Kesetiaan Dibalas Pengkhianatan

Aku terbangun di jam 4 pagi, aku pun segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan segera menunaikan ibadah shalat subuhku.

Aku meminta petunjuk kepada Allah untuk kegundahanku saat ini.

“Ya Allah, jika memang engkau mengijinkan aku untuk membina kembali rumah tangga, pertemukan lah aku dengan Pria yang memang benar-benar tulus mencintai dan menyayangi anakku, amin.”

Aku memohon kepada Tuhan, semoga diberikan yang terbaik dalam hidupku.

***

Hari senin ini aku berangkat kerja agak pagi karena masih banyak laporan yang harus aku bereskan, dan sebentar siang ada meeting dengan perusahaan asing.

TIN... TIN

Aku mendengar klakson, ternyata taksi online yang aku pesan telah datang.

Aku pun segera berpamitan kepada Orang tuaku dan anakku Luis, sedangkan Laras sedang mandi karena hari ini pun dia ada janji dengan pak Faisal.

Satu jam kemudian, aku pun sampai di perusahaan tempat aku bekerja.

Aku segera menuju ruanganku, dan sesampainya di ruanganku, sekretarisku datang dan memberikan sebuket mawar putih kepadaku.

“Ibu Kirana, ini ada orang yang mengirimkan mawar putih kepada ibu.” Ucap sekretarisku.

“Dari siapa mawar ini?"

Tanyaku kepadanya sambil menerima mawar putih yang sangat cantik itu.

“Saya kurang tau ibu, tapi sepertinya itu ada kartu ucapannya."

“Oh iya benar, ternyata ada kartunya. Ya sudah kamu boleh kembali ke mejamu, dan tolong kasih tau ke bagian pantry untuk membawakan kopi hitam untukku.”

Sekretarisku pun segera meninggalkan ruanganku, dan beberapa menit kemudian pak Udin bagian pantry membawakan kopi hitam dan cake untukku.

“Wah...ada acara apa nih pak, tumben ada cake?” tanyaku kepada pak Udin.

“tidak ada acara apa-apa, bu. Hanya saja tadi pak Damar membeli banyak cake dan menyuruh saya untuk membagi-bagikan kepada semua karyawan.” Jelas pak pak Udin.

“Ohh begitu ya pak. Ya sudah kalau begitu terimakasih banyak ya, pak Udin.”

Setelah itu pak Udin segera pamit untuk kembali ke pantry.

Aku kembali ke kursi kebesaranku, dan kembali melihat kartu yang ada di bunga itu.

Aku segera membuka kartu kecil yang sangat imut itu, ternyata di sana ada tulisannya.

“selamat pagi, selamat beraktifitas, dan tetap semangat. Bunga mawar putih ini melambangkan rasa cinta suciku dan tidak pernah hilang ditelan waktu, dari penggemarmu.”

Kenapa tidak ada nama pengirimnya? Aku jadi bingung sendiri.

Aku pun keluar dari ruanganku, dan bertanya kepada sekretarisku. “Siapa yang tadi mengantarkan bunga ini?”

“Saya kurang tau ibu, dia hanya bilang kalau ada yang membeli bunga ini dan menyuruhnya untuk mengantarkan ke perusahaan ini. Memangnya tidak ada nama pengirimnya?”

“Tidak ada, hanya bilang dari penggemarmu. Aku jadi bingung, siapa sebenarnya yang mengirim bunga ini?”

Akhirnya aku pun kembali ke dalam ruanganku dan tetap menyimpan bunga itu di dalam vas di meja kerjaku dan di meja yang ada dalam ruanganku.

aku kembali mengerjakan laporanku dan menyiapkan berkas-berkas untuk presentasi sebentar siang.

Tidak terasa sudah jam 12 siang, aku pun segera keluar menuju kantin. Karena, sebentar jam 1 akan ada meeting penting dengan perusahaan asing.

Sesampainya aku di kantin, aku bertemu dengan pak Damar. “Selamat siang pak.”

“Selamat siang ibu Kirana, mau makan siang?” tanya pak Damar.

“Iya pak, aku mau makan siang.”

“Oke, kalau begitu kita makan sama-sama saja ibu.”

“Apa gak masalah ya pak, kalau kita makan siang bersama-sama, aku takut menjadi bahan gosip.”

“Tidak akan ada yang berani membuat gosip tentang kita. Kalau sampai itu terjadi siap-siap saja kena pecat.” Jawab pak Damar.

Aku pun tertawa mendengar ucapannya, dan kami pun segera memilih tempat duduk di pojokan.

Aku memilih menu kwetiaw, sedangkan pak Damar dia memilih soto sapi. Sambil menunggu pesanan kami datang, kami pun berbincang- bincang tentang pekerjaan.

“Apakah kamu sudah menyiapkan untuk presentasimu nanti?” tanya pak Damar.

