NovelToon NovelToon
Teka-teki Forensik

Teka-teki Forensik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Misteri
Popularitas:854
Nilai: 5
Nama Author: sintasina

Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cuki

Setelah menikmati makan malam hangat dan sederhana itu, mereka berempat beristirahat sejenak di sofa. Suasana masih terasa nyaman dan hangat. Arthur melirik jam tangan di pergelangan tangannya. "Sialan," gumamnya, "Sekarang sudah jam 3 pagi…" Ia menggerutu pelan, menunjukkan rasa lelahnya. Mendengar itu, Reyna menghela napas. Ia juga merasa lelah dan ingin segera beristirahat, namun hujan di luar masih deras dan mobil mereka tidak ada di kantor. Mereka harus memikirkan bagaimana cara pulang.

Di sisi lain, Inspektur Jaxon duduk kembali di kursinya. Ia tampak sibuk dengan ponselnya, seolah-olah sedang mengurus sesuatu. Setelah beberapa saat, ia berkata kepada Arthur, "Mobil yang kita tinggalkan tadi sudah diurus orang. Katanya mesinnya bermasalah. Jam 8 pagi nanti baru mobilnya akan diantar." Informasi tersebut membuat suasana sedikit berubah. Mereka harus menunggu hingga pagi untuk bisa pulang. Hujan di luar dan keadaan mobil mereka yang bermasalah membuat rencana istirahat mereka sedikit terganggu. Mereka harus memikirkan cara untuk menghabiskan waktu hingga pagi tiba.

Arthur tiba-tiba menyadari sesuatu. Ia langsung menoleh ke arah Noah, yang sedang bersantai di sofa. "Noah," katanya, suaranya serius, "Kau ke sini pakai apa?"

Noah, yang sedang memejamkan mata, menoleh ke arah Arthur. Ia diam sejenak, seolah-olah sedang berpikir keras sebelum menjawab, "Naik tenggiling."

Arthur menatap wajah Noah dengan ekspresi datar. Sama sekali tidak ada unsur lucu dalam jawaban Noah tersebut. Arthur menggeram pelan, "Ha… ha… ha…" tawanya terdengar sangat sinis. "Jokes yang bagus, bagus sekali… sampai-sampai aku ingin memasukkan tangan ini ke mulutmu." Ucapannya itu diiringi dengan gerakan tangannya yang mengepal, menunjukkan ia sedang menahan amarah. Ketegangan kembali terasa di ruangan tersebut, menciptakan suasana yang cukup menegangkan. Reyna dan Inspektur Jaxon hanya bisa mengamati interaksi di antara mereka berdua.

Noah berkedip beberapa kali, kemudian perlahan duduk tegak. Ia menatap Arthur dengan ekspresi serius. "Aku serius, Arthur," katanya, "Lihat saja ke luar." Ia menunjuk ke arah jendela dengan jarinya.

Arthur, yang masih mengepalkan tangannya, perlahan berdiri. Ia berjalan menuju jendela dan melihat ke luar. Di luar, terparkir sebuah kendaraan yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menyerupai tenggiling raksasa. Mata Arthur berkedut-kedut, mulutnya sedikit terbuka karena terkejut. Ia tidak menyangka Noah benar-benar datang dengan kendaraan yang aneh tersebut.

Sementara itu, Noah duduk santai di sofa, dengan santainya menyilangkan kedua tangan di dada. Ia menatap Arthur dengan ekspresi sombong. "Lihat? Aku tidak berbohong," katanya, suaranya terdengar sedikit puas. Kejutan yang diberikan Noah benar-benar berhasil membuat Arthur tercengang. Suasana tegang sebelumnya kini berganti menjadi suasana yang sedikit absurd.

"...Tetap saja kau berbohong," kata Arthur, masih tidak mau mengalah. "Itu bukan tenggiling asli! Itu kendaraan yang dimodifikasi!" Ia berjalan kembali ke arah Noah dan mengetuk kepala Noah dengan tangannya yang masih terkepal. Noah hanya bisa meringis kesakitan.

Inspektur Jaxon, yang penasaran dengan keributan itu, berjalan ke arah jendela dan melihat kendaraan unik yang diparkir di luar. Setelah mengamati sejenak, ia bertanya kepada Noah, "Kapan kau memodifikasi motormu itu, Noah?"

Noah mengusap kepalanya yang masih sedikit sakit akibat pukulan Arthur. "Ugh… Minggu lalu," jawabnya, suaranya sedikit malas. Ia tampak pasrah menghadapi pertanyaan Inspektur Jaxon.

Rasa penasaran Reyna akhirnya mengalahkan rasa lelahnya. Ia perlahan berdiri dari sofa. "Aku juga mau lihat…" katanya, sambil mulai berjalan menuju jendela.

Namun, belum sampai di jendela, Arthur sudah lebih dulu menarik ujung baju Reyna. Reyna pun terpaksa melangkah mundur. "Tidak ada gunanya melihat itu," kata Arthur, suaranya terdengar sedikit kesal. "Itu hal paling konyol di dunia."

