Ben Wang hidup kembali setelah kematian tragis yang membuka matanya pada kebenaran pahit—kekasihnya adalah pengkhianat, sementara Moon Lee, gadis sederhana yang selalu ia abaikan, ternyata cinta sejati yang tulus mendukungnya.
Diberi kesempatan kedua, Ben bertekad melindungi Moon dari takdir kelam, membalas dendam pada sang pengkhianat, dan kali ini… mencintai Moon dengan sepenuh hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
“Direktur, kenapa kontraknya selama dua puluh tahun?” tanya Moon dengan heran.
“Kenapa? Bukankah ini kesempatan terbaik? Bisa membantu biaya pengobatan nenekmu dan juga kamu sendiri. Kelak kalau kau ke rumah sakit, tidak perlu membayar sama sekali. Ini adalah pelayanan istimewa dari perusahaan,” jawab Ben, lalu menghampiri Moon yang sedang termangu membaca kontrak itu.
Ben mendekat, tangannya menekan meja dan kursi di sisi Moon.
“Kenapa? Apakah dua puluh tahun tidak cukup lama?” tanyanya lembut dan mengoda.
Moon menoleh ke arah atasannya yang kini begitu dekat dengannya. Ia hampir kehilangan keseimbangan ke belakang, namun Ben cepat menahannya.
“Kenapa kau selalu saja begitu ceroboh?” ucap Ben dengan senyum tipis, sementara tangannya masih menahan pinggang gadis itu.
“Direktur, lepaskan tanganmu dulu. Kalau dilihat orang, nanti disalahpahami,” kata Moon gugup.
“Kalau aku lepaskan, kau akan jatuh ke belakang. Jadi, yang perlu kau lakukan sekarang hanyalah menandatangani surat kontrak agar kau menjadi karyawan tetap di Blue Star Group,” jawab Ben.
“Lama sekali kontraknya. Kenapa tidak seumur hidup saja?” gerutu Moon.
Ben menarik pinggang Moon sedikit lebih dekat, lalu berbisik di telinganya,
“Ternyata Moon Lee yang aku kenal cukup serakah juga. Dua puluh tahun tidak cukup, dan ingin seumur hidup.”
“Tidak! Aku hanya merasa kontrak ini tidak masuk akal,” jawab Moon cepat.
“Bonus yang diberikan perusahaan sangat istimewa. Setiap bulan, kau tidak perlu mengkhawatirkan biaya pengobatan nenekmu. Selain itu, nenekmu akan selalu mendapatkan pemeriksaan lengkap dan vitamin gratis. Bukan hanya nenekmu, untukmu juga. Biaya rumah sakit akan ditanggung penuh. Bonus tahunanmu pun akan dinaikkan setelah tanda tangan. Bukankah tawaran ini sangat menggiurkan?” ujar Ben.
“Apakah bisa dikurangi menjadi lima tahun saja? Dan kenapa selama aku bekerja di sini aku tidak boleh menikah? Ini perjanjian yang tidak masuk akal,” tanya Moon kesal.
“Apakah kau berharap bisa menikah dengan Wilson Fang? Aku sudah mencari tahu tentang dia. Walau seorang manajer, tanggungannya cukup banyak — kedua orang tuanya, cicilan rumah, dan mobil. Apakah dia sanggup membantu biaya rumah sakit nenekmu?” bisik Ben dengan nada menantang.
“Aku tidak pernah berharap menikah dengannya, tapi yang namanya kita masih sendiri, suatu saat pasti akan menikah. Tidak mungkin aku menghabiskan masa mudaku hanya di perusahaan ini,” jawab Moon.
“Kalau begitu, maaf, aku mengecewakanmu. Kesempatan hanya datang sekali. Terima atau tidak, putuskan sekarang juga. Sebagai cucu, aku yakin kau tidak akan mementingkan dirimu sendiri,” ujar Ben dingin.
“Padahal aku ingin pergi dari sini, tapi kalau diberi kontrak selama itu, aku juga tidak bisa menolak demi kesehatan nenek. Asal nenek sehat dan sembuh, yang lain tidak penting lagi,” batin Moon.
“Apakah sudah membuat keputusan?” tanya Ben.
“Lepaskan tanganmu dulu, aku akan tanda tangan,” jawab Moon pasrah.
Ben tersenyum menatap gadis itu. “Moon Lee, aku hanya akan menggunakan cara ini untuk mengikatmu. Dengan begitu, tidak akan ada pria lain yang mendekatimu. Kau hanya akan menjadi milikku," batinnya.
Ben melepaskan pelukannya dan berdiri tegap di samping Moon.
Moon menandatangani dokumen kontrak tersebut dengan tangan gemetar.
“Abaikan saja perasaan ini… jangan mencintainya lagi. Kalau tidak, aku akan semakin terjerumus,” batin Moon.
Tak lama kemudian, Moon meninggalkan ruangan atasannya, Ben tersenyum melihat tanda tangan Moon yang kini tercantum di sana.
“Moon Lee, tanpa kau sadari, aku telah mengikatmu di sisiku. Selanjutnya, rencanaku adalah mempertemukanmu dengan kedua orang tuamu,” gumam Ben pelan, menatap dokumen itu dengan sorot mata penuh arti.
“Tuan,” seru Justin sambil melangkah masuk ke dalam ruangan, membawa sebuah amplop cokelat di tangannya.
“Apa hasilnya sudah keluar?” tanya Ben.
“Tuan, sampel Tuan Lu dan Nona Moon telah keluar,” jawab Justin sambil menyerahkan amplop tersebut.
Ben menerima amplop itu, lalu mengeluarkan selembar hasil tes DNA. Matanya membaca dengan cermat setiap baris laporan tersebut.
“Hasil DNA antara Steven Lu dan Moon Lee dinyatakan positif,” ucap Ben pelan, suaranya terdengar tenang namun sarat makna.
"Apakah kita akan mengirim ke alamat Tuan Lu?" tanya Justin.
"Kehidupan sebelumnya, hasil laporan DNA jatuh ke tangan Viona. Kali ini tidak boleh ada kesalahan lagi," batin Ben.
"Aku yang akan berikan secara langsung kepada Steven Lu!" jawab Ben.