NovelToon NovelToon
Gadis Tengil Anak Konglomerat

Gadis Tengil Anak Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rosseroo

Seorang gadis remaja yang kini duduk di bangku menengah atas. Ia bernama Rona Rosalie putri bungsu dari Aris Ronaldy seorang presdir di sebuah perusahaan ternama. Rona memiliki seorang kakak lelaki yang kini sedang mengenyam pendidikan S1 nya di Singapore. Dia adalah anak piatu, ibunya bernama Rosalie telah meninggal saat melahirkan dirinya.

Rona terkenal karena kecantikan dan kepintarannya, namun ia juga gadis yang nakal. Karena kenakalan nya, sang ayah sering mendapatkan surat peringatan dari sekolah sang putri. Kenakalan Rona, dikarenakan ia sering merasa kesepian dan kurang figur seorang ibu, hanya ada neneknya yang selalu menemaninya.

Rona hanya memiliki tiga orang teman, dan satu sahabat lelaki somplak bernama Samudra, dan biasa di panggil Sam. Mereka berdua sering bertengkar, namun mudah untuk akur kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosseroo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengawal Cinta

Pagi itu rumah terasa lengang. Setelah sarapan sederhana, Rona duduk di ruang makan hanya ditemani nenek Sindy. Aroma teh hangat dan suara burung dari halaman membuat suasana terasa begitu damai.

“Nenek, Rona jadi malas sekolah kalau nggak ada Ayah sama Kak Raymond,” gumam Rona sambil memainkan sendok di gelasnya.

Nenek Sindy tersenyum lembut, “Ah, cucu manis nenek ini manja sekali. Tenang saja, sebentar lagi ada yang menjemputmu.”

Belum sempat Rona bertanya, suara klakson singkat terdengar dari luar. Mobil hitam yang tak asing lagi sudah terparkir rapi di halaman.

“Samudra…” Rona menunduk, wajahnya memerah.

Nenek Sindy tertawa kecil sambil menepuk bahu cucunya, “Lihat tuh, adeknya Lee Min ho udah dateng. Duh cucu nenek punya pengawal pribadi. Coba jangan pura-pura jutek lagi, nanti disambar orang loh.”

“Neeenek…” Rona merengek, wajahnya makin merah padam.

"Hati hati di jalan yaa..cucu cucu nenek.." ucapnya sumringah.

Dengan langkah pelan, Rona keluar rumah. Samudra sudah berdiri di samping mobil, membuka pintu untuknya.

“Pagi, nona manja,” ucap Samudra sambil tersenyum nakal.

“Pagi,” jawab Rona singkat, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

Begitu mobil melaju, suasana hening sesaat. Namun tanpa banyak bicara, tangan kiri Samudra perlahan meraih tangan Rona dan menggenggamnya erat.

“Sam…” Rona refleks menoleh, jantungnya berdetak lebih cepat.

“Apa? Salah ya kalau aku begini?” Samudra melirik sekilas, sebelah tangan tetap mantap mengendalikan setir.

Rona diam, hanya menunduk, membiarkan jemari mereka tetap bertaut. Ini pertama kalinya ia diperlakukan seintim itu. Biasanya mereka lebih sering ribut soal hal-hal sepele.

Sampai di sekolah, Samudra menepikan mobilnya. Ia tak langsung pergi, melainkan berjalan bersama Rona hingga ke depan kelasnya. Beberapa teman sempat melirik, berbisik-bisik dengan senyum penuh tanda tanya.

“Nih, sudah sampai. Jangan macam-macam ya hari ini,” ujar Samudra setengah bercanda.

Rona hanya mengangguk kecil, senyum malu-malu terukir di wajahnya.

“Terima kasih, Sam…” bisiknya lirih sebelum bergegas masuk kelas.

Samudra tersenyum puas, lalu melangkah menuju kelasnya sendiri, meninggalkan degup jantung Rona yang masih belum mau tenang.

Begitu Rona melangkah masuk kelas, tatapan teman-temannya langsung tertuju padanya. Mely, Cika, dan Rita yang sejak tadi duduk di bangku pojok serempak memberi kode dengan lirikan dan senyum penuh arti.

