NovelToon NovelToon
Aku Bukan Pelacur

Aku Bukan Pelacur

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Malam itu, di sebuah desa terpencil, Alea kehilangan segalanya—kedua orang tuanya meninggal dan dia kini harus hidup sendirian dalam ketakutan. Dalam pelarian dari orang-orang misterius yang mengincarnya, Alea membuat keputusan nekat: menjebak seorang pria asing bernama Faizan dengan tuduhan keji di hadapan warga desa.

Namun tuduhan itu hanyalah awal dari cerita kelam yang akan mengubah hidup mereka berdua.
Faizan, yang awalnya hanya korban fitnah, kini terperangkap dalam misteri rahasia masa lalu Alea, bahkan dari orang-orang yang tak segan menyiksa gadis itu.

Di antara fitnah, pengkhianatan, dan kebenaran yang perlahan terungkap, Faizan harus memutuskan—meninggalkan Alea, atau menyelamatkannya.

Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Aku Bukan Pelacur.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16

Ibu Maisaroh memandanginya tak percaya. “Itu saja? Kau tak bisa bicara yang lebih menenangkan, Faizan?” suaranya sedikit meninggi.

Faizan menoleh sebentar, ekspresinya tetap datar. “Apa lagi yang harus dikatakan, Mah? Dokter sudah menjelaskan semuanya. Dia hanya perlu istirahat, itu saja. Aku harus bagaimana lagi?”

Alea berdiri di belakang Faizan, menunduk. Hatinya perih mendengar jawaban itu, tapi ia memilih diam.

Faizan kemudian melangkah ke ruang kerjanya tanpa menoleh, meninggalkan Alea bersama Ibu Maisaroh yang hanya bisa menghela napas panjang melihat jarak di antara mereka berdua yang semakin terasa.

Ibu Maisaroh menatap punggung Faizan yang menghilang di balik pintu ruang kerja. Helaan napasnya berat, seolah menahan sesuatu yang tak bisa diungkapkan.

“Faizan… selalu saja begitu,” gumamnya lirih, hampir tak terdengar.

Alea yang sejak tadi menunduk hanya memegang ujung bajunya erat-erat. Ada rasa sesak di dadanya, campuran antara kecewa, sedih, dan tak berdaya.

Ibu Maisaroh akhirnya berbalik, mendekati Alea. “Nak…” suaranya melembut, tangannya terulur menyentuh bahu menantunya itu. “Jangan diambil hati, ya. Faizan itu… kadang terlalu kaku dengan perasaannya.”

Alea mencoba tersenyum, meski matanya berkaca-kaca. “Saya mengerti, Bu… Mungkin dia hanya lelah.” Suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.

Ibu Maisaroh mengangguk pelan, meski jelas ia tak sepenuhnya puas dengan sikap putranya. “Kamu istirahat saja dulu. Ibu akan bicara lagi dengan Faizan nanti. Tidak bisa begini terus.”

Alea mengangguk, kemudian berjalan menuju kamarnya. Sementara itu, di ruang kerja, Faizan duduk di kursinya, menatap layar laptop tanpa benar-benar fokus.

Di benaknya, wajah Alea sempat terlintas—mata yang redup, sikap yang selalu diam menerima. Ada rasa bersalah yang menekan hatinya, tapi egonya selalu lebih keras berteriak.

Tangannya mengepal di atas meja. "Untuk apa aku memikirkannya?" batinnya, tapi ia segera menggeleng. "Tidak… Aku tidak boleh luluh begitu saja."

Faizan menyandarkan punggungnya di kursi, memejamkan mata sejenak. Suara ketukan pelan di pintu ruang kerjanya membuat alisnya berkerut. Ia tahu siapa yang datang.

“Masuk,” ucapnya datar.

Ibu Maisaroh melangkah masuk, ekspresinya sudah jelas menunjukkan ketidaksabaran. “Faizan, kita perlu bicara,” suaranya tegas, penuh wibawa seorang ibu.

Faizan membuka mata, menatap ibunya sekilas sebelum kembali memfokuskan pandangan pada berkas-berkas di mejanya. “Tentang apa, Mah? Kalau soal Alea, semuanya baik-baik saja, bukan?”

Ibu Maisaroh mendesah berat. “Baik-baik saja? Kau tidak melihat dia? Wajahnya pucat, matanya sembab. Dan kau—kau bahkan tak berusaha menenangkannya.”

Faizan mengepalkan tangannya, tapi suaranya tetap dingin. “Mah, dokter sudah bilang dia butuh istirahat. Itu yang akan dia dapatkan di sini. Aku tidak perlu berpura-pura manis hanya untuk membuat orang lain merasa lebih baik.”

“Faizan!” tegur Ibu Maisaroh, nadanya meninggi. “Ini bukan soal berpura-pura. Ini tentang perasaan istrimu! Apa kau begitu keras kepala sampai tidak peduli sama sekali?”

Faizan bangkit dari kursinya, menatap ibunya dengan sorot mata dingin. “Aku peduli, Mah. Tapi caraku berbeda. Dan aku tidak suka dipaksa melakukan hal yang tidak sesuai dengan diriku.”

Ibu Maisaroh terdiam sesaat, hatinya semakin perih melihat putranya bersikap sedingin es. “Faizan… kau akan menyesal kalau terus seperti ini.”

Namun Faizan hanya memalingkan wajahnya, kembali duduk, seolah pembicaraan itu sudah berakhir. “Aku tahu apa yang harus kulakukan, Mah.”

Di luar ruangan, Alea berdiri di ujung koridor tanpa sengaja mendengar percakapan mereka. Hatinya semakin berat, menyadari jarak di antara mereka seperti tembok yang tak bisa dirobohkan.

--

Malam semakin larut. Lampu-lampu rumah menyala redup, meninggalkan bayangan panjang di dinding. Alea masih membuka matanya, memandangi langit kamar. Ibu Maisaroh tampak mondar-mandir dengan wajah gusar, sedangkan suara langkah Faizan di lantai atas terdengar samar.

“Faizan… kau mau ke mana?” suara Ibu Maisaroh bergetar, campuran antara marah dan kecewa.

Faizan berhenti sejenak di depan pintu, menatap ibunya dengan sorot mata yang sulit dibaca. “Aku kembali ke apartemen, Mah. Besok banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan.”

“Lalu Alea? Kau tinggalkan dia begitu saja?” Nada suara Ibu Maisaroh meninggi. “Dia baru saja keluar dari rumah sakit, Faizan. Kau ini sebenarnya punya hati atau tidak?”

Faizan menghela napas, suaranya tetap tenang tapi dingin menusuk. “Semua kebutuhannya sudah disiapkan di sini. Mah, jangan memaksaku jadi seseorang yang tidak bisa aku paksakan.”

Ibu Maisaroh memandangnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Faizan, ini bukan soal paksaan. Ini soal rumah tanggamu, soal hatimu… soal dia yang menunggumu di sini.”

Faizan terdiam sejenak, tapi kemudian memalingkan wajahnya, seolah tak ingin hatinya goyah. “Aku hanya butuh ruang, Mah. Itu saja.”Ia melangkah keluar tanpa menoleh ke belakang.

Di teras, mobil Faizan melaju meninggalkan rumah. Lampu belakangnya menghilang di tikungan jalan, membawa pergi semua harapan malam itu.

Di dalam rumah, Ibu Maisaroh memejamkan mata, berbisik lirih seolah bicara pada dirinya sendiri, “Anak itu… akan menyesal suatu hari nanti.”

Alea yang mendengar keributan di luar, hanya bisa menggenggam erat ujung bajunya. Tidak ada air mata yang jatuh malam itu—hanya sebuah kesunyian yang menelan hatinya perlahan-lahan.

---

Pagi itu, kota masih diselimuti kabut tipis. Di gedung perkantoran yang menjulang tinggi, Faizan sudah duduk di balik meja kerjanya. Jas hitamnya rapi, wajahnya tetap dingin seperti biasa, seolah malam yang panjang tak mengganggu ketenangannya.

Ia memandangi layar laptop, mencoba memfokuskan pikirannya pada laporan-laporan yang menumpuk. Namun, di sela kesibukannya, bayangan wajah Alea sempat melintas. Senyap, redup, dan penuh luka. Faizan mendesah pelan, cepat-cepat menepis pikiran itu.

Fokus, Faizan. Kau memilih jalan ini.

Tak lama kemudian, suara ketukan pintu memecah lamunannya. Seorang staf perempuan masuk. “Pak, tamu dari perusahaan partner sudah tiba. Mereka menunggu di ruang rapat.”

Faizan mengangguk singkat. “Baik, saya ke sana sekarang.”

Ia mengambil berkas-berkasnya, melangkah ke ruang rapat dengan langkah tegap. Namun, begitu pintu terbuka, langkahnya sempat terhenti sepersekian detik.

Di ujung meja rapat, berdiri seorang perempuan dengan senyum profesional di wajahnya. Rambut hitamnya tersanggul rapi, pakaian kerjanya elegan.

“Nadia…” Faizan nyaris tak percaya.

Perempuan itu—mantan tunangannya—menatap Faizan dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada keterkejutan singkat di matanya, tapi segera tergantikan senyum tenang. “Lama tak bertemu, Faizan.”

Ruangan mendadak terasa sempit. Beberapa kolega di sana saling berpandangan, tak tahu ada cerita panjang di balik pertemuan itu.

Faizan segera memulihkan ekspresinya, kembali pada sikap dinginnya yang khas. “Silakan duduk,” ucapnya datar, seolah tak terjadi apa-apa.

Namun, di dalam dadanya, ada sesuatu yang bergejolak. Pertemuan ini sungguh tak pernah ia duga.

...----------------...

Bersambung...

1
Jumi🍉
Istri kabur dia santai-santai aja tuh,,,kayak gak ada keinginan sama seklai buat memperbaiki rumah tangganya, lepas dari mantan Nadia datang Nayla.../Sleep/
septiana: ntah kapan dia mau sadarnya
total 4 replies
Helwa Mahara
buatlah faizan menyesal atas kepergian istrinya dan buat dia bucin ka
Jumi🍉
Sama Nayla rada betah ya tinggal di hotel bareng yang notabennya hanya orang lain, padahal bisa aja tuh tanggung jawab gak musti tinggal bareng...🙄keputusan Alea buat menjauh udah tempat tuh gak dibutuhin juga sama Faizan selama ini.😅
septiana
sampai kapan kamu akan bersikap seperti itu Faiz sama istri mu🤔
Miss Ra: /Facepalm//Joyful//Facepalm//Joyful/
total 3 replies
Jumi🍉
Nayla kamu jangan berani-berani ngusik rumah tangga Faizan apalagi ada niatan jadi pelakor, istrinya aja seperti bayangan apalagi kamu mungkin hanya dianggap angin sekelibat langsung hilang, yang ada di otaknya hanya pekerjaan...😅🤣
Miss Ra: /Facepalm//Facepalm//Joyful//Joyful/
total 1 replies
Jumi🍉
Mending Alea kamu pergi jauh dari kehidupan Faizan, kamu dianggapnya bagaikan bayangan yang tak terlihat, tuh Faiz hidupnya cuma tentang pekerjaan. Tapi bila nanti ada perempuan masuk dalam kehidupannya baru kamu balas caci maki balik tuh Faiz...😤
Jumi🍉
Kalau kamu bisa sejahat itu memperlakukan istrimu dan bahkan ibumu, berarti dengan wanita lain harusnya kamu bisa jauh lebih jahat lagi termasuk nanti mantanmu...😆Hidup aja kamu sendirian hingga akhir ajal menjemput...🤣
Miss Ra: /Facepalm//Joyful/
total 1 replies
Anonymous
😍😍
Anonymous
😍😍….
Dhafitha Fitha Fitha
udah Alea hbis ni kamu pergi aja dari sana apa juga yg m di pertahankan biar dia punya penyesalan
septiana
suatu saat kau akan mendapatkan balasan dari apa yg kamu perbuat Faiz.. dan disaat penyesalan itu datang Alea sudah tidak menginginkan mu lagi.
Jumi🍉
Bingung aku tuh mau komen apa lagi buat Faiz saking menyebalkan jadi orang...🤬😤
Milla
lanjut min
Miss Ra: siaaapp
total 1 replies
Milla
next min
Dhafitha Fitha Fitha
Fandi Jdi setan 😈😈😈
Miss Ra: /Grin//Joyful/
total 1 replies
Jumi🍉
Dengan mantan punya banyak waktu untuk bicara berbanding terbalik buat istri diam seribu bahasa,,,/Curse/Alea mending cepat bawa ruqyah tuh suamimu biar jin ditubuhnya pada hilang sampai ulat keket gamon juga ikut terhempas...🤣
Miss Ra: /Joyful//Joyful//Joyful/
total 3 replies
septiana
ego mu setinggi langit Faiz,kau akan menyesal setelah nanti Alea jauh darimu.. teruslah berbuat dingin pada Alea sampai nanti alea lelah dan ga ingin kembali padamu lagi
Jumi🍉
Kepala batu banget si Faiz, kaya orang hidup segan mati tak mau definisi orang gak punya tujuan...😩kompasnya rusak kali makanya tersesat di masa lalu aja...🤭
Jumi🍉: Habisnya bikin sebel banget tuh Faiz...😆
total 2 replies
Jumi🍉
Tahu rasanya dilukai tapi tanpa sadar kamu juga membuat luka untuk Alea selama ini...😪
Dhafitha Fitha Fitha
AQ benci masa lalu kl smpek nongol lg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!