Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.
Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.
Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.
Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran Dadakan
Kedatangan Pradipta yang tiba-tiba membuat mereka semua mematung seketika.
Malika dengan cincin yang disambarnya tadi dari Rendy salah tingkah, memasukkan cincin itu segera ke dalam sakunya.
“Nyaris saja aku masuk ke dalam keluarga yang bahkan tidak tahu arti dari rasa hormat, tenggang rasa, kasih sayang dan keadilan,” ucap Pradipta getir.
Burhan dan Rosma saling berpandangan panik, menyadari jika Pradipta pasti mendengar pembicaraan mereka sedari tadi.
“Nak Pradipta pasti salah paham.” Burhan terkekeh canggung.
“Iya sayang. Kesini dan duduk di sini.” Malika meminta Pradipta untuk duduk di sebelahnya.
“Tidak perlu. Kamu lebih pantas duduk dengan pria itu.” Pradipta menunjuk Rendy yang juga duduk di sebelah Malika.
Malika langsung berdiri menyadari jika Pradipta pasti cemburu.
“Nak Pradipta jangan berpikir macam-macam. Dia itu Rendy, mantan calon suaminya Hana.” Rosma bersuara.
“Iya. Kami disini sedang diskusi karena tiba-tiba Nak Rendy ingin membatalkan pernikahannya dengan Hana.” Burhan menunjuk Rendy dan Hana bergantian.
“Pasti ada alasan yang membuat pernikahan dibatalkan,” ujar Pradipta menatap tajam Malika.
“Sudah pasti ada Nak Pradipta. Apa Nak Pradipta tidak melihat kesenjangan antara Hana dan Nak Rendy? Coba dilihat baik-baik. Dari cara mereka berpakaian. Nak Rendy tampil sempurna dengan setelan kemeja dan jas mahalnya, coba lihat Hana. Bajunya lusuh, kucel dan bau. Mereka tidak setara maka dari itu wajar saja Nak Rendy ingin mengganti calon istrinya.” Rosma menjawab panjang lebar.
“Menggantinya dengan Malika?” Pradipta bersedekap dada sembari mengulas senyum sinisnya.
Tanpa disangka Rosma malah terkekeh.
“Nah itu. Nak Pradipta tahu kalau siapa saja bisa saja dengan mudahnya jatuh cinta pada Malika. Nak Pradipta beruntung loh punya pacar banyak yang suka.”
Burhan dan Sri ikut terkekeh mendengar ocehan Rosma. Malika yang dipuji tersenyum berbangga hati.
Lain halnya dengan Pradipta yang tetap menunjukkan wajah seriusnya, sesekali melirik Hana yang masih menunduk dengan wajah sedih.
Pradipta lalu melihat Rendy.
“Jadi kamu jatuh cinta dengan Malika?”
Rendy mengangguk cepat.
“Jadi kamu memilih membatalkan pernikahanmu dengan Hana karena dia?” Pradipta menunjuk Malika.
“Iya. Saya pikir Malika wanita yang pantas untuk mendampingi saya mengingat kecantikan dan levelnya yang berbeda dengan Hana.”
“Oh begitu ya? Beda level rupanya. ” Pradipta mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menghampiri Hana yang duduk menunduk.
“Hana. Bangunlah. Angkat kepalamu. Sudah cukup kamu selalu menurut dan mengalah.”
Hana berdiri pelan, mengangkat kepalanya hingga dia bisa melihat Pradipta yang berdiri tepat di hadapannya.
“Hana. Maukah kamu menikah denganku? Aku pikir level kita sama.”
Suasana meledak seketika.
“SAYANG. Apa maksudmu?!” Malika berteriak kaget. Wajahnya pucat, badannya gemetar melihat sang kekasih melamar gadis lain di hadapannya.
Hana terdiam tak percaya. Ini terlalu cepat, pikirnya.
Sementara Burhan, Sri dan Rosma juga tak kalah syok. Mereka tercengang melihat Pradipta yang sepertinya tak main-main dengan ucapannya.
“Malika. Sepertinya kamu satu level dengan lelaki di sampingmu itu. Menikahlah dengannya dan aku akan menikahi saudari tirimu ini.”
“Nak Pradipta. Apa-apaan ini?” Burhan melihat Pradipta tak percaya.