Reyna cemberut. Ia berusaha melepaskan genggaman Arthur dari bajunya. "Aku tetap ingin melihatnya!" protesnya. "Lepaskan aku!" Ia menggeliat, mencoba melepaskan diri dari cengkraman Arthur. Arthur tampak enggan melepaskan Reyna. Perdebatan kecil itu membuat suasana kembali sedikit riuh.

Arthur kembali berbicara, kali ini kepada Noah. "Karena motormu ada, bukankah seharusnya kau pulang sekarang?" katanya, nada suaranya tidak bisa menyembunyikan niat untuk mengusir Noah. "Pulanglah."

Noah, yang langsung memeluk lengan Reyna, menjawab dengan nada manja, "Aku tidak mau. Aku ingin bersama Mommy Reyna…" Ia mengeratkan pelukannya pada Reyna, menunjukkan bahwa ia tidak akan mudah diusir. Reyna hanya bisa meringis, terjebak di antara pertengkaran Arthur dan sikap manja Noah.

Tiba-tiba, Inspektur Jaxon ikut bersuara. "Karena kau tidak ingin pulang," katanya, suaranya tenang namun tegas, "Bolehkah aku meminjam motormu dulu, Noah? Aku harus menemui istriku." Ia menambahkan alasannya dengan nada sedikit tergesa-gesa, menunjukkan sedikit rasa ingin cepat pulang.

Ketiganya terdiam sesaat. Suasana menjadi hening sejenak sebelum Noah menjawab dengan nada sedikit menggoda, "Tentu, Inspektur. Jangan biarkan istri Anda menjadi harimau karena Anda tidak pulang~" Ia menyeringai, menambahkan sedikit candaan ringan. Suasana tegang sedikit mereda.

"Kurasa kau yang akan dimangsanya," kata Inspektur Jaxon, menjawab sindiran Noah dengan nada tenang namun sedikit mengancam. Ia tidak memberikan waktu bagi Noah untuk membalas. Noah melempar kunci motornya ke arah Inspektur Jaxon. Inspektur Jaxon menangkapnya dengan sigap, lalu berjalan keluar dan menutup pintu di belakangnya, meninggalkan Arthur, Noah, dan Reyna di dalam ruangan. Suasana kembali hening, hanya tersisa ketiga orang tersebut.

Mereka bertiga mulai mengatur posisi tempat tidur masing-masing, setelah berdebat cukup lama mengenai pengaturan tempat tidur, akhirnya mereka bertiga memutuskan posisi tidur masing-masing. Reyna akan tidur di sofa, Arthur di meja kerja Inspektur Jaxon, dan Noah di lantai dekat sofa Reyna.

Reyna merebahkan tubuhnya di sofa, memejamkan mata. Meskipun rasa kantuk sudah sangat berat, ia masih bisa mendengar ocehan Noah yang tidak henti-hentinya.

Noah berbaring terlentang di lantai, memandangi langit-langit ruangan. Ia terus berbicara, suaranya terdengar pelan namun jelas. "Reyna sayang…" katanya, "Kalau nanti kita sudah menikah, aku ingin punya tiga anak. Satu perempuan dan dua laki-laki kembar. Untuk yang perempuan namanya Charlotte, dan untuk dua laki-laki itu Ethan dan Elias. Bagaimana?"

Di sisi lain, Arthur membenamkan wajahnya di meja kerja Inspektur Jaxon. Kepalanya terasa pusing mendengar ocehan Noah yang tidak ada habisnya. "Noah, diamlah!" gerutunya, suaranya terdengar tertahan. Ia benar-benar ingin tidur, namun ocehan Noah membuatnya kesulitan untuk memejamkan mata. Suasana malam itu menjadi campuran antara ketenangan dan kekacauan, diwarnai oleh lelahnya Reyna dan Arthur serta imajinasi masa depan Noah yang terlalu berlebihan.

Noah hanya memutar matanya. "Kau iri, makanya menyuruhku diam," katanya, suaranya terdengar sedikit kesal.

Arthur juga memutar matanya. "Iri? Apa yang harus ku irikan dengan khayalanmu itu?" balasnya, nada suaranya masih terdengar kesal.

"Ini bukan sekadar khayalan, Arthur," kata Noah dengan percaya diri. "Ini akan menjadi kenyataan di masa depan."

Arthur semakin kesal "Nama-nama yang kau sebutkan tadi bahkan terdengar murahan," kata Arthur, nada suaranya mengejek.

Noah terdiam sesaat. Kemudian, matanya menyipit sambil menatap Arthur yang masih membenamkan wajahnya di meja. "Tidak semurah nama yang akan kau berikan pada anakmu nanti," katanya, suaranya terdengar berubah mengejek. "Aku yakin kau akan memberikan nama Cuki pada anakmu."

Mendengar itu, Reyna tidak bisa lagi menahan tawanya. Ia tertawa kecil, suaranya pelan namun jelas terdengar di keheningan ruangan. Sindiran Noah mengenai nama anak yang akan diberikan Arthur benar-benar berhasil membuatnya tertawa.

1
Legato Bluesummers
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Sâu trong em
Cerita yang menghanyutkan.
SugaredLamp 007
Gak bisa berhenti! Pagi siang malam cuma baca ini terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!