Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pernikahan #1
Akad nikah berjalan lancar, sekarang Hardhan berada di ruang rias bersama Kei dan team make up artist profesional yang akan membuka kebaya putih Kei dan menggantinya dengan kebaya untuk resepsi, dan memperbaiki make up Kei yang sedikit rusak karena ia menangis saat prosesi sungkeman dengan papanya.
Hardhan menatap Kei dengan perasaan baru, perasaan yang timbul sejak ia mengucapkan janji nikah di sebelah Kei, dihadapan penghulu dan kedua orang tua mereka. Perasaan posesif, dan perasaan aneh lainnya yang bergemuruh di dalam dadanya.
Hari ini Kei sudah resmi menjadi istrinya, Kei keluarganya sekarang, dan Hardhan terkenal dengan kesetiaannya kepada keluarganya, ia akan melindungi Kei sebagaimana mestinya.
Kei menahan Kebaya putihnya untuk tetap ditempatnya, ia terlalu malu untuk membukanya. Kei terus menatap Hardhan, meminta Hardhan keluar sebentar sementara ia ganti kebaya, Hardhan membalas tatapan Kei dengan menaikkan sebelah alisnya.
Sambil menghela napas panjang, Kei membiarkan kebaya itu dilepas dari tubuhnya, hanya menyisakan kamisol tipis dari brukat di dalamnya. Hardhan merasa kamisol itu terlalu sempit dibagian dada Kei.
"Apa kalian tidak punya kamisol yang lebih besar lagi? Yang itu terlalu ketat untuknya. Astaga, kedua gunung kembarnya nyaris berontak keluar! Apa kalian tidak melihatnya?" gerutu Hardhan.
Wajah Kei langsung semerah udang rebus, team make up yang melepas bajunya tadi saling tatap, sudah pasti mereka bingung dengan pertanyaan aneh Hardhan.
"Maaf tuan, memang harusnya seperti ini."
Hardhan ingin melanjutkan komentarnya tapi terhenti ketika melihat Kei memelototinya.
"Sudah lanjutkan lagi kegiatan kalian, saya tidak akan mengganggu lagi."
Kedua wanita itu memasangkan kebaya gaun warna maroon berkerah lebar dengan payet bermotif bunga. Mendapati bagian dada kebaya itu tidak mampu menutup gunung kembar Kei, membuat Hardhan kembali kesal. Siapapun pria di luar sana, akan bisa melihatnya nanti.
Hardhan akan perintahkan Alex untuk berjaga-jaga di sekitar Kei, siapapun pria yang berani menatap istrinya, terutama ke bagian dada istrinya itu, akan segera ia kebiri.
Team make up sudah selesai dengan Kei, dan Kei terlihat sangat anggun dengan kebaya panjang itu, Kebaya yang benar-benar pas di tubuh Kei, mengikuti lekuk indah tubuh Kei.
Rambut Kei di gulung membentuk sanggul modern, tanpa hiasan sama sekali di kepala Kei, dengan beberapa helai rambut dibiarkan tergerai, terlihat begitu alami dan natural , Kedua tangan Kei menggenggam satu buket bunga.
"Kalian boleh keluar sekarang!" perintah Hardhan.
"Tapi kami belum selesai dengan baju anda, Tuan."
Hardhan menaikkan sebelah alisnya, "Apa kalian pikir, kalian bisa menyentuhku? Keluar sekarang!" hardik Hardhan sambil mengibas tangannya dengan tidak sabar.
Dengan segera ketiga wanita itu keluar dari ruang rias, menyisakan Hardhan dan Kei berdua. Dengan langkah mantap, Hardhan menghampiri Kei, melihat gunung kembar Kei yang melembung seperti balon, Hardhan mengintip ke sela-sela gunung kembar itu.
"Dari sini aku bisa melihat langsung ke pusarmu!" geram Hardhan kesal.
Kei memutar kedua bola matanya, "Hanya yang berpikiran mesum saja yang akan melihatnya seperti itu."
Hardhan tertawa serak, "Apakah kita akan bertengkar di hari pernikahan kita, Sayang? Dan kenapa kau pilih kebaya seperti ini? Apa kau sengaja memamerkan dadamu itu ke semua orang?"
"Ini kebaya model baru Hardhan, mama yang memilihnya buka aku."
"Hmmm begitu, sepertinya dia ingin aku segera memberinya cucu. Bagaimana kalau kita memulainya sekarang?" Hardhan merangkul tubuh Kei, dan menariknya merapat ke Hardhan membuat Kei memekik kaget.
"Hardhan jangan gila kamu, lepasin! Bunganya bisa rusak!" gerutu Kei sambil mendongakkan kepalanya menatap Hardhan kesal.
"Kau lebih sayang bunga itu daripada memenuhi keinginan suamimu?" jari Hardhan mengusap rahang Kei.
"Aku ... "
Apapun yang ingin dikatakan Kei terputus karena ciuman Hardhan yang mendarat di bibirnya, mata Kei melotot kaget mendapat serangan tak terduga itu, ciuman dalam yang seolah menyedot seluruh kekuatan Kei sampai ia memejamkan mata dan bersandar ke dada Hardhan.
Tangan Hardhan tidak bisa diam di belakang kepala Kei, menahan dan meraba bagian tengkuknya, sementara bibirnya terus bekerja dengan ahli, membuat kedua lutut Kei melemas.
Hardhan menghentikan ciumannya, dan membenamkan wajah Kei ke dadanya ketika pintu ruangan itu terbuka.
"Hardhan ibumu ... Ohh maaf!" seru Sam, ia membuka mulut ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak jadi, lalu Sam berdeham pelan, "Itu ... Ahh silahkan lanjutkan kembali," lanjutnya sambil menutup pintu lagi.
"Aku akan membunuhnya!" desis Hardhan kesal dari atas kepala Kei.
Kei berusaha mengatur kembali napasnya yang tidak beraturan, lututnya masih terasa lemas. Kalau tangan Hardhan tidak memeluknya, ia mungkin akan jatuh terduduk ke lantai.
Sekarang setelah Kei sudah sepenuhnya sadar, ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa menolak ciuman Hardhan. Kei berontak dalam pelukan Hardhan, berusaha membebaskan diri, dan Hardhan melepasnya.
"Sepertinya aku sudah merusak sanggulmu," Hardhan terkekeh pelan, disambut pelototan tajam Kei, wajahnya masih merona merah dan napasnya sudah mulai teratur kembali.
Dengan wajah cemberut Kei meraba-raba sanggulnya, berusaha memperbaiki kerusakan yang dibuat Hardhan, "Kamu benar-benar tidak tertolong!" gerutunya sambil menyipitkan kedua matanya ke Hardhan.
Pintu terbuka lebar lagi, dan mama menghambur masuk kedalam, "Kenapa kalian lama sekali? Tamu sudah mulai berkumpul, dan Hardhan ... Kenapa kamu belum mengganti bajumu?"
"Tidak perlu, cukup begini saja."
Mamanya mendekat ke Hardhan kemudian menjitak kepalanya, "Dasar anak nakal, ganti bajumu sekarang!"
Mama menghampiri Kei, "Kamu ikut mama. Setidaknya salah satu mempelai sudah hadir."
Hardhan hanya pasrah melihat mamanya membawa pengantinnya keluar.
"Alex!" teriak Hardhan.
Dengan secepat kilat, Alex sudah berada di tengah pintu masuk.
"Bantu saya ganti baju."
***
Resepsi pernikahan diadakan di area kolam renang hotel bintang lima milik Hardhan, ia dengan tegas menolak adanya kursi pelaminan, Yang Hardhan inginkan hanyalah bisa bebas melangkah kemanapun.
Hanya saudara dekat dan beberapa orang penting di negara ini saja yang diundang, termasuk para petinggi di perusahaan Hardhan. Dan tidak ada satupun media yang diperkenankan meliput. Saat masukpun para tamu diminta menyerahkan telepon selular mereka.
Dan mama menarik Kei kesana-kemari, mengenalkan Kei ke para tamu undangan, sampai Hardhan datang menyelamatkannya.
"Mama, kau sudah memonopoli istriku, sekarang biarkan aku yang menggandeng tangannya," pinta Hardhan sambil mengulurkan tangannya ke Kei yang disambut Kei dengan senang hati.
"Dasar anak nakal, belum puas kamu merusak sanggul istrimu? Ya sudah mama ke papa Kei dulu, ada yang ingin mama bicarakan."
"Syukurlah kamu datang," desah Kei setelah mama sudah menjauh.
"Aku ingin sekali mencongkel mata mereka!" sungut Hardhan.
Kei melihat kearah mata Hardhan tertuju pada kumpulan pria eksekutif muda yang sedang menatap Kei.
"Hati-hati, aku bisa berpikiran kamu cemburu, yang itu tidak akan mungkin terjadi mengingat pernikahan palsu kita," kata Kei sambil tersenyum masam.
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi