NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. HAMIL

Dua minggu telah berlalu. Kondisi Nyonya Angelina berangsur membaik pasca operasi. Ia kini sudah bisa duduk meski masih dibantu oleh suster yang siaga 24 jam.

Pagi itu ia duduk di atas ranjang, menyandarkan punggung pada sandaran yang empuk. Sinar mentari memasuki kamar lewat tirai tipis, menyoroti rambut putihnya yang tampak berkilau. Wajahnya tenang, dengan dua mata tajam.memandang ke dapan.

Seorang suster datang membawa nampan berisi air putih hangat, obat -obatan dan roti kecil. Ia menata semuanya di meja samping, lalu membantu Nyonya Angelina menegakkan posisi duduk agar lebih nyaman.

Tuan Alex hanya duduk memperhatikannya dari sofa

“Bagaimana kondisi Nyonya pagi ini?” tanya suster itu lembut.

Nyonya Angelina menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis.

“Lebih baik. Sus, terima kasih atas semuanya." balasnya sambil tersenyum.

Suster itu membalas dengan senyum ramah, lalu menyodorkan roti kepada Nyonya Angelina. Dengan tangan sedikit gemetar, perempuan tua itu mengambilnya dan perlahan mengunyah.

Suster kemudian menyiapkan obat, melarutkannya ke dalam segelas air putih, dan menyerahkannya dengan hati-hati. Setelah Nyonya Angelina meneguk obatnya hingga habis, suster itu merapikan meja kecil di samping ranjang.

“Baik, Nyonya, saya akan kembali nanti untuk memeriksa tekanan darah Anda,” ucapnya lembut.

Nyonya Angelina mengangguk pelan dan kembali tersenyum.

Suster lalu berpamitan dan melangkah keluar kamar, membawa nampan dan gelas kosong, meninggalkan Nyonya Angelina yang memejamkan mata, menikmati ketenangan pagi yang damai.

Sementara itu, di ruang tunggu rumah sakit mulai dipenuhi pasien yang datang untuk memeriksakan diri. Suara langkah kaki dan percakapan pelan terdengar bersahut-sahutan. Satu per satu nama pasien dipanggil hingga akhirnya suara suster terdengar jelas dari pengeras suara,

“Ibu Rindi Sulistiawati, silakan masuk ke ruang pemeriksaan.”

Rindi berdiri perlahan, menepuk ujung bajunya yang kusut, lalu mengikuti suster menuju ruang pemeriksaan. Begitu masuk, aroma antiseptik langsung menyambut. Seorang dokter paruh baya tersenyum lembut di balik meja kerjanya.

“Silakan duduk, Bu Rindi,” ujarnya sambil menatap berkas di tangannya.

“Saya sudah menerima hasil pemeriksaan darah dan USG Anda. Tapi sebelumnya, apa akhir-akhir ini Ibu sering merasa pusing, mual, atau cepat lelah?”

Rindi mengangguk pelan.

“Iya, Dok… saya kira karena terlalu banyak kerja,” jawabnya lirih.

Dokter tersenyum kecil, lalu menatapnya dengan lembut.

“Itu wajar, karena Ibu sedang hamil. Usia kandungannya kira-kira dua minggu.”

Rindi tertegun. Pandangannya kosong.

“H-hamil?” suaranya nyaris tak terdengar. Tangannya refleks menyentuh perutnya, sementara matanya berkaca-kaca. Dunia di sekelilingnya terasa berhenti.

Rindi menunduk, napasnya tersengal. Ia tak tahu harus merasa bahagia atau justru takut. Semua bercampur jadi satu.

“Dok… apa saya… benar-benar hamil?” tanyanya lagi, seolah masih mencari kepastian dari kata yang baru saja ia dengar.

Dokter mengangguk pelan sambil tersenyum hangat.

“Benar, Bu. Sebaiknya Ibu banyak beristirahat dan jaga asupan makanan. Kandungan Ibu masih sangat muda, jadi jangan terlalu lelah.”

Rindi mengangguk tanpa suara. Ia keluar dari ruang, menatap kertas hasil pemeriksaan.

Di luar, angin siang berhembus lembut. Dengan langkah gontai,

Ia berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit yang ramai, matanya sayu, pikirannya melayang entah ke mana. Tubuhnya terasa lemah, bukan karena sakit — melainkan karena kebingungan yang tak bisa ia jelaskan.

“Apa yang harus kulakukan sekarang…” gumamnya lirih. Pandangannya buram oleh air mata yang mulai menggenang.

Saat hendak berbelok menuju pintu keluar, tiba-tiba seseorang datang dari arah berlawanan. Tanpa sempat menghindar, brak! — tubuh Rindi menabrak seseorang hingga hasil pemeriksaannya terjatuh berserakan di lantai.

“Maaf... saya tidak—.” ucap Rindi cepat sambil menunduk memunguti kertas-kertas itu. Namun, kalimatnya terhenti begitu ia mendongak.

Di hadapannya berdiri seorang pria tinggi besar dengan setelan jas abu-abu elegan, tatapannya tajam namun berwibawa.

“Tuan… Luis?” suara Rindi tercekat, hampir tak percaya dengan siapa ia baru saja bertabrakan.

Luis sempat melirik hasil pemeriksaan yang tergeletak di lantai sebelum beralih menatap wajah Rindi yang pucat. Ada sesuatu di balik tatapannya — antara terkejut dan penasaran.