“Sudah pak, aku harap mereka bisa menerima presentasiku nanti, dan semoga mereka juga menyukainya.” Jawabku

“Amin, kalau hari ini presentasimu diterima, maka perusahaan kita akan untung besar dan bisa semakin maju.” Ucap pak Damar.

“Oh iya, terus gimana sama proses sidang perceraianmu?” tanyanya lagi padaku.

“Hari jumat ini sidang yang kedua. Semoga saja di sidang yang kedua ini bisa menghasilkan keputusan yang baik untukku dan anakku.”

“Oke, amin. Semoga cepat selesai ya, ibu Kirana."

Kami pun segera menyantap pesanan kami, karena kami harus cepat-cepat karena sedikit lagi meeting akan segera dimulai.

Setelah selesai makan siang aku pun segera bersiap-siap untuk melaksanakan meeting.

Kali ini kami akan meeting dengan klien dari amerika yang bernama pak Richard Kyle, dia mau membangun sebuah resort di dekat pantai.

jadi dia mengajak perusahaan mas Agung untuk bekerja sama, dan aku yang akan mempresentasikan tentang semua biaya-biayanya.

Mas Agung tidak bisa ikut meeting karena ternyata dia sedang ada perjalanan dinas ke London, jadi untuk meeting ini akan dipimpin oleh pak Damar.

Sekarang giliranku yang melakukan presentasi tentang dana yang harus disiapkan.

Aku mulai menjelaskan dari hal-hal yang kecil hingga yang terbesar, aku melihat wajah klienku itu sepertinya puas dengan presentasiku.

Sampai pada akhirnya presentasiku selesai, dan mereka memberikan tepuk tangan padaku.

Dan pak Richard pun menjabat tanganku dan mengatakan bahwa dia sangat puas dengan hasil presentasiku, dan mulai bulan depan kerjasama pembuatan resort akan segera dilaksanakan.

Setelah klien kami pulang, pak Damar memanggilku untuk ke ruangannya.

Sesampai di sana, aku mengetuk pintu dan pak Damar menyuruhku untuk masuk. “hebat ibu Kirana, terimakasih untuk presentasi yang begitu sangat bagus dan cerdas.”

Ucap pak Damar sambil memujiku.

Lalu pak Damar pun mengeluarkan cek, “ini bonus dari perusahaan untuk ibu Kirana. Karena berkat ibu dan tim yang lain, perusahaan kita mendapatkan untung besar. Karena ini merupakan pertama kali kita bekerja sama dengan perusahaan asing, sekali lagi terimakasih banyak ibu Kirana untuk kerja kerasnya.”

Ucap Pak Damar dengan wajah berseri.

“Sama-sama pak, dan terimakasih banyak untuk bonusnya.”

Lalu aku pun segera pamit untuk kembali ke ruanganku, dan ketika aku melihat cek tersebut ternyata aku mendapatkan hadiah uang sebesar 20juta.

Aku sangat bersyukur untuk segala kebaikanNya, di saat badai menimpa rumah tangga dan menghancurkan keluarga kecilku, ternyata Tuhan masih memberikan berkat dan rejekinya untukku.

Hari ini aku akan memberikan hadiah untuk kedua Orang tuaku, Laras, dan juga anakku Luis.

Jadi sepulang kerja nanti, aku akan mampir di mall untuk membelikan hadiah untuk mereka.

Lalu aku pun memanggil novi untuk masuk ke ruanganku sebentar.

“Selamat sorè ibu Kirana, ada yang bisa saya bantu?” tanya novi, sekretarisku.

“Nov, apa hari ini kamu sibuk? Kalau seandainya hari ini kamu gak sibuk, mau gak kamu temenin aku jalan-jalan ke mall.”

“Ibu serius mau ajakin aku jalan-jalan ke mall?”

“Iya serius dong, nov. Masa aku ajakin kamu bercanda!”

Jawabku dengan sedikit jengkel.

“Aku mau ibu, tapi ibu gak malu jalan sama karyawan di bawah ibu?”

“Kenapa harus malu? kita kan sama-sama manusia. Lagian aku gak pernah permasalahkan soal kedudukan, Sama saja, nov.” Jelasku padanya

“Oke ibu, terimakasih banyak. Kalau begitu nanti sepulang kerja kita jalan ya, bu.”

“Iya, jadi sekarang selesain tugas kamu dulu ya.”

“Siap, ibu Kirana.” Setelah itu novi pun kembali ke mejanya.

Dan aku menyelesaikan sebagian laporanku sambil menunggu jam 5 sore.

***

Akhirnya jam kantor pun selesai, kami pun menuju mall yang dekat dengan perusahaanku.

Lalu aku mengajak novi untuk turun ke lantai bawah untuk melihat pakaian anak kecil. Sampai tiba-tiba ada yang mendorongku dengan sangat keras dan aku pun berteriak,

AHHH.....

***BERSAMBUNG***