Sandra, gadis yang terbangun dari tidur panjangnya selama 2 tahun dan kini terbebas dari pengasingan selama 5 tahun.
Baru saja kemarin ia bertemu dengan teman teman kuliahnya, namun sekarang ia bahkan tidak mengenali tempat yang ia tinggali selama ini. Dunia seakan telah berubah, Alat-alat canggih yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari, anak kecil yang kini sudah memiliki smartphone masing-masing, dan cahaya gemerlap malam dari lampu-lampu yang memenuhi jalan ditengah kota serta Gedung-gedung yang menjulang tinggi dihadapannya.
Seberapa jauh ia tertinggal selama ini? dari sahabat-sahabat bodohnya, dan dari orang-orang yang selalu ada di keseharian Sandra saat itu. Apakah sandra masih dapat bertemu dengan mereka, apakah mereka masih menerima sandra setelah semua yang sandra lakukan kepada mereka.
Pikirannya berkecamuk memikirkan hal-hal yang telah ia lewati begitu saja.
‘Biarlah semua berlalu, kini ia harus memulai lembaran yang baru, orang-orang baru dan dunia ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adsetian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 - Obrolan Malam
Hari menunjukan pukul 11 malam dan sandra merasa sangat lapar, sandra merupakan seorang yang sangat suka makan dan ia sangat tidak bisa menahan lapar. Dengan langkah gontai sandra menuju dapur untuk mecari bahan makanan yang dapat ia olah, namun tentu saja tak ada bahan makanan yang dapat ia masak.
“yakali nggak ada apa-apa nih kulkas. Kosong bener kaya hati gue” ucapnya berdialog sendiri sembali menggeledah lemari tempat ia menyimpan stok makanan instan
“bahkan sampe ke mi aja nggak ada, ini gara-gara nathan nih. Gara-gara tuh orang gue stress mikirin kerjaan sampe-sampe gue nggak belanja makanan. Gie… gue sudah gila…” ucap sandra terheran
Dengan langkah gontai sandra berjalan ke arah balkon apartemennya
“wih… banyak jajanan tuh kayaknya. Apa kebawah aja yah. Tapi gue males, eh tapi gue laper. Ahh pusing gue, kalo nggak makan nggak bakalan bisa tidur gue”
Sandra ,erasa sangat malas untuk turun dan mencari makan di bawah, namun demi mengisi perutnya yang sejak tadi memberontak sandra pun rela turun ke bawah untuk mencari makan.
Menggunakan celana training panjang bewarna biru dan sweater abu-abu yang sedikit kebasaran serta memakai hoodie nya untuk menutupi rambutnya yang dicepol berantakan, sandra keluar dari kamar apartemennya menuju lift. Saat pintu lift terbuka, sandra terkejut akan seseorang yang berada dalam lift tersebut, dia adalah nathan.
Di depannya terlihat nathan tampak berpakaian santai dengan kaus putih berlengan panjang dengan celana levis navynya memandangi sandra, dan dengan wajah bodohnya sandra hanya terdiam di depan lift hingga pria dihadapannya tersebut bersuara.
“nggak masuk?” tanya nathan, seketikan lamunan sesaat sandra terbuyar
“eh.. iya, maaf” ucap sandra dan segera masuk ke lift.
Saat berada di lift tak ada satupun kata yang terucap baik dari sandra maupun natan, mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing.
‘bodohnya gue sampe lupa kalo nathan sama boni 1 gedung apartemen dengan gue’ pikir sandra.
Di gedung apartemen tersebut mereka memanga tinggal bersama hanya saja berbeda lantai, sandra yang berada di lantai 7, boni berada di lantai 5, dan nathan berada di lantai 11. Setelah pintu lift terbuka dengan segera sandra keluar.
Sandra merasa beruntung bahwa apartemennya berada di kawasan yang strategis, dari terminal, restauran, bahkan rumah sakit pun sangan dekat, terlebih tidak jauh dari apartemennya ada banyak sekali makanan kaki lima yang berjejer.
Namun sandra saat itu sudah malas berjalan, terlebih lagi dengan cuaca yang saat itu sedang dingin sehabis hujan, sandra pun akhirnya menuju toserba betamart yang menjual berbagai macam jenis makanan cepat saji tepat berada di sebrang jalan.
Dengan langkah santai, sandra berjalan dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sweaternya dan tepat di belakangnya nathan mengekori sandra dan mengamati tingkah laku sandra.
‘nggak ada yang berubah’ pikir nathan dengan senyum tipisnya, mengingat sejak dulu ia memang sering berjalan tepat di belakang sandra sambil mengamati tingkah lakunya yang membuat nathan betah berlama-lama berada di dekat sandra.
