Kaisar Dingin Mengejar Cinta

Di ruang kerja Kaisar Lang, Jenderal Qiao kembali datang membawa dokumen.

“Yang Mulia, saya menemukan hal penting.”

Kaisar menghentikan tulisannya. “Bicara.”

“Salah satu warga desa Hua mengatakan bahwa sebelum pasangan tua itu meninggal… mereka sering membicarakan anak angkat mereka yang sangat disayangi. Anak itu tidak sekolah di desa, tetapi… pandai memasak, pandai berburu kecil, dan… sangat cantik”

Permaisuri tersenyum kecil, matanya berkaca-kaca. “Itu… kedengarannya seperti anak kecil yang ceria… Dialah putri kami…”

Kaisar Lang memejamkan mata lama, menstabilkan emosi.

“Lanjutkan,” katanya.

“Ada lagi…”

Jenderal Qiao menelan ludah.

“Gadis itu… sering terlihat di hutan berburu bersama dua pria muda bertubuh tinggi. Penduduk tidak tahu pria itu siapa… Tapi rumor menyebutkan salah satu pria itu tampan… canggung… dan selalu merah wajah bila bersama gadis itu.”

Permaisuri langsung tertawa lirih untuk pertama kalinya dalam belasan tahun.

“Ah… anakku… bahkan dia sudah dekat dengan lelaki…”

Kaisar Lang menghela napas berat.

“…Siapa pria itu?”

“Itu yang belum diketahui, Yang Mulia. Tapi menurut jejak… gadis itu pergi ke barat bersama pria itu.”

“Menuju Wang,” gumam Kaisar. Semakin jelas jika putri mereka… Hidup. Dan mungkin sedang jatuh cinta.

Sementara orang-orang mencari Yun Sia dengan panik…

Yun Sia justru sedang… menuduh A-yang mencuri makanannya.

“Ayang! Kamu makan potongan dagingku ya!?”

“…Itu jatuh ke piringku.” jawab A-Yang atau kai!sar Wang Tian

“BOHONG. Aku lihat kamu gigit sedikit.” seru Yun Sia

“….”

Mochen dan Liyan berdiri kaku seperti patung. "Kaisar… digugat karena rebutan daging…" pikir mereka dalam hati

“Baik,” A-yang menghela napas panjang. “Aku ganti sepuluh potong untukmu.”

Yun Sia langsung senyum cerah. “Baik! Ayang memang calon suami terbaik!”

A-yang mendadak ngedrop lagi. “Jangan ngomong calon suami seenaknya…”

“Kenapa? Kamu tidak mau?” tanya Yun Sia, "Baiklah aku akan cari pria lain yang lebih tampan dan juga penyayang, Mochen ge.... Liyan ge.... Ayo temani aku cari jodoh pria tampan " lanjut Yun Sia dan membuat Mochen, Liyan shock di panggil Gege belum lagi niat Yun sia.

Sedangkan A-yang menatapnya dengan shock dan dengan tatapan serius yang membuat Yun Sia beku. “Coba ulangi sekali lagi…apa yang kamu lakukan?”

Yun Sia terdiam.

Tidak berkedip.

Tidak bernapas.

Setelah lima detik—

“…Aku makan daging dulu.”

A-yang hampir terjatuh.

Mochen memegang dada, menahan tawa.

Liyan menggigit lidah agar tidak terbahak.

----

Senja turun ketika pasukan bayangan yang dikirim ke Wang kembali membawa kabar penting.

Jenderal Qiao berlutut.

“Yang Mulia… kami mendapatkan petunjuk baru.”

Kaisar Lang bangkit berdiri.

“Bicara.”

“Menurut laporan pedagang keliling, mereka melihat seorang gadis bernama Sia… memasuki wilayah ibu kota Wang bersama seorang pria muda… dan dua pengawalnya.”

Permaisuri menutup mulut. “Satu pria muda…? Dua pengawal…?”

“Betul, Yang Mulia.”

Jenderal Qiao melanjutkan dengan suara tegang.

“Dan pria itu… tampaknya memiliki status tinggi. Sangat tinggi.”

Kaisar Lang menyipitkan mata.

“Siapa pria itu?”

Jenderal Qiao mengendurkan kepala.

“…Sepertinya seorang kaisar.”

Ruangan menjadi hening.

Permaisuri Lang memegangi dadanya.

“Jadi… anakku… berada di istana Wang… bersama Kaisar Wang Tian?”

Kaisar Lang mengembuskan napas panjang.

“Kirimkan utusan kecil. Pastikan identitasnya. Jangan hebohkan dunia. Jika benar bahwa putriku bersama Kaisar Tian…”

Ia menatap jauh ke luar jendela.

Mata seorang ayah yang hampir menemukan belahan hatinya.

“…maka kita harus menjemputnya dengan kehormatan tertinggi.”

----

Malam tiba.

Yun Sia duduk di balkon kecil kamar barunya, memandangi bintang-bintang.

A-yang berdiri di sampingnya, diam, menatap langit yang sama.

“Ayang, bintang hari ini banyak ya.” ujar Yun Sia

“Hm.” gumam A-yang

“Ayang, dingin nggak?” tanya Yun Sia lagi

“Hm.” gumam A-yang

“Ayang, kamu besok sibuk?” tanya Sia lagi

“Hm.”

“AYANG!”

A-yang kaget sampai mundur setengah langkah.

“Hah?! A-apa?!”

“Kamu dengar aku nggak sih?” Yun Sia manyun.

A-yang mengalihkan pandangan. “Dengar…”

“Kamu jawab ‘hm’ terus!”

A-yang diam sejenak.

Lalu mendekat.

Dengan sangat dekat.

Sampai Yun Sia refleks mundur.

“Karena kalau aku jawab terlalu panjang… aku takut melakukan hal lain.” jawab A-yang

“Hal lain apa?” tanya Yun Sia

A-yang tidak menjawab.

"Ah sudahlah..."ujar Yun Sia lalu memandang langit tapi pikirannya entah kemana

" Ayang... kenapa ya aku merasa saat ini ada yang mencariku, tapi siapa?

A-yang terdiam lalu memandang Yun Si, "Tidak perlu di pikirkan... Itu hanya perasaan mu saja"

Yun Sia terdiam, di bawah cahaya bulan, wajahnya terlihat begitu… lembut.

Halus.

Dan hangat.

“Yun Sia…” suara A-yang turun menjadi bisikan. “Kalau aku bilang… aku ingin kamu tetap disini bersamaku… apa kamu mau?”

Yun Sia terdiam hatinya bergetar. “…Aku… mau… selama Ayang tidak cerewet.”

A-yang menatapnya lama. Lalu tersenyum kecil sangat kecil tapi paling tulus. “Baik.”

Namun sebelum suasana menjadi terlalu tenang…

Yun Sia menyenggol lengannya dan berkata polos, “Ayang, aku lapar.”

Keheningan memecah, A-yang menutup muka dengan tangan. “Tentu saja…”

---

Sementara Yun Sia dan A-yang ribut tentang makanan…

Di perbatasan Lang-Wang…

Utusan rahasia Kekaisaran Lang bersiap memasuki Wang.

Membawa satu tujuan, Mencari Putri Lang dan membawa satu nama "Yun Sia."

Dan membawa satu garis merah takdir, Putri yang hilang… Kini hidup di istana Wang…

dan tanpa sadar… jatuh cinta pada seorang kaisar. Dan tanpa keduanya tahu…

kedua kerajaan mulai bergerak. Untuk memperebutkan atau melindungi gadis mungil yang ceroboh itu.

Bersambung