Rindi berdiri dan bergegas pergi.

Luis menatap tajam, matanya mengikuti langkah Rindi hingga bayangannya menghilang di ujung koridor. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya — perasaan aneh yang sulit ia pahami dan tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.

Begitu kesadarannya kembali, ia menoleh ke arah pria berkacamata hitam yang sejak tadi berdiri di belakangnya.

“Zam, selidiki siapa perempuan itu dan apa yang dia lakukan di rumah sakit ini,” perintah Luis dengan suara rendah namun tegas.

“Baik, Tuan,” jawab Zam cepat, lalu mencatat sesuatu di ponselnya sebelum bergegas meninggalkan tempat itu.

Luis menarik napas panjang, merapikan jasnya, lalu melanjutkan langkah menuju ruang VIP di lantai atas. Di sana, Nyonya Angelina, ibunya, sedang menjalani masa pemulihan pascaoperasi.

Begitu memasuki ruangan, Luis disambut aroma obat yang lembut dan cahaya matahari yang menembus tirai putih.

"Agel, Putra kesayanganmu datang." ucap tuan Alex yang duduk di sofa.

Luis melangkah mendekat ke tempat tidur.

“Ibu,” sapanya lembut.

Nyonya Angelina membuka mata perlahan, tersenyum lemah saat melihat putranya.

"Luis... akhirnya kamu datang juga."

Luis menarik kursi dan duduk di sisi ranjang, menatap wajah ibunya dengan lembut.

“Bagaimana kondisi Ibu hari ini?” tanyanya pelan.

Nyonya Angelina tersenyum tipis.

“Kondisi Ibu sudah jauh lebih baik. Tapi entah kenapa... perasaan Ibu masih belum tenang.”

Luis mengernyitkan kening, menatap ibunya dengan bingung.

“Maksud Ibu apa? Kalau ada sesuatu yang mengganjal, katakan saja pada Luis. Biar Luis yang menanganinya.”

Nyonya Angelina terdiam lama. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata pelan, suaranya terdengar bergetar.

“Luis, Ayah dan Ibu sudah tua. Mungkin waktu kami di dunia ini sudah tidak lama lagi. Tapi sebelum itu terjadi, kami ingin satu hal — melihat garis keturunan keluarga ini berlanjut. Jangan mengeraskan hatimu. Liza tidak akan kembali. Sampai kapan kamu akan menghabiskan hidupmu hanya untuk menunggunya?”

Tuan Alex yang sedari tadi diam ikut bersuara dengan nada tajam.

“Percuma kamu menasihatinya. Mungkin dia memang ingin menjadi Perjaka tua."

Ia berdiri perlahan sambil bertumpu pada tongkatnya, lalu berjalan ke arah jendela, menatap keluar dengan pandangan kosong.

Suasana di dalam ruangan mendadak menegang hingga suara ketukan pelan terdengar dari arah pintu. Sekretaris Zam muncul dan melangkah mendekati Luis dengan raut serius.

“Saya sudah mendapatkan informasi tentang perempuan itu, Tuan. Namanya Rindi, dia datang ke rumah sakit ini untuk memeriksakan kehamilannya. Menurut dokter, usia kandungannya sekitar dua minggu.”

“Apa_Hamil?” suara Tuan Alex dan Nyonya Angelina, memecah seisi ruangan.

1
Winer Win
cerita malinkundang versi modern ya tor..🤣
Ma Em
Thor tanggung langsung habis , semoga Rindi dan Rara selamat dari niat orang2 yg akan mencelakai Rindi dan si anak durhaka Rudy dan Melda segera dapat azab yg sangat pedih .
Nurjannah Rajja
A nya ketinggalan
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin s
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
Ma Em
Dasar anak durhaka kamu Rudy demi harta kamu malah jadi anak yg tdk akan dapat keberkahan dlm hidupmu karena kamu tdk mau mengakui ibu kandungmu sendiri pasti azab akan datang untuk menghukum mu .
Ayesha Almira
kejamnya Kamu Rudy...mata hati mu sudah tertutup
Ma Em
Semoga Rindi dan anak dlm kandungan ya baik baik saja dan selamat .
Ayesha Almira
ceritanya menarik bagus
Ayesha Almira
smga janinnya baik2 ja...
Ma Em
Tegang Thor deg degan baca bab ini , semoga Rindi bisa tertolong dan bisa sehat kembali agar bisa menyaksikan kehancuran Rudy dan Melda si anak durhaka .
Ma Em
Thor hukuman apa nanti yg akan diterima anak durhaka seperti Rudy dan Melda , jgn langsung mati Thor buat Rudy dan Melda karma yg sangat pedih .
Purnama Pasedu
tuan Luis ya
Ayesha Almira
saking udh g bisa mahn sesk di dada rindi mengeluarkan kata2 sakral.smga rindi sembuh..
Jordan Nbx
Rasakan Rudy dan melda, sudah dapat kutuk.
Ayesha Almira
smga rindi g bersujud...d bersarkan dengan kasih sayang...tp pa blsnnya...yg kuat rindi,ambaikan mereka suatu saat penyesalan dtng
Ayesha Almira
ibu kandungpun ingn mempermalukan sebegitunya Melda ma Rudy...dsaat penyesalan dtng smga hati rindi tertutup buat anak durhaka sprt Melda jg rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!