NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:999
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kost baru

Disisi lain, di rumah Alya yang sederhana itu ia sedang mendapatkan omelan dari kedua orang tuanya. Mereka terus membantak Alya tanpa mempedulikan tangisannya

"Alya! Kamu sudah mengecewakan Ibu!" bentak Zulaikha, suaranya menggema di ruang tamu. Alya tertunduk lesu, matanya berkaca-kaca. Arkan, ayahnya, menatap Alya dengan wajah dingin.

"Kenapa kamu gagal dapet beasiswa sih? Nilai-nilaimu bagus, tapi kenapa tidak ada yang merekomendasikanmu hah! ?" tanya Arkan, suaranya tegas namun dipenuhi kekecewaan.

"Aku sudah berusaha sebaik mungkin, Yah," jawab Alya lirih, suaranya bergetar. "Tapi memang tidak ada guru yang mau merekomendasikan aku. Mereka bilang, nilai aku memang bagus, tapi... aku bukan yang terbaik."

"Bukan yang terbaik? Jadi, kamu mau kalah dari Aisyah hah? " Zulaikha menyela, suaranya meninggi. "Ibu nggak mau yah Aisyah lebih mencolok dari kamu, dia miskin aja bisa dapetin beasiswa! Kamu malah gagal!"

"Hmm gimana kalau kamu ikut Luna saja di kota?" Arkan melanjutkan, bukan dengan nada menawarkan solusi, melainkan sebagai tuntutan. "Kamu bisa tinggal bersama Luna dan sambil kuliah, Kamu harus bisa bekerja paruh waktu untuk membantu biaya hidup kami dan uang kulaih mu,Itu satu-satunya cara!"

Alya menggeleng cepat. "Nggak mau, Yah! Aku nggak mau bekerja! Nanti kalau aku cape, pasti nggak akan bisa fokus kuliah!"

"Tidak mau? Lalu apa maumu!? Kita tidak punya uang untuk membiayaimu kuliah sepenuhnya! Kamu harus bekerja! Atau, kamu mau tetap di sini dan menjadi bahan omongan orang? Memalukan!" Arkan berkata dengan nada keras dan tanpa sedikitpun rasa iba.

Alya terdiam, air matanya mengalir deras. Ia tahu, kedua orang tuanya sama-sama menuntutnya. Tidak ada dukungan, tidak ada simpati, hanya tuntutan dan tekanan.

"Bukan begitu yah, Bu," Alya membela diri. "Aku bukannya mau kalah sama Aisyah. Aku cuma..." Air matanya menetes.

"Cuma apa? Cuma tidak beruntung? Cuma tidak mampu?" Zulaikha memotong lagi, suaranya semakin keras. "Ibu nggak mau malu di depan tetangga ya Al! Semua orang tahu Aisyah kuliah di kota. Ibu nggak mau orang berpikir Kamu lebih bodoh dari Aisyah!"

Alya hanya mengangguk sambil memikirkan masa depannya, ia kesal kenapa dia tidak mendapat beasiswa seperti aisyah, selalu Aisyah yang lebih maju darinya dan dia tidak suka itu.

...****************...

Mobil yang membawa Aisyah dan Caca berhenti di depan sebuah kosan yang cukup besar dan bersih. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi di sekeliling mereka, sebuah pemandangan yang sangat berbeda dari desa mereka. Aisyah terkesima. Ia belum pernah melihat kota seindah ini sebelumnya. Matahari siang hari menyinari gedung-gedung pencakar langit, membuat mereka tampak berkilauan.

"MasyaAllah, Ca…," Aisyah bergumam takjub, matanya berbinar. "Kota ini… indah banget ya. "

Caca tersenyum, menatap sahabatnya itu. "Iya, kan? Kamu suka?"

"Suka banget!" Aisyah mengangguk antusias. "Aku bersyukur banget bisa kuliah di sini. Terima kasih ya, Ca, udah nemenin aku."

"Sama-sama, syah. Kita kan sahabat," balas Caca, menepuk pundak Aisyah. "Lagian, aku juga senang bisa kuliah di sini."

Mereka turun dari mobil, Pak Torik, ayah Caca, membantu menurunkan barang-barang mereka. Kosan itu terlihat nyaman, cukup luas untuk mereka berdua, dan lokasinya sangat dekat dengan universitas tempat mereka kuliah.

"Kosannya bagus, Yah" kata Aisyah, menatap kosan mereka dengan penuh kekaguman.

*Info : Caca dan Aisyah sudah dekat seperti keluarga makanya Aisyah memanggil ayah caca dengan sebutan ayah, begitupun caca*.

"Iya,. Semoga kalian nyaman tinggal di sini, yah" jawab Pak Torik, tersenyum. Ia melihat betapa bahagianya caca dan Aisyah.

Setelah semua barang-barang mereka dimasukkan ke dalam kosan, Pak Torik duduk di sofa kecil yang ada di ruang tamu. Aisyah dan Caca duduk di sampingnya. Suasana terasa hangat dan penuh kebahagiaan.

"Oh iya yah… terima kasih banyak udah nganterin aku dan bolehin sekamar sama Caca di kos. " kata Aisyah, menatap Pak Torik dengan penuh rasa terima kasih.

