Putri Changle—seorang gadis modern—terjebak di tubuh putri kuno yang memiliki masa lalu kelam. Setelah menikah dengan kekasih masa kecilnya, dia dikhianati dan disiksa hingga mati. Namun, dengan bantuan sistem poin dan ruang ajaib, Putri Changle mendapatkan kesempatan kedua untuk balas dendam.
Dengan menggunakan Sistem, Putri Changle memulai perjalanan balas dendam yang penuh tantangan dengan mengumpulkan poin, meningkatkan level, dan membuka kemampuan baru untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Namun, semakin dia mendekati tujuannya, semakin banyak rahasia yang terungkap tentang masa lalunya dan sistem yang digunakannya. Apakah Putri Changle dapat mencapai balas dendamnya, ataukah dia akan terjebak dalam permainan yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang Ditelan Ombak
Setelah melangkah masuk ke kamar megah yang penuh kemewahan, Song Zhiwan segera mengunci pintu dengan hati-hati, khawatir dunia luar bisa menerobos masuk dan merenggut rahasianya kapan saja. Dengan ditemani cahaya dari lilin yang bergoyang, dia duduk di pinggir ranjangnya, merasakan ketegangan yang menggelayut di dadanya.
“Momo,” bisiknya dengan suara serak penuh kecemasan.
Belum juga harinya usai, pikirannya sudah terjebak dalam kepingan-kepingan ketidakpastian.
Layar hologram menyala tiba-tiba di hadapannya, mengeluarkan cahaya lembut yang seolah membentuk sosok Momo. “Host, ada apa?” suara Momo terdengar ramah dan merdu.
Song Zhiwan menatap ke layar dengan tatapan intens. “Xie Zhan dan Guan Shiqing sudah menikah. Aku juga sudah memutuskan hubungan dengan Rumah Changyuan. Kini Xie Zhan tak punya lagi sandaran dari Rumah Pangeran Qin—jalannya untuk promosi sudah tertutup rapat.” Suaranya bergetar, harapannya bercampur rasa cemas.
“Harusnya, akhir tragisku berubah, bukan?” lanjutnya, penuh harapan getir. Dalam benaknya berputar skenario-skenario yang seolah tak ada ujungnya.
Suara ceria Momo kembali terdengar, “Host, apakah kamu mau menukar poinmu untuk menyingkap masa depan?”
Pertanyaan itu menggantung, sabar menunggu keputusan.
Song Zhiwan menelan ludah, merasakan tekanan di dadanya semakin berat. Tapi, dia sudah memutuskan. “Tukar saja berapapun poin yang dibutuhkan.”
Dia tidak takut poinnya akan berkurang, dia hanya perlu menggali rasa sakit yang lebih dalam pada Xie. Zhan dan Guan Shiqing untuk bisa mengumpulkan poin lagi.
Dalam sekejap, layar hologram menunjukkan visual yang mengguncang jiwanya.
Wajahnya sendiri muncul dengan luka menganga, darah membasahi seluruh wajahnya. Suaranya yang penuh amarah menggema, “Ini semua salahmu!”
Seketika, Song Zhiwan yang duduk terpaku melihatnya, merasa seakan dunia runtuh di sekelilingnya. Tubuhnya limbung, lalu terjatuh dari tempat tidur tanpa tenaga.
Kamar itu terasa semakin gelap, bayangan di sudut-sudutnya seolah mengawasi setiap gerakannya.
Ketegangan merayap, membungkusnya dalam rasa takut dan kemarahan. "Xie Zhan dan Guan Shiqing membalasku karena ulahmu!" teriaknya kembali dari hologram, nadanya penuh dendam yang membakar. "Mereka telah mengubahku jadi manusia babi!"
Song Zhiwan terkesiap, hatinya bergejolak penuh kebingungan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" gumamnya getir, lalu mengajukan serangkaian pertanyaan dengan suara yang kian melemah. "Bukankah aku sudah mencoba mengubah segalanya? Mengapa nasibku bukannya membaik, malah semakin hancur berkeping-keping? Bagaimana aku bisa mengurai benang kusut ini?"
Di dalam layar hologram, sosok Song Zhiwan yang terluka itu meneriakkan, "Aku ... aku tak tahu! Arghhhh!"
Layar hologram padam seketika, meninggalkan keheningan yang mencekam.
Song Zhiwan duduk terpaku, matanya kosong dan jiwanya tersesat.
"Apa yang harus kulakukan? Jalan keluar apa yang tersisa?" bisiknya dengan suara nyaris putus asa.
Detik berikutnya, Song Zhiwan memanggil 'Momo' lagi dan layar hologram kembali muncul. "Momo, aku harus tahu bagaimana ceritanya berlanjut," desahnya dengan mata yang menyala penuh harap.
Dia merasa terjebak dalam gelap, tanpa jalan keluar dari masalah yang mengintai, berharap masa depan yang ditunjukkan oleh sistem bisa memberinya petunjuk untuk mengubah takdirnya.
Suara *ding* menggema saat poin dalam sistemnya berkurang, menandakan bahwa ia telah melangkah lebih jauh ke dalam narasi yang dipilih.
Cahaya biru dari layar memperlihatkan masa depan yang kelam, adegan di tengah kegelapan malam itu sangat mengerikan.
"Minggir semua! Berani-beraninya kalian menghadangku!" jeritan seorang pria menggema dan menembus kedamaian malam.
Dia yang berlumuran darahbberdiri di tengah-tengah kerumunan, mengenakan baju besi yang penuh bekas luka.
Pangeran yang terkenal karena ketangkasannya, menunjukkan sikap keberanian dan kemarahan yang tak ternilai.
"Aku Pangeran Chu, keponakan Kaisar! Siapa pun yang menghalangiku akan kubinasakan hingga akar!" Dengan amarah yang membara, pedangnya melesat, memotong prajurit-prajurit yang berani menghalanginya.
Jeritan kesakitan dan dentuman baja menjadi simfoni menakutkan di malam yang kelam.
Namun, di tengah kekacauan itu, pandangan Pangeran Chu tiba-tiba membeku.
Tatapannya tertambat pada sosok Song Zhiwan yang teronggok mengenaskan—terperangkap di dalam kendi—hanya kepala yang tersembul, penuh penderitaan dan kesedihan yang menghancurkan hati.
"Zhiwan ...." Suara Pangeran Chu pecah oleh sesak yang membuncah. Air mata dan amarah bercampur dalam getir yang tak tertahankan.
Dia berlutut, menggenggam kepala Song Zhiwan dengan lembut seolah ingin merangkulnya kembali ke kehidupan.
"Aku datang terlambat ... aku terlambat menyelamatkanmu ...." Tangisnya memecah kesunyian, menciptakan kehampaan yang lebih mendalam.
“Maafkan aku ....” Suara Pangeran Chu serak, penuh penyesalan yang dalam. “Jika aku tak terluka dan tak pingsan, Rumah Pangeran Qin pasti masih aman. Aku pasti bisa melindungimu ....”
Dahi Pangeran Chu menempel lembut di kening Song Zhiwan yang lemah tak berdaya, seolah dengan sentuhan itu ia ingin memutar waktu, memperbaiki semuanya yang telah hilang.
Hologram di depan Song Zhiwan berkilauan, memperlihatkan wajah Pangeran Chu dengan ekspresi yang dipenuhi kesedihan.
"Itu dia?" Song Zhiwan terpaku, matanya tak lepas dari layar hologram yang memancarkan sosok Pangeran Chu.
Tiba-tiba, Kenangan itu menyeruak kembali—detik-detik ketika nyawanya nyaris terenggut di bawah kaki kuda hitam, diselamatkan oleh pria tampan yang ternyata adalah Pangeran Chu.
Jantung Song Zhiwan berdegup tak beraturan, seolah ingin memecahkan ruang dan waktu. Dalam benaknya, sebuah ide liar menggelora—melawan takdir yang telah digariskan—menulis ulang masa depan yang tak berbelas kasihan padanya.
Dengan setiap detak jantung, keputusannya untuk bertahan semakin menguat.
Senyum kecil tersungging di bibir Song Zhiwan. Rapuh, tapi penuh harap—berkelindan dengan kecemasan yang terus menggerogoti hatinya.
Dia menggenggam erat asa di dalam dadanya, berharap rencana-rencana yang telah dirajut dengan susah payah, semua persiapan yang dilakoninya, takkan sia-sia.
Momo menjadi tumpuan terakhir untuk menata masa depan yang belum pasti, yang kini berada di ujung jarinya.
Tanpa Momo, Song Zhiwan yakin bahwa semua rencananya hanya seperti pasir di tepi pantai yang hilang ditelan ombak.
fighting.....semesta pasti akan membantu dan merestui mu....
usaha tak kan menghianati hasil.....🔥🔥🔥🔥🔥
semoga lancar lahirannya