatnya dibali Naya sudah mengemasi barang-barang nya dirinya akan pulang begitu juga dengan Sarah dan Arya.

Langit Bali yang semula cerah mulai mendung saat Naya menyeret koper kecilnya keluar dari terminal kedatangan. Di belakangnya, Sarah dan Arya berjalan menyusul dalam diam. Ketiganya sudah kembali mengenakan pakaian kasual—tak ada sisa euforia liburan di wajah mereka.

Di dalam taksi...

Naya duduk di pojok kanan, bersandar pada jendela. Matanya menatap keluar tanpa fokus, seolah pikirannya tertinggal di kamar hotel tempat semuanya menjadi kacau. Sarah duduk di tengah, sesekali menatap cemas ke arah Naya. Arya duduk di sisi lain, diam sejak dari bandara.

“Kita beneran gak mampir ke rumah mertua Lo dulu, Nay?” tanya Sarah, mencoba membuka pembicaraan.

Naya menggeleng lemah. “Gue mau langsung ke rumah papa.”

“Tapi lo gak bilang sama mereka?”

Naya menggeleng lagi. “Gue cuma... butuh waktu sendiri. Gue gak mau ketemu siapa-siapa dulu.”

Arya menoleh ke arah Naya untuk pertama kalinya sejak mereka turun pesawat. Tapi ia tak berkata apa-apa. Tatapannya cukup bicara ia masih merasa bersalah.

Taksi berhenti. Rumah besar bercat putih itu tampak sepi dari luar, hanya suara burung di kejauhan yang terdengar.

Naya turun lebih dulu. Ia menatap pagar besar rumah itu dengan pandangan datar.

“Gue masuk sendiri ya,” ucap Naya tanpa menoleh ke arah Sarah dan Arya.

Sarah buru-buru turun juga dan memeluk Naya dari samping. “Kalau ada apa-apa, kabarin gue. Please.”

Naya tersenyum tipis, tapi matanya tetap sayu. “Makasih ya... kalian udah nemenin sampai sekarang.”

Arya yang berdiri di sisi mobil hanya mengangguk. “Hati-hati, Nay.”

Naya membalas dengan tatapan sekilas. Ada jeda canggung. Ia sempat ingin bicara sesuatu ke Arya... tapi tak jadi. Ia hanya berbalik dan mulai berjalan ke arah gerbang rumah.

Dari kejauhan, terlihat punggung Naya semakin menjauh. Sarah dan Arya hanya berdiri, melihat sampai Naya benar-benar menghilang di balik pagar tinggi rumah itu.

Naya membuka pintu pelan, masuk ke dalam rumah yang kosong dan sepi. Ia meletakkan kopernya di sudut ruangan, dan berdiri di ruang tengah yang dulu sering ia hindari.

Sofa yang tertata rapi. Foto keluarga di dinding. Aroma khas rumah itu masih sama.

Naya menghela napas panjang dan berkata lirih,

“Ma, aku pulang... tapi semua sudah berubah.”

"Naya"ucap pak firman.

"Pa..."Naya yang melihat papanya langsung berhambur ke pelukan papanya tangis nya pecah di dekapan papanya.

"Ada apa sayang? Kenapa menangis dan di mana suamimu? tanya pak firman masih mendekap putri nya tapi Naya tidak menjawab.

Tangis Naya masih tertahan saat ia memeluk sang papa. Selama ini, ia selalu berusaha terlihat kuat—bahkan saat menikah pun ia tak menangis. Tapi hari ini, semua dinding pertahanan runtuh.

Pak Firman membelai lembut rambut Naya. “Sudah, sayang... Papa di sini. Kamu aman sekarang.”

Naya hanya bisa mengangguk di dada papanya, seolah itu satu-satunya tempat yang membuatnya merasa pulang.

Beberapa saat kemudian, Pak Firman melepas pelukannya perlahan. “Sudah ya. Kamu istirahat dulu. Papa gak akan maksa kamu cerita. Tapi kalau nanti sudah tenang... Papa siap dengerin.”

Naya menghapus air matanya dengan punggung tangan. “Makasih, Pa.”

Pak Firman tersenyum hangat dan memanggil, “Marniii…”

Tak lama, seorang wanita paruh baya dengan seragam sederhana datang tergesa.

“Iya, Tuan?”

“Tolong bantu bawa koper Naya ke kamarnya, ya.”

“Iya, Tuan,” sahut Marni sopan. Ia segera menghampiri koper di sudut ruangan dan membawanya perlahan menaiki tangga.

Naya berjalan pelan menyusul di belakang, sesekali menoleh pada papanya yang masih berdiri di ruang tengah.

Pak Firman menatap punggung Naya dengan pandangan cemas. Ia bisa merasakan ada yang tidak beres, tapi ia tak ingin memaksa. Anakku... apapun yang terjadi, kamu pulang ke rumah yang benar.

Marni meletakkan koper di sudut kamar lalu tersenyum pada Naya.

“Kalau butuh apa-apa, panggil saya ya, Non,” ucapnya lembut.

Naya mengangguk dan mengucap pelan, “Makasih, Bik Marni.”

Begitu pintu kamar ditutup, Naya jatuh terduduk di tepi ranjang. Ia memeluk dirinya sendiri. Tatapannya kosong, lalu tertuju pada foto lama di atas meja. Foto dirinya bersama mama dan papa—senyum mereka bertiga yang sudah lama menghilang.

Dengan suara hampir tak terdengar, Naya berkata:

“Kalau Mama masih di sini... pasti semua akan beda, ya...”

Lalu, ia memeluk bantal dan kembali menangis dalam diam.

🍒🍒🍒

1
Bidan Sumari
ditunggu kaka...upnya
Bungatiem
Thor namanya ko Gonta ganti terus jadi bingung
sanpus: oke kk terima kasih sudah memperhatikan mungkin memang ada kesalahan pas nulis kemaren,hehehe🤭
total 1 replies
Bungatiem
nama nya yang benar yang mana sih Thor
sanpus: nama siapa?
total 1 replies
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya doubel up thor
sanpus: heheh iya
total 1 replies
Reni Anjarwani
buat naya jatuh cinta pak dosen dan buat dia bahagia
sanpus: copy 😀
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
sanpus: siap🙏😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!