NovelToon NovelToon
Zone

Zone

Status: tamat
Genre:Diam-Diam Cinta / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Daisyazkzz

Wanita yang tidak percaya adanya hubungan dalam kata friendzone.
Apa itu friendzone? Apa gak aneh?

"Lo gak hadir sekali, gue bikin masalah."
-Nathan-

Alana tidak pernah menyangka.
diantara semua karakter diriku yang dia ketahui mungkin dia menyelipkan sedikit 'Rasa'.
aku tidak pernah tahu itu. aku cukup populer, tapi kepekaanku kurang.
dimataku, dia hanya sebatas teman kecil yang usil dan menyebalkan. aku tak pernah tahu justru dengan itulah dia mengungkapkan 'Rasa'.

pertemanan kami spesial.
bukan, lebih tepatnya, Friendzone dari sudut pandang 'Dia'.

#dont repost or plagiat this story ❗❗❗
jangan lupa komenn ^^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

•Rapat kedua•

"Hmm~hmm~"

Langit cerah, perasaannya juga sedang senang.

Sekarang Alana merasa lebih lega setelah mengetahui alasan kepergian Nathan.

Yang jadi masalah, dia masih tidak tahu apakah Nathan yang melupakan dirinya punya perasaan pada April.

Cewek itu kan juga tidak jelek. Dia cantik, baik pula.

Alana berusaha melupakan itu dulu. Karena sekarang dia sudah menginjakkan kaki di ruangan rapat.

Kali ini Bu Yayun yang ikut menemani, bukan April. Jadi Alana bisa lega sedikit.

Rapat sesuai jadwal. Para anggota sudah duduk berkumpul. Tinggal soal waktu menunggu sang ketua datang. Biasanya dia memang agak terlambat.

Kebiasaannya gak berubah, ya. Di sekolah juga dia sering terlambat. Dasar.

Alana mulai senyum-senyum sendiri. Untungnya tidak ada yang memperhatikan.

"Non Alana, ada apa? Apa ada yang lucu?" Bu Yayun bertanya melihat gelagat Alana yang tidak beres.

"Hah? Nggak. Pokoknya ibu fokus aja." Sahut Alana panik.

'Klek'

Pintu ruang rapat dibuka, Alana antusias sekali menoleh cepat.

Benar, itu Steven Kevin. Alias Erlangga Braven Jonathan.

Cowok itu mengenakan jas hitam formal dilapisi blazer warna senada. Dia berhasil membuat Alana tidak mengalihkan pandangan.

Steven duduk di tempatnya. Rapat langsung dimulai, seperti biasa membahas masalah seputar bisnis dan saham.

Bu Yayun gesit mencatat. Sementara Alana malah duduk diam dengan tangan menopang dagu, menatap serius sang ketua di depan.

Sepanjang Steven menjelaskan, Gadis itu tidak fokus mendengarkan. Dia asyik berlama-lama menatap wajahnya dengan isi pikiran yang berisik.

Dia jadi nggak kelihatan nakal ya. Kok bisa lupa sama aku? Dasar jahat, awas saja kalau sudah ingat. Aku tagih janjimu Nathan.

Aku harap Nathan nggak menaruh perasaan pada April, meskipun April suka padanya. lagipula Nathan yang dulu kan nggak peka.

Tapi gimana kalau ternyata iya? Sial.

"Maaf! Bu bintang? Apa anda mau bertanya?" Merasa terus diperhatikan, Akhirnya Steven melirik Alana.

Alana menggeleng cepat, menunduk menahan senyum.

Sumpah, kalau dia sadar dirinya jadi sopan begitu, pasti dia malu padaku.yah, pasti aku ledek juga sih.

"Bu bintang, mana April?"

Alana tersentak kaget. Di depan banyak orang saja Steven malah menanyakan April.

"Dia memang seharusnya tidak ikut." Alana menjawab tegas, kesal sendiri.

"Seharusnya Bu Yayun Sebagai asisten saya yang menemani. Dia hanya menggantikan."

Steven mengangguk pendek. Lanjut membahas sesuatu.

Alana mendengus pelan. Kecewa berat.

Bodoh. Apa sekalian saja aku ingatkan tentang diriku ya? Tapi itu namanya mempermalukan diri sendiri. Dasar gila. apa aku jadi gila?

Alana memperhatikan lagi sosoknya.

Apa aku benar suka dengan manusia itu? Aku merasa jadi gila. Apa ini juga yang dia rasakan dulu? Menyebalkan.

Mood Alana langsung menurun. Dia berdiri, izin undur diri keluar ruangan sebentar.

"Ha, sombong banget!"

Gadis itu jalan dengan langkah berat ke kamar mandi. Buang air kecil sekaligus merapikan riasan.

Sial, aku gak fokus sama sekali.

'Buk!'

Alana tidak sadar menabrak seseorang begitu keluar dari area kamar mandi wanita.

"Aduh maaf! Saya tidak li-"

"Bu bintang, apa anda sakit? Kalau ada masalah bilang saja pada saya."

Alana nge-freeze seketika.

Bibirnya gagap mengatakan, "Tidak apa-apa."

Ia menatap malu sosok di hadapannya. Steven Kevin tersenyum.

"Oh iya, Bu, apa saya boleh minta nomor hp ibu? Ada sesuatu yang mau saya sampaikan." Kata Steven.

Alana setengah merasa senang, disisi lain berharap Steven bisa mengingat dirinya.

"Boleh."

Mereka bertukar nomor.

Mungkin ini kesempatan buat dekat dengannya.

Alana mulai memikirkan rencana aneh.

"Terimakasih. Saya permisi ke toilet dulu." Steven melambai kecil, dengan langkah ringan meninggalkan Alana yang berdiri kegirangan.

Tuhan, Terimakasih!

Lagi-lagi Alana mengingat kelakuan Nathan dulu.

Flashback on.

'Duk!'

"Eh, anjir!"

Alana mengusap hidungnya, sakit menabrak seseorang.

"Ma-eh, Nathan! Awas dong." Ternyata yang ia tabrak Nathan, Alana langsung tidak jadi meminta maaf.

"Apa sih, kalo kangen bilang. Gak usah pura-pura nabrak gitu. Sini Salim." Ucap Nathan enteng. Menghalangi jalan Alana.

"Makanya jalan pake kaki, jangan pake gigi.

"Ck Awas atau gue tendang sekalian!"

Flashback off.

Waktu tidak dapat diulang.

Alana mendengus sepanjang lorong.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!