Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Ayra terluka
Bram mematikan teleponnya, memasukkan ke dalam saku lalu berjalan menghampiri Daniel.
Ia menunduk, membisikkan sesuatu pada Daniel. Sementara Ayra menatapnya penuh harap, ia berharap jika akan mendapatkan kabar tentang ayahnya.
Daniel melirik Ayra sekilas, lalu berbicara lirih pada Bram," kirimkan beberapa pengawal untuk menyelamatkannya!"
"Baik tuan." Bram kembali menjauh untuk menghubungi anak buahnya sesuai perintah Daniel.
Semua itu adalah ulah dari Steven, ayah Daniel, yang terus mengejar Ayra, karena dia dianggap akan membocorkan rahasia mereka. Ayra juga ikut menjadi target penangkapan Steven. Setelah sebelumnya Ayra berhasil lolos, akhirnya ia menggunakan ayah Ayra sebagai alat, agar Ayra bisa datang masuk ke dalam perangkapnya.
Beruntung, Daniel segera menyelamatkannya, namun kini justru ayah Ayra yang berada dalam bahaya.
"Tuan...! Apa yang terjadi? Apakah ayah ku baik baik saja?" tanya Ayra, duduk bersimpuh di hadapan Daniel.
"Tuan, ku mohon selamatkan ayah ku tuan. Aku berjanji akan melakukan apapun jika tuan mau menyelamatkan ayah ku!" imbuh Ayra. Kedua tangannya menggenggam tangan kanan Daniel untuk memohon pada Daniel.
Daniel terlihat gugup, ketika tangannya digenggam oleh Ayra, ia sampai kewalahan menghadapi reaksi yang ada di dalam tubuhnya.
"Ehmmm..." Daniel menarik tangannya perlahan.
"Ayahmu akan baik baik saja, aku sudah mengirim beberapa orang untuk menyelamatkan ayah mu," ucapnya sambil mengusap keringat yang membasahi dahinya akibat sentuhan Ayra.
Tak puas dengan jawaban Daniel, Ayra justru berpindah duduk disamping Daniel dengan jarak yang cukup dekat dan nyaris menempel dengannya.
"Sebenarnya ada apa tuan? Kenapa mereka mengincar ayah ku juga? Sebenarnya siapa mereka? Dan, apa salah kami?" tanyanya.
"Ehmmm..." Daniel kembali gugup, apa lagi wajah Ayra terasa begitu dekat dengan telinganya.
Ia menoleh perlahan, sehingga wajah mereka saling beradu dam saling bertatapan.
"Bisa menjauh sedikit?"
"Oo...m-maaf tuan!" Ayra menggeser duduknya sedikit menjauh dari Daniel.
Daniel menarik nafas dalam-dalam, untuk menetralkan suhu tubuhnya yang sedikit panas karena sentuhan Ayra.
"Mereka adalah suruhan ayahku, ayahku telah tahu jika kamu bersama ku. Kamu adalah satu satunya saksi yang masih berkeliaran. Kamu dianggap berbahaya dan bisa membocorkan rahasianya, karena kamu pernah melihat Rinda bersamanya waktu itu. Makanya dia terus mengejar mu dan memanfaatkan ayah mu agar kamu menemuinya."
"Jadi..., jadi pria itu ayah tuan? Dan dia lah yang telah merencanakan kecelakaan itu?"
"Heem..." Daniel mengangguk.
"Benar benar diluar nalar, tapi kenapa? Istrinya sendiri..." Ayra tak habis fikir dengan permasalahan orang kaya yang begitu rumit.
"Itulah yang sedang aku selidiki. Selama ini aku telah di permainankan oleh orang terdekat ku sendiri."
"Tapi kenapa aku harus terbawa bawa dalam masalah ini? Ini semua gara gara mas Rayyan! Pria brengsek dan mokondo itu tak henti-hentinya membuat masalah dalam hidup ku!" celetuk Ayra lirih.
***
Di tempat lain, Steven telah bersiap-siap untuk pergi menyusul Daniel di villa. Sebelumnya ia telah menghubungi Merry dan menanyakan keberadaan Daniel, karena Daniel tak bisa dihubungi olehnya. Merry mengatakan jika Daniel bersama Bram setelah membebaskan seorang wanita. Mendengar itu, Steven jadi tambah panik, ia meminta sopirnya untuk lebih cepat dalam mengemudikan mobilnya.
Bagaimana pun ia harus memutar otak agar Daniel kembali bisa dipermainkan olehnya. Ia tak mau Daniel mengetahui yang sebenarnya sekarang, karena ia belum menyelesaikan misinya untuk menguasai kekayaan dari almarhum ibunya.
