NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Story Yuu

Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?

*
*
*

Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.

MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.

Untuk menyemangati Author menulis.

Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Pertarungan Di Lapangan Basket

Hari itu, di lapangan basket, dua pemuda masih bertarung sengit dalam pertandingan. Suara sorakan siswa-siswi bergema, memberi semangat pada Axel dan Dika.

Sementara itu Kiara dan Via tengah sibuk membaca novel di kelasnya.

Brak! Rafa datang dengan tergesa menabrak meja di depan Via.

“Apa sih kamu?!” teriak Via kaget, ia sontak berdiri memukuli bahu pacarnya.

Rafa masih terengah-engah, ia bicara namun suaranya terbata tak terdengar jelas. “Apa sih Raf?!” bentak Kiara dari kursinya.

Rafa menarik napas perlahan, “Itu… Axel sama Dika berantem di lapangan basket!” serunya akhirnya, mengejutkan Kiara dan Via.

“Hah?!” seru dua gadis itu bersamaan, dengan mata membulat.

Tak berpikir panjang, Kiara langsung lari bergegas menuju lapangan basket. Di lorong sekolah saat berlari, brak! tali sepatunya terlepas membuatnya tersungkur ke lantai.

“Eugh… sial,” dengusnya kesakitan, namun langsung berdiri dan lanjut berlari.

“Ara! Hati-hati,” seru Via ikut berlari di belakangnya. “Apa yang terjadi?” tanyanya menoleh ke Rafa.

Rafa menggeleng kepala, “Aku juga nggak tau.”

****

Di sisi lain lapangan basket, permainan makin memanas. Tiba-tiba, di sela drible cepatnya, Dika melontarkan kalimat yang membuat Axel tersulut emosi.

“Kamu sudah kalah lima poin. Kalau kali ini kamu kalah telak… aku punya satu permintaan,” ucap Dika sambil menggiring bola, namun matanya tak lepas dari lawannya.

“Apa maumu?” tanya Axel tanpa menatap Dika, dia tetap fokus menghadang serangan bola pemuda itu.

“Jauhi Kiara. Aku muak melihatmu terus menempel padanya,” ucap Dika sinis, tetap menyerang seputar Kiara.

Axel menyeringai tipis. Kini matanya menatap Dika. “Kamu nggak lihat? Justru dia yang terus menempel padaku.”

Tatapan Dika mengeras, tapi tangannya tetap lincah mengayunkan bola. “Justru karena itu, kamu harus tegas. Tolak dia, jangan beri harapan palsu.”

Axel terkekeh dingin. “Buat apa aku repot? Aku nggak pernah memintanya.”

Dika masih menggiring bola, namun tatapannya tampak dipenuhi kemarahan. “Jangan permainkan gadis itu.”

Dengan lincah Axel berhasil merebut bola dari Dika, “Kamu suka dia? Tapi malah menyerangku. Why? Kamu nggak percaya diri?” ucapnya dengan sarkas penuh ejekan.

Mendengar itu, Dika langsung menghentikan langkahnya, rahangnya mengeras menatap tajam lawannya. Tanpa pikir panjang ia mengepalkan tangan lalu melayangkan satu pukulan ke wajah Axel.

Brak! Axel spontan tersungkur ke lantai. Ia meraba bibirnya yang berdarah, lalu menyeringai pahit.

“Apa yang kamu lakukan?” ucapnya tajam menatap sengit ke arah Dika.

Dika masih mengepalkan tangannya. “Jangan terlalu arogan,” tegasnya penuh penekanan.

Axel bangkit dari jatuhnya, tubuhnya tegak, sudut bibirnya menyungging tipis. “Karena Kiara? Kamu memukulku?” tanyanya melangkah mendekati Dika.

Keduanya beradu tatapan tajam, tak menunggu lagi, Axel mencengkram kerah Dika lalu membalas satu pukulan ke wajahnya.

Brak! Kini Dika yang tersungkur ke lantai.

“Kalau kamu menyukainya datangi saja dia, katakan padanya untuk berhenti menempel padaku, aku juga muak melihatnya!” tegas Axel, wajahnya memerah penuh emosi.

Dia mencengkram Dika lagi, menyeretnya untuk bangun.

“Ayo lanjutkan, kita sudah sejauh ini,” ucapnya sinis, bersiap untuk memukul lagi laki-laki di hadapannya.

Dika pun sama, tak merasa kapok ia menyusun satu kepalan tangan untuk menghantam Axel.

“Aku nggak nyangka harus beradu tinju denganmu, hanya karena gadis bodoh itu,” ujar Axel masih membahas Kiara.

Mendadak Dika membulatkan matanya, menatap ke belakang Axel. “Ara…” ucapnya pelan.

Axel sontak menoleh kebelakang, ia melihat Kiara berdiri disana. Gadis itu menatap sendu ke arahnya, lututnya tampak memar dan sedikit lecet. Bola matanya sudah memerah, air matanya siap jatuh.

Ara… sejak kapan dia disana? batinnya.

Kiara hanya diam, lalu buru-buru berbalik dan melarikan diri.

“Ara!” seru Dika sambil menepis cengkraman Axel, ia langsung lari mengejar Kiara.

Sementara Axel masih mematung di tengah lapangan, kata-kata kasar yang baru saja ia lontarkan menggema di kepalanya.

Dia mendengar semuanya? batinnya gusar.

Via mendekati Axel dengan wajah kesal, “Aku tau kamu tidak menyukainya, tapi… kamu nggak perlu memperjelas dan bikin dia malu di depan umum seperti ini,” dengusnya geram.

Axel menelan ludah, dadanya terasa sesak. Entah apa yang membuatnya begitu marah sampai tega melontarkan kata-kata kasar yang jelas-jelas menusuk hati Kiara. Ia bisa melihat kembali raut wajah gadis itu di benaknya, mata yang memerah, bibir bergetar menahan tangis, dan langkah terburu yang penuh luka.

Apa yang sudah kuucapkan tadi? batinnya gelisah.

Axel mengusap bibir berdarahnya, tapi yang lebih menyakitkan justru rasa bersalah yang menggerogoti hatinya. Untuk pertama kalinya, ia benci pada dirinya sendiri.

Beberapa siswa-siswi di pinggir lapangan mulai bergunjing pelan.

“Aku sih bakal malu banget jadi Kiara.”

“Sudah kubilang, Axel menang ganteng doang.”

“Si caper Kiara ditolak mentah-mentah nih.”

“Hahahah.”

Axel mendengar potongan kalimat itu, rahangnya mengeras. Setiap gumaman terasa menusuk. Ia tahu, semua ini berawal dari mulutnya sendiri yang tak bisa mengontrol emosi.

****

Sementara itu, Kiara masih berlari menyusuri lorong, matanya panas menahan air mata. Dadanya terasa sesak, seolah setiap langkah hanya mempertegas betapa kata-kata Axel barusan menusuk hatinya.

Jadi selama ini… dia cuma memandangku sebagai gadis bodoh? batinnya getir.

“Kiara! Tunggu!” suara Dika terdengar dari belakang. Ia berlari cepat, berusaha menyusul.

Kiara tidak menoleh, justru mempercepat langkah. Ia tidak ingin siapa pun melihat wajahnya yang berantakan.

“Kiara, dengar aku dulu!” Dika akhirnya berhasil meraih pergelangan tangannya.

Kiara menghentak kasar, melepaskan diri. “Lepas, Dika! Aku mau sendiri.” Suaranya pecah, jelas dari matanya air mata sudah tak bisa ditahan lagi.

“Ara…” lirih Dika menatap wajah gadis dihadapannya, yang sudah di penuhi oleh air mata.

Kiara menunduk, suaranya pelan tapi sarat luka. “Apa kalian senang? Menjadikanku bahan lelucon di lapangan?”

Dika buru-buru menggeleng. “Ara, bukan begitu. Aku bisa jelaskan…”

“Cukup, Dika.” Kiara menatapnya sekilas, matanya basah. “Aku mau sendiri. Tolong… jangan ikuti aku.”

Kiara segera berbalik dan berlari tanpa menoleh lagi. Langkahnya terburu-buru, hampir tersandung, tapi ia terus memaksa menjauh.

Dia akhirnya menemukan sudut kosong di belakang gedung sekolah, tempat yang jarang dilewati siapapun. Di sanalah ia berhenti, punggungnya bersandar ke dinding dingin.

Begitu yakin tak ada yang melihat, air mata yang sejak tadi ia tahan langsung pecah. Isaknya pecah tanpa bisa dikendalikan, kedua tangannya menutup wajah.

Apa itu benar? Aku membuatnya muak? pikirnya getir.

Kiara mengepal tangan, meremas rok seragamnya, mencoba menahan sakit di dadanya. Namun semakin ia berusaha kuat, semakin deras air matanya jatuh.

Setelah cukup lama menenangkan diri, Kiara mengusap sisa air mata di pipinya. Napasnya masih berat, tapi ia memaksa langkahnya kembali ke kelas.

Saat tiba di pintu, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Axel. Laki-laki itu sempat terdiam, tatapannya tertuju penuh rasa bersalah. Namun Kiara memilih menunduk, melewatinya begitu saja tanpa memberi kesempatan sedikitpun untuk bicara.

Begitu masuk kelas, bisikan segera terdengar.

“Itu dia…”

“Pantas tadi Axel marah…”

“Kasihan, tapi juga… memalukan.”

Kiara hanya menggigit bibir, pura-pura tak mendengar. Ia berjalan menuju bangkunya dengan kepala tertunduk, menahan diri agar air matanya tak jatuh lagi di depan teman-temannya.

...****************...

Bersambung...

Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...

Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.

Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰

1
Anna
alahh modus ee si Axel ..
Anna
cerita nya fress, alur nya simple sukaa pollll ..
Yuu: makasih kakak sudah mampir🥰🥰
total 1 replies
Fausta Vova
thor, bisa ga yah up tiap hari???
🤣
ak pasti menunggunya thor
Fausta Vova
jangan ribet-ribet thor
otakku baru bangun nih
Yuu: Terimakasih sudah mampir, 🥰
total 1 replies
Duane
Gila, endingnya bikin terharu.
Yuu: Terimakasih ka. nantikan update selanjutnya ya🥰
total 1 replies
Maris
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
Yuu: Terimakasih 🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!