Sadar akan kehadiran nathan, sandra pun menoleh kebelakan untuk melihatnya.
“pak nathan mau ke mana?” tanya sandra polos entah kemana rasa gugpnya tadi,
“ menurut lo?” jawab nathan tanpa ekspresi.
“ya mana saya tau pak, saya mana bisa baca pikiran bapak.” ucap sandra sedikit melawan, karna ini bukan jam kerja sandra sedikit berani dengan nathan,
‘hemm… enag lo doang yang bisa ngomong sarkar’ pikir sandra
“gue laper” ucap nathan singkat lalu pergi mendahului sandra menyebrang jalan menuju toserba tersebut.
“pak! Tungguin dong” ujar sandra sedikit berteriak dan mengejar nathan.
Tepat di depan pintu nantan berhenti dan membuat sandra ikut berhenti kebingungan, lalu seketika nathan mebalikkan tubuhnya tepat di hadapan sandra, dengan gaya arogannya nathan menyilangkan kedua tangannya didadanya.
“kalo bukan di luar kantor, panggil gue nathan aja nggak perlu ada embel-embel pak atau bapak, dan ngomong santai aja, jangan kaku begitu” ucap nathan lalu meninggalkan sandra yang kebingungan dengan sikap nathan yang sedikit berbeda di kantor.
'heh... nih orang masih aja kek bunglon, tiba-tiba bisa gini tiba-tiba bisa gitu' pikir sandra
Nathan dan sandra memilah-milah makanan yang akan mereka makan. Setelah mendapatkan makanan yang ingin mereka makan, mereka pun membayar nya ke kasir dan menuju microwave untuk memanaskan makanan mereka.
“sini, sekalian saya panasin” ucap sandra
“gue bisa sendiri” jawab nathan angkuh
“hah, yang ada tuh makanan bukan Cuma panas. Tapi gosong kalo lo manasin sendiri” jawab sandra meremehkan
Nathan pur terdiam. Merasa kepergok, lebih tepatnya sandra mengingat keburukan kecil natnan yang tidak pandai memanaskan makanan meskipun dengan cara mudah yaitu memasukkannya kedalam microwive. Dengan wajah datarnya nathan pun memberikan nasi kare yang ia beli kepada sandra.
“ck, dari tadi kek” ucap sandra lalu mengambil makanan milik nathan dan pergi menuju microwive.
“erani juga kamu ngomong gitu ke saya” ucap nathan
“lah, tadi kan bapak sendiri yang bilang. Nggak perlu kaku, santai aja” balas sandra sarkas
“kamu melawan saya?” balas nathan dengan memincingkan matanya
“baik pak, saya minta maaf atas ketidak sopanan saya” balas sandra dengan senyum yang jelas dipaksa
Nathan yang melihat tingkah sandra pun tersenyum tipis dan tentu saja itu membuat sandra merasa terkejut.
‘nih orang makin aneh deh kayaknya. Butuh di periksa ini’ pikir sandra
Setelah makanan sudah selesai di panaskan, mereka pun makan di satu meja. Ada perasaan senang bercampur rindu saat nathan melihat sandra memakan makanannya dengan lahap, salah satu hal yang nathan sukai dari sandra. merasa nathan yang melihatinya sedaritadi membuat sandra merasa tidak enak
“apa?” tanya sandra sambil mengunyah nasi nya.
“enggak” jawab nathan lalu melanjutkan makannya.
“huhhhhh... kenyang!” ucap sandra setelah menghabiskan makanannya,
“lo kenyang tapi masih ngunyah aja tuh mulut” ucap nathan sambil menunjuk potongan sandwich di tangan sandra, sedangkan sandra hanya membalasnya dengan cengiran kudanya.
Setelah merasa kenyang, mereka pun kembali ke apartement, tidak seperti tadi yang awalnya nathan hanya berjalan di belakang sandra, kini nathan berjalan tepat di samping sandra.
“abis ini kamu mau ngapain?” tanya nathan lembut,
“nggak tau nih, ngga bisa tidur, bosen gue” ucap sandra sambil memandangi langit yang gelap tak berbintang.
“sama, ya udah kita jalan-jalan aja yuk di taman situ” ajak nathan menuju taman di dekat apartemen,
sandra merasa tidak ada pilihan lain karena jika kembali ke kamarnya ia pasti akan bosan akhirnya sandra pun mengikuti ajakan nathan.
Malam itu sandra merasakan sifat nathan sangat berbanding terbalik dengan sifatnya saat di kantor, saat ini nathan berbicara dengan lembut, bahkan terkadang ia mengunakan aku-kamu.
‘dasar bunglon’ pikir sandra