"Sama-sama, Nak. Ini bukan masalah besar," jawab Pak Torik, mengusap kepala caca dan Aisyah. "Kalian harus berhati-hati di kota ini. Kota ini berbeda dengan desa kita. Banyak hal yang harus kalian perhatikan."

"Iya, yah" jawab Aisyah, mengangguk. "Kami janji akan selalu hati-hati."

"Kalian harus saling menjaga ya," Pak Torik menambahkan. "Jangan sampai kalian membuat masalah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi Ayah kamu atau saya."

"Iya, ayahku sayang tenang aja. " jawab Caca. "Kami janji akan selalu menjaga diri."

"Satu lagi," Pak Torik berkata, suaranya sedikit serius. "Kalian harus fokus kuliah. Jangan sampai terganggu hal-hal lain. Ingat, tujuan kalian ke sini untuk kuliah, untuk meraih cita-cita."

"Baik ayah," jawab Aisyah dan Caca serempak.

Pak Torik menghela napas panjang. "Huftt Ayah harus pulang sekarang. Ayah masih ada kerjaan di sini." Ia menatap kedua putrinya itu dengan penuh kasih sayang. "Jaga diri kalian baik-baik. Kalian adalah anak-anak yang baik. Ayah percaya kalian bisa sukses."

Aisyah dan Caca memeluk Pak Torik erat-erat. "Terima kasih, yah," kata mereka bersamaan, suara mereka bergetar menahan haru.

Pak Torik melepaskan pelukan itu, mengusap air mata yang mulai menetes di pipinya. "Ayah pulang dulu ya," katanya, suaranya sedikit serak. Ia melambaikan tangan kepada Aisyah dan Caca, lalu berjalan menuju mobilnya. Aisyah dan Caca melambaikan tangan, mengirimkan senyum dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada ayah Caca. Mereka tahu, Pak Torik telah berkorban banyak untuk mereka. Mereka harus membalas kebaikannya dengan prestasi yang membanggakan.

Begitu Pak Torik pergi, Aisyah dan Caca langsung beraksi. Tas ransel mereka digeletak di lantai, pakaian-pakaian dikeluarkan satu persatu. Suasana kamar kos yang tadinya rapi, seketika berubah menjadi agak berantakan, namun tetap nyaman.

"Wuih, akhirnya sampai juga di kota metropolitan!" seru Caca, sambil melempar kaos oblongnya ke atas kasur. Kaos itu mendarat dengan sempurna, seolah-olah Caca adalah atlet lempar lembing handal.

Aisyah tertawa. "Jangan lebay, Ca.Eh Tapi aku juga gitu sih tadi hihi." Ia mulai melipat baju-bajunya dengan rapi, kontras dengan tumpukan baju Caca yang masih acak-acakan.

"Ish ish ish padahal tadi kamu yang paling terpesona liat kota pas sampe. Btw aku udah nggak sabar deh, bentar lagi kita bakal jadi mahasiswi!" Caca berteriak girang, lalu mengambil kemeja flanel kesayangannya.

"Iya, iya, aku juga nggak sabar," jawab Aisyah, sambil memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari. "Tapi, aku lebih nggak sabar lihat makanan enak di kota ini pasti enak-enak kan? "

Caca tertawa. "Eh iya juga ya! Nanti kita jajan bareng ya, aku bakal cari-cari info tempat makan enak di sekitar kampus."

"Asyik! Tapi jangan sampai uang jajan kita abis cuma buat makan ca, inget kita harus hemat. ," Aisyah mengingatkan.

"Santay aja, aku udah siapin strategi jitu buat hemat uang jajan," jawab Caca, dengan senyum misterius. "Rahasia dong!"

Aisyah memutar bola matanya. "Rahasia apaan sih? Jangan-jangan kamu mau ngutang sama tukang bakso ya?"

Caca tertawa lepas. "Ih, ya nggak lah aisehh! Aku udah pinter sekarang. Aku bakal rajin masak di kosan. Gimana? Strategi jitu kan?"

"Hmm… boleh juga," Aisyah mengangguk, terkesan. "Tapi, kamu yakin bisa masak ca? Jangan sampai kebakaran dapur kita!"

"Wiss Tenang aja, aku udah latihan masak dari rumah. Aku udah ahli bikin mie instan!" Caca berkata dengan bangga.

Aisyah tertawa lagi. "Astaga ca, kalo cuma mie instan siapa aja bisa kali.... Tapi Oke deh, aku percaya sama kamu."

"Eh, ngomong-ngomong," Caca tiba-tiba berbisik, matanya berbinar-binar. "Gimana kalo kita ketemu kakak-kakak ganteng di kampus nanti? ada nggak ya yang spek kayak Yali Yali versi cowok "

Aisyah langsung melotot mendengar perkataan caca. "Ish, nggak usah mikirin yang aneh-aneh, Ca! Kita ke sini buat kuliah, bukan buat cari pacar nanti di marahi ayah lohh"

"Ihh kamu nggak asik. Aku kan cuma berandai-andai. Siapa tahu ada dosen ganteng atau senior yang baik hati mau bantu kita ngerjain tugas," