Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. What she’ll do
"Apa yang masih kamu takut kan? Aku sudah bicara dengan ayahmu dan keluarga Damien. Pertunangan kalian akan digelar bulan depan," ujar ibunya.
"Serius, Ma?" Selina nyaris tak percaya.
"Ya, tinggal hitungan hari lagi," Liliane hanya mengangguk pelan.
Selina menunduk pelan, pandangannya tertuju pada perutnya sendiri. Setidaknya… masih ada satu harapan yang bisa ia genggam untuk kedepannya.
"Bagaimana kondisi perusahaan sekarang? Siapa yang menyelamatkan Liora? Dan… dia ada di mana sekarang?" tanyanya cemas, suara sedikit bergetar.
Bayangan tentang Vernon yang dihajar tanpa ampun kembali melintas di kepalanya. Membuat dadanya terasa sesak oleh rasa takut yang sulit ia jelaskan.
“Perusahaan masih stabil, tanpa dukungan tuan Vernon pun, semuanya tetap berjalan,” ucap Liliane tenang.
“Syukurlah,” gumam Selina, mengangguk kecil.
“Lagi pula, meski Liora berhasil diselamatkan… siapa tahu dia sudah ternodai,” ucap Liliane, nada suaranya dingin dan penuh perhitungan.
Senyum licik perlahan muncul di wajah Selina saat sesuatu terlintas di pikirannya.
Di sisi lain, rasa benci di hati Liliane terhadap Liora dan ibunya belum juga padam.
Dulu, ibu kandung Leonard paling keras menentang hubungan mereka berdua.
Tak lama, setelah ibu Leonard di kabarkan meninggal, Liliane memakai cara licik untuk membawa Selina masuk ke keluarga mereka.
Tak ada yang benar-benar tahu bagaimana caranya ia bisa berada di posisi itu. Bahkan Liora pun tidak pernah tahu kenyataan sebenarnya.
"Mama istirahat aja, aku mau hubungi Damien sebentar," ucap Selina pelan.
Setelah Liliane keluar dari kamar, ia mengambil ponsel dan segera menelepon.
"Damien," sapanya sambil tersenyum kecil.
"Ada apa?" suara Damien terdengar lelah di seberang sana.
"Apa kita benar-benar akan bertunangan? Rasanya seperti mimpi," gumam Selina lirih.
"Ya," jawab Damien singkat.
"Aku masih ada urusan, kamu istirahat lebih awal. Ingat, kamu sedang hamil," ucap Damien, kali ini lebih lembut.
"Kalau begitu, kamu juga istirahat yang cukup," ucap Selina lembut.
"Hmm, aku tahu." Damien menjawab singkat, lalu menutup telepon.
Tak lama setelah itu, terdengar ketukan pelan di pintu.
"Masuk," sahut Damien dingin tanpa menoleh.
Seorang pria muda melangkah masuk. "Tuan Muda," panggilnya dengan hormat.
Begitu mendengar itu, asistennya menatap Damien dengan ragu.
“Kairos,” panggil Damien dingin.
“Aku sudah mengirim seseorang untuk menyelidiki pria itu… tapi kami tidak menemukan informasi apapun, yang ada orang suruhan kami terluka.” jawab Kairos hati-hati.
Damien langsung mengerutkan keningnya, saat mendengar laporan tersebut.
Begitu melihat Lucien di Yese Club malam itu, Damien tak bisa menahan diri. Rasa penasaran mendorongnya untuk menyelidiki siapa sebenarnya pria itu.
"Aku ngerti, kamu boleh keluar sekarang," ucap Damien pelan, suaranya terdengar letih.
"Baik, Tuan," jawab Kairos sambil menunduk hormat, lalu keluar dari ruangan.
Damien berdiri dan melangkah ke arah jendela.
Perlahan, tangannya menyentuh perut—rasa nyeri itu kembali. Refleks, ia menyelipkan tangan ke dalam saku, mencari sesuatu yang sudah tak ada.
Dulu, Liora selalu membawakan obat maag untuknya.
"Damien, apa yang kamu pikirkan? Bukankah yang kamu sukai itu Selina?" gumamnya dalam hati, pelan namun getir.
Ia membuka laci, mengambil sebutir obat dan langsung menelannya.
Kepalanya terasa pusing. Tanpa banyak pikir, Damien berbalik dan melangkah keluar dari ruang kerjanya.
......................
Pagi pun tiba.
Sinar matahari masuk perlahan lewat celah tirai, menyinari gadis yang sedang tertidur lelap.
Lucien menunduk, menatap wajah Liora yang masih tertidur. Semalam, gadis itu menggenggam tangannya erat.
Melihat itu, dia tersenyum kecil.
Mulut Liora sedikit terbuka, satu tangan terselip di bawah pipinya. Wajahnya terlihat sangat manis.
Perlahan, matanya mulai terbuka.
Lucien menatapnya tanpa berkedip, ia penasaran dengan reaksi gadis itu saat melihatnya.
Begitu melihat sosok di depannya, Liora hanya menatapnya sekilas… lalu kembali memejamkan mata.
Namun beberapa detik kemudian, ia tersadar kembali, dan kali ini ia menatap Lucien langsung.
“Akhhh dasar pria mesum!” seru Liora panik.
Liora menatapnya sambil menarik selimut, menutup tubuhnya rapat-rapat. Sorot matanya waspada, jelas merasa tak nyaman berada satu ranjang dengannya.
Meski mereka pernah saling menyelamatkan, tetap saja… situasi ini terlalu canggung.
Lucien tersenyum tipis. “Jadi begini caramu memperlakukan orang yang pernah menyelamatkanmu?” suaranya terdengar lembut.
Ia kembali menoleh, menatap mata Lucien.
Pelan-pelan ia mengingat apa yang terjadi semalam.
“Meski kamu udah menyelamatkan ku, bukan berarti kamu bisa seenaknya,” ucapnya lirih.
Lucien mendekat. Ia membungkuk sedikit, lalu menatap wajah Liora dari dekat.
“Kamu sendiri yang terus menggenggam tanganku semalam. Gimana aku bisa pergi?”
Liora menatapnya kaget, wajahnya bingung antara malu dan kesal.
Lucien justru tersenyum kecil, seolah menikmati ekspresi canggung gadis itu.
“Apa kamu tahu siapa yang menjebak mu semalam?” tanyanya, kali ini serius
Liora menghela napas. “Aku tahu, adik ku sendiri yang melakukan semua ini.”
Pria itu sebenarnya sudah tahu siapa pelakunya. Namun dia ingin tahu, apa yang akan gadis ini lakukan.
ditunggu up nya lagi...😊