“Eh, eh… liat deh, ada angin apa nih dia dianterin sampai depan kelas,” bisik Rita sambil menyikut lengan Cika.

“Iya, tangan mereka tadi… kayaknya nempel terus, ya?” sahut Cika tertawa kecil.

Rona yang merasa jadi pusat perhatian langsung cemberut.

“Apaan sih kalian? Liatin orang kayak lagi nonton sinetron aja.”

Namun Mely, dengan ekspresi serius tapi penasaran, mendekat.

“Na, gue tanya jujur ya. Loe… sama Samudra itu gimana? Jangan jangan, dugaan kita bener. Udah maju satu langkah, ngaku.”

Pertanyaan itu membuat wajah Rona memanas. Rona tahu, kejadian tempo hari sempat membuat Mely trauma, namun Rona menenangkan nya dan berjanji akan mencari bukti lengkap dan mengadili Steve.

Rona kini mengigit bibirnya, lalu dengan sedikit malu ia berkata pelan,

“Kalau soal Samudra… iya, kami su-sudah pacaran.”

“Waaahhh!!!” seruan Cika dan Rita pecah bersamaan. Mereka meloncat kecil di kursi sambil bertepuk tangan.

“Akhirnya, Rona nggak jomblo lagi! Wajib traktiran nih!” seru Cika riang.

“Bener banget! Kita rayain sore ini, nggak boleh nolak!” timpal Rita, membuat wajah Rona semakin merah padam.

Mely tersenyum tipis, lega melihat sahabatnya jujur. Meski ada sedikit bayangan rasa takut karena trauma tempo hari, ia tetap mendukung.

“Kalau loe bahagia Na, kita ikut bahagia. Tapi hati-hati ya, jangan sampai lengah lagi.”

Rona hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Rona tidak tahu saja, bahwa selama ini Samudera telah mencuci otaknya agar tidak dekat dengan lelaki manapun. Hanya dia yang boleh berteman dengan Rona. Karena itulah Rona selalu membenci semua lelaki yang mendekati nya.

Hari itu sekolah terasa lebih panjang dari biasanya. Samudra sibuk dengan latihan basket untuk persiapan tanding, sementara Rona tak kalah serius, tenggelam dalam tumpukan latihan soal Olimpiade Matematika.

Selesai jam pelajaran, kelas mulai lengang. Rona masih duduk di bangku, merapikan buku-buku catatannya ketika terdengar langkah kaki mendekat.

“Sayang,”

Suara Samudra terdengar begitu santai tapi sukses membuat suasana kelas jadi canggung. Hati Rona sontak mencelos ke udara.

Mely, Cika, dan Rita yang masih berada di dekat pintu langsung saling berdehem, pura-pura batuk sambil menahan senyum.

“Heem... ehem...”

Mereka bertiga lalu saling pandang, senyum-senyum menggoda, dan buru-buru berpamitan.

“Eh, kami duluan ya, Na... Sam,” kata Mely sambil melirik penuh arti.

“Bye Na... hati-hati di jalan...” tambah Rita dan Cika dengan nada yang dibuat-buat.

Begitu pintu kelas tertutup, wajah Rona seketika merah padam. Ia spontan mencubit lengan Samudra.

“Samudra! Ngapain sih manggil gitu di depan mereka?!”

Samudra meringis, tapi malah tertawa.

“Aduh... sakit, Na. Tapi lucu banget deh lihat kamu begini.”

Rona mendengus sambil menunduk, mencoba menutupi pipinya yang merona.

“Huh, dasar...”

Samudra masih terkekeh sambil mengusap lengannya.

“Ya udah, ayo pulang. Kalau enggak, nanti mereka nungguin di luar sambil ngegodain lagi.”

"Emang pak Budi nggak jemput aku?" tanya Rona saat Sam mulai menggandeng tangannya.

"Kamu lupa? Mulai hari ini dan seterusnya, aku yang antar jemput kamu. Jadi, pengawal Cinta kamu."

Rona hanya bisa mendengus kecil, "Ada kresek nggak yah."

"Buat apa?" Sam bingung.

"Jadi mual, denger kamu lebay gini." ucap Rona membuat Sam tertawa.

Rona akhirnya tersenyum, dan berjalan di samping Samudra dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

" Na, katanya kamu pernah di telfon sama privat number sebelum kejadian pukulan itu kan?" Rona mengangguk. "Kalau nanti ada telfon dari privat number lagi, coba di rekam siapa tahu bisa buat tambahan bukti."

"Iya Sam."

***

Sorenya, Samudera masih di rumah Rona setelah pulang bersama. Nenek Sindy mengajak makan siang bareng, lalu kedua orangtua Samudera tiba-tiba datang kesana entah ada urusan apa dengan pak Aris. Kak Raymond dan pak Aris pulang tepat jam satu siang, setelah meeting di luar kota. Kini mereka sedang berunding di ruang kerja ayah Rona.

"Mereka bahas apaan sih?" Rona semakin penasaran.

Sam hanya mengedikkan kedua bahunya, dan melanjutkan makan cemilan yang di bawakan oleh pelayan. Nenek Sindy berpamitan pada kedua sejoli itu, beliau akan pergi ke tempat arisan bersama teman-temannya. Nenek Sindy tidak pernah pergi sendri, karena pak Aris selalu menyuruh bodyguard untuk berada di dekat ibunya.

"Nenek pergi dulu ya sayang, nikmati sore kalian." pamit nenek, mencium pipi Rona dan Sam.

Selang beberapa menit, ponsel Rona bergetar. Sebuah panggilan masuk dari nomor dirahasiakan. Rona menoleh pada Sam, dan Sam memberi aba aba untuk segera mengakat telefon itu. Sam membuka ponselnya untuk merekam pembicaraan di telefon Rona.

Rona menggeser tombol hijau telefon.

"Hallo."

"Hai cantik."

"Steve! lagi lagi ini elo kan!"

"Ssstt jangan keras-keras baby, bagaimana tantangan ku minggu kemarin. Apa kamu sudah mempunyai saksi nya, sayang?"

Tangan Sam mengepal kencang, rasanya saat itu juga ingin sekali menghantam wajah Steve.

1
Nurika Hikmawati
wkwkwk... aku ngakak sih di part ini
Nurika Hikmawati
prikitiw... kiw kiw
Nurika Hikmawati
ya ampun... kamu ditembak sam Ron. panah asmara sdh meluncur 😍
Nurika Hikmawati
knp dicegah sih sam... erina udh keterlaluan. harusnya biarin aja
Nurika Hikmawati
ini udh parah sih. knp harus bawa2 ibunya rona yg almarhum. perlu dibejek mulutnya
Nurika Hikmawati
kalau begini kamu memang mau pgn cari masalah sm rona aja kan?
Drezzlle
ogeb Rona, Dia itu sayang Ama lu
Peka dikit
Drezzlle
Nah bagus Rona hajar aja
Drezzlle
ih mulutnya, dengki banget sih
Dewi Ink
wah parah, dipasang kamera , gila tu bocah steve/Curse/
Dewi Ink
betuul, kan Meraka udah mulai dewasa biar nanti pas waktunya gak kaget 🤣🤣
Dewi Ink
rona anaknya sanguin ya, ga malu ngaku sama neneknya.. yawis atuh sama2 sukaa si😍
mama Al
wah ada Risma

terimakasih sudah di promosikan
mama Al
suiiit suuiit ada yang jadian
mama Al
samudra; aku tulus rona
mama Al
jangan gitu Erina, kamu layak dapat yang lebih dari dua pria itu.
Mutia Kim🍑
Wah bahaya si Steve malah naruh CCTV di boneka itu
Rosse Roo: emang, rada2 si diaaa🤧
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Omoo omooo ternyata sudah lama dijodohkan🤭
Mutia Kim🍑
Cie yg mengakui juga perasaannya, langgeng terus ya kalian/Kiss/
🌹Widianingsih,💐♥️
Sabar Sam, kamu harus berjuang menundukkan hati dan egonya yang keras kepala....nanti lama-lama juga Rona akan luluh dan menerima mu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!