“Iya. Jangan main-main soal pernikahan.” Sri ikut bersuara, sementara Rosma terdiam memikirkan sesuatu.
“Saya serius. Sangat serius.”
Malika tampak menitikkan air mata.
“KAMU JAHAT!!” Teriak Malika lagi kali ini dengan berapi-api.
Sri dan Rosma langsung menghampirinya, memeluk dan berusaha menenangkannya.
“Lihat apa yang kamu lakukan? Kamu membuat putriku menangis!” Sri tampak marah. Dengan penuh kasih sayang memeluk sang putri.
“Kamu pikir hanya karena kamu polisi kamu bisa dengan seenaknya mempermainkan putri kami!” Burhan juga tak kalah murka.
Pradipta tersenyum.
“Kenapa aku mendapatkan respon yang berbeda dengan dia?” Pradipta menunjuk Rendy.
“Apa maksudmu?” Burhan tak mengerti.
“Bukannya dia juga baru saja mencampakkan putri kalian? Tapi kalian tak marah padanya, malah menyalahkan Hana dan menyuruhnya harus introspeksi diri.”
“Bukannya putri kalian yang ini juga tadi menangis, kenapa kalian tak memeluk dan menenangkannya seperti yang kalian lakukan pada Malika?”
Burhan dan Sri langsung terdiam.
“Kenapa kami harus melakukan itu semua pada Hana? Memangnya siapa dia? Asal kamu tahu kalau dia hanya orang asing dan benalu di rumah ini.” Rosma yang sedari tadi terdiam akhirnya bersuara dengan santainya.
“Kalau kamu ingin menikah dengannya silahkan saja. Lakukan secepatnya karena kami ingin dia segera enyah dari rumah ini.”
“Oh iya. Kalau tentang Malika. Saya bersyukur kalian tidak jadi menikah. Malika cucu kesayanganku tak pantas menikah denganmu. Dia lebih pantas menikah dengan Nak Rendy yang lebih kaya dan mapan.”
“Apa kamu tak lihat mobilnya di depan? Harganya pasti berkali-kali lipat dibandingkan mobilmu.” Rosma berbicara panjang lebar, berbicara dengan raut wajah mengejek dan merendahkan Pradipta.
Pradipta tersenyum puas mendengar penjelasan Rosma yang akhirnya mengungkapkan wajah asli dari keluarga ini.
“Tapi Nek. Aku masih mencintai Mas Pradipta...” Malika menatap Pradipta lekat, penuh maaf dan pengharapan.
“Jangan bodoh kamu Malika. Buka matamu lebar-lebar. Dengarkan semua kata-kata nenekmu. Ada Nak Rendy yang lebih dari segalanya dibandingkan dia. Kamu lebih pantas menikah dengannya.” Burhan kembali bersuara, menatap Pradipta dengan penuh cela.
Pradipta yang sedari tadi dihina sama sekali tak merasa rendah diri. Tetap tenang dan berwiba
“Dengarkan semua perkataan orang tua dan nenekmu Malika. Aku memang tidak pantas untukmu. Menikahlah dengan dia,” ucap Pradipta dengan tenang.
Mendengar itu, pecahlah tangis Malika. Baginya Rendy memang lebih kaya, namun cintanya tetap untuk sang abdi negara.
Pradipta kemudian menatap Hana yang sedari tadi diam membisu.
“Hana. Aku belum tahu jawabanmu. Bagaimana? Apa kamu mau menikah denganku?” Pradipta menatap Hana lekat. Penuh harap.
Mata keduanya saling bertemu. Hana melihat ketulusan yang nyata, bukan pura-pura.
Semua orang diam. Menunggu jawaban.
Hana mengangguk pelan.
apa hrs di smbut dgn kta selamat datang neraka bgi Hana, /Grin//Joyful/
tak BS ku berkata2..seandainya itu memang ada dinkehidupan nyata...astagfirullahaladzim...
Lawanlah... meski hasilnya belum pasti..
Gak cukup apa, ngorbanin Hana kecil dulu, sekarang ibunya digituin pun masih diam...
udh matiin aja karakter Sri ini.. bikin esmosi aja.. dari awal sampe sekarang.
Yg lain okelah.. kejam sama Hana karena gak ada ikatan darah.. Lah ini Ibunya sendiri, bisa gitu sama anak kandungnya...
Ngancurin citra kaum Ibu ..