Steven kembali menghubungi Daniel, namun nomornya masih tidak aktif.
"Sial betul anak itu, apa mungkin dia sudah tahu yang sebenarnya? Gawat jika itu terjadi!" ujarnya.
Ia lalu beralih menghubungi orang suruhannya yang telah ia perintahkan untuk menekan ayah Ayra.
"Bagaimana?" tanyanya pada suruhannya, sambil menatap lurus kedepan sementara tangan kanannya sesekali membenarkan headset di telinganya.
"Orang tua ini tidak mengetahui apa-apa tuan, anaknya juga tidak menjawab dia sedang berada di mana, justru nomornya tidak bisa dihubungi lagi," jawab orang suruhan Steven dari balik telepon.
"Bodoh...!! Tekan terus dia sampai mau berbicara di mana anaknya!"
"Baik tuan!"
Steven mematikan panggilannya, ia merasa kesal karena tak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Sementara, ayah Ayra terus menerus ditekan dan dipaksa memberi tahu keberadaan Ayra yang dia sendiri tak tahu. Orang orang suruhan Steven tak peduli dengan keadaan ayah Ayra yang sudah nampak lemah, bahkan nafasnya sudah tersengal-sengal karena terus ditindas.
"Heh pak tua!! cepat katakan di mana anakmu atau aku akan membunuhmu!" maki salah seorang suruhan Steven.
"Aku...aku benar tidak tahu tuan! Setahuku dia sedang berada di rumah suaminya!" jawab ayah Ayra sambil memegangi dadanya.
"BUUUGH..." ayah Ayra ditendang tepat di perutnya, membuat tubuh Ayra jadi terguling dilantai, meringis kesakitan.
Tiba-tiba,
"BRUAAAK..." pintu didobrak kuat. Beberapa orang memakai jaket lengkap dengan masker masuk dan mengepung orang suruhan Steven.
Mereka menodongkan senjata api, orang suruhan Steven yang hanya berjumlah 3 orang itu langsung mengangkat kedua tangan mereka dan perlahan mundur.
"Cepat pergi dari sini! Atau kalian memang sudah bosan hidup!" ancam pria bermasker yang tak lain adalah orang orang suruhan Daniel.
merasa terkepung, anak buah Steven akhirnya mengalah, mereka perlahan mundur dan meninggalkan rumah ayah Ayra.
Ayah Ayra dibantu dan dipapah oleh mereka, lalu membawanya ke dalam mobil dan pergi dari sana.
***
Bram berlari menghampiri Daniel,
"Tuan, baru saja aku mendapatkan kabar, jika tuan Steven sedang dalam perjalanan menuju villa."
"Kalau begitu, aku akan kembali ke villa ketika dia datang nanti. Ayahku tidak boleh tahu jika sebenarnya aku telah tahu permainannya. Aku akan tetap berpura pura bodoh."
"Lalu Ayra bagaimana tuan?"
Daniel menatap Ayra yang telah berpindah berdiri di dekat pintu menunggu ayahnya.
"Dia tetap di sini, jangan sampai ada orang tahu keberadaannya di sini."
"Ayahnya berhasil diselamatkan dan sedang dalam perjalanan kemari, namun keadaan sedikit mengkhawatirkan."
"Panggilkan dokter."
"Baik tuan!"
Ponsel Bram kembali bergetar, kali ini bukan sebuah panggilan, melainkan sebuah pesan singkat dari anak buahnya.
[Bos, sepertinya pria ini tidak memungkinkan untuk dibawa ke sana, kondisinya kritis dan harus dilarikan ke rumah sakit]
Bram segera membalas, [lakukan yang terbaik, aku akan segera ke sana, kirim lokasi rumah sakitnya]
[Baik bos]
"Ada apa Bram?" tanya Daniel.
Bram memberikan ponselnya dan meminta Daniel membaca pesan singkat tersebut.
"Kalau begitu, ajak gadis itu untuk segera menemui ayahnya, aku akan menyusul nanti, aku harus menghubungi ayah ku dahulu supaya dia tidak curiga."
Bram mengangguk, lalu berjalan menghampiri Ayra." Ayra...! Ayahmu berhasil selamat, tapi dia harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya yang lemah."
Ayra tidak mampu menjawab, matanya berkaca-kaca dan tubuhnya nyaris ambruk. Beruntung Bram segera menopangnya, lalu ia memapah Ayra menuju mobil.