Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.
Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.
Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Guncangan Misterius
ZRAAAAAKKK——!!!
Puluhan retakan dimensi terbuka serempak di udara, menciptakan garis-garis kehampaan yang meretakkan langit. Tebasan kehampaan Zhang Wei kali ini bukan sekadar dua garis kematian seperti biasanya—melainkan puluhan, membentuk jaring maut yang mengurung tubuh kolosal sang Gurita Pemakaman Jiwa.
Setiap retakan itu menyimpan kekuatan pemusnah dimensi. Serpihan ruang bergetar dan menciptakan efek vakum, menyedot aliran air laut, suara, bahkan cahaya. Dunia seolah menahan napas.
Gurita itu mengamuk.
RAAAAAAAAAAAHHH——!!!
Dengan satu erangan jiwa, ia memanggil ribuan anak-anaknya untuk mengerubungi dirinya. Mereka bukan pelindung, tapi tumbal. Setiap tentakel, gurita bersayap, bersisik, bahkan berkulit batu melesat ke arah retakan-retakan itu, mencoba menutupinya dengan tubuh mereka.
Namun, terlalu cepat…
Zhang Wei sudah bergerak, matanya memancarkan cahaya kehampaan murni. Tubuhnya menyatu dengan hukum dimensi.
WUUUUUSSHHH——!!!
Tiga puluh dua retakan menebas secara serempak dari segala arah. Beberapa berhasil diredam anak-anak gurita, tapi sebagian lainnya langsung menembus tubuh utama sang gurita. Tujuh tentakel raksasa lenyap, bagian sisi kiri tubuh kolosalnya terkoyak, dan energi jiwanya terguncang hebat. Gurita itu meraung, suara jiwa yang menggetarkan langit…
Namun, saat Zhang Wei mengangkat pedangnya untuk tebasan terakhir—retakan puncak yang bisa melenyapkan inti jiwa lawan dalam sekali gerak—
BRRAAAAAKHHHH!!!
Guncangan dahsyat melanda, seperti bumi menolak kehendak kehampaan. Ruang bergetar. Waktu tersendat. Retakan yang hendak menghancurkan gurita itu tiba-tiba runtuh satu demi satu, seperti diserap oleh kekuatan tak kasat mata dari luar titik konflik.
Zhang Wei terkejut, matanya menyipit tajam. “Darimana sumber kekuatan itu barusan?!”
Di detik yang sama, gurita itu mengangkat tentakel utama. Aura kehendak jiwanya menyatu dengan hukum alam yang rusak. Tebasan gagal. Kesempatan lenyap.
ZRAAAAKKK——!!!
Satu serangan telak menghantam dari samping. Tentakel raksasa itu menabrak Zhang Wei dengan kekuatan mutlak, mematahkan lapisan udara dan membantingnya ke dasar tebing laut.
BOOOOOOMMMM!!!
Tubuh Zhang Wei menghantam batuan karang keras, membelah dinding laut dan menciptakan ledakan bawah air yang mengguncang permukaan. Kabut darah menyebar bersama semburan air, warnanya merah pekat. Suara retakan tulang terdengar dalam diam yang memekakkan.
“Tuan Muda!!” jerit Ruo Lian dari kejauhan, tubuhnya menggigil hebat.
“Tidak... tidak... jangan sekarang...” Yan Zhuan menatap ke arah ledakan, panah di tangannya jatuh, jari-jarinya kaku.
Fei Yuan langsung berdiri meski tubuhnya masih lemas. “Kita harus ke sana!”
“Jangan gegabah!” bentak Shen Dou, matanya merah. “Dia belum kalah. Zhang Wei... bukan orang yang jatuh semudah itu…”
Kabut darah itu masih membumbung tinggi. Namun dari balik puing dan riak laut yang mengamuk, sosok itu perlahan berdiri. Gemetar. Tubuhnya penuh luka. Kulitnya robek. Pundaknya terkulai. Tapi matanya… tetap menyala.
“Aku... belum selesai…”
Pedang kelabu muncul lagi di tangannya. Api kosmik Nirvana berkedip lemah di sekelilingnya. Udara di sekitar seolah kehilangan suhu, digantikan oleh kehendak bertahan yang luar biasa.
Langkah kakinya goyah, namun tak pernah berhenti.
Langit mendung. Angin berhenti berhembus. Dan para rekannya menyaksikan satu hal yang takkan mereka lupakan seumur hidup:
Zhang Wei, sang pendekar kelabu, melangkah kembali ke dalam badai neraka, sendirian—dengan luka parah, dengan napas berat, namun dengan tekad yang tetap tak tergoyahkan.
***
BOOOOOMMMMM——!!!
Ledakan demi ledakan api kosmik Nirvana meledak di udara, membakar ratusan tentakel yang masih tersisa di medan pertempuran. Malam telah jatuh, namun langit di atas Laut Tak Berangin tetap terang oleh semburan energi spiritual dan kobaran api yang membelah kegelapan.
Zhang Wei berdiri di atas pusaran air, tubuhnya dibalut cahaya kelabu yang semakin pudar. Luka di bahunya terus mengucurkan darah. Meski kakinya goyah, kedua matanya tak berkedip, mengunci pandangan ke arah lawan yang sejak tadi tidak kunjung runtuh.
Namun ada sesuatu yang janggal.
Gurita Pemakaman Jiwa itu mendadak berhenti bergerak. Tubuh kolosal yang barusan mengamuk kini membeku, matanya—yang semula menyala hijau—berubah menjadi hitam pekat. Lalu, satu demi satu, bola mata itu mengeluarkan kilau ungu samar, seperti retakan dimensi kecil yang berdenyut hidup di balik pupilnya.
Zhang Wei mengerutkan alis. Nafasnya kasar, tapi pikirannya tetap tajam.
“…itu bukan kekuatan gurita itu sendiri.”
Tiba-tiba, sang makhluk suci mengangkat seluruh tubuhnya, lalu—tanpa peringatan—melesat ke arah barat dengan kecepatan luar biasa, menembus udara dan memecahkan gelombang laut di belakangnya.
ZRAAAAAAKK——!!!
“Apa—?!”
Zhang Wei langsung melesat, mengejarnya. Kedua tangannya membentuk segel cepat, dan tiga orb api kosmik melesat dari belakang tubuhnya, menabrak punggung makhluk itu.
BOOOM!!
BOOOM!!
BOOOM!!
Tubuh gurita terguncang, terbakar sebagian besar bagian belakangnya. Tapi dia tidak menghentikan gerakannya.
Tidak… dia bahkan tidak menoleh.
“Dia… mengabaikanku?”
Zhang Wei terdiam sejenak di udara, napasnya memburu. Aura api masih berdenyut di tangannya, namun matanya kini dipenuhi kebingungan dan kewaspadaan.
“Dia... seperti... terpanggil?”
Gurita itu terus melaju, membelah malam, meninggalkan anak-anaknya yang masih tersisa. Puluhan makhluk kecil berjatuhan ke laut, melata tanpa arah setelah kekuatan pusat mereka pergi. Beberapa terbakar oleh sisa kobaran api kosmik, sebagian lagi runtuh oleh kelelahan energi spiritual mereka sendiri.
Shen Dou yang kini berada di tebing daratan, menatap dari jauh. “Dia pergi…? Tapi kenapa?”
Ruo Lian menggertakkan gigi. “Makhluk sebesar itu… kenapa tiba-tiba mengabaikan Tuan Muda dan memilih kabur? Atau… bukan kabur, tapi… mengejar sesuatu?”
Yan Zhuan menarik napas dalam-dalam. “Ada sesuatu di arah barat… sesuatu yang membuat makhluk sekuat itu meninggalkan pertarungan hidup dan mati.”
Zhang Wei masih diam, mengambang di udara. Beberapa helai rambutnya tergerai menutupi mata, namun wajahnya menegang. Pikirannya berpacu.
Sesuatu telah berubah.
Dan ini bukan hanya tentang pertarungan semata.
Sosok gurita pemangsa jiwa itu telah terseret oleh kekuatan lain—sesuatu yang belum mereka pahami. Suatu kehendak lama yang mungkin telah bangkit di malam pekat ini.
Zhang Wei menggenggam gagang pedangnya lebih erat.
“…apa yang sebenarnya terjadi dalam alam rahasia ini?”
Laut kembali tenang. Tapi bukan kedamaian yang turun—melainkan hening sebelum badai berikutnya datang.
tetap semangat berkarya Thor, msh ditunggu lanjutan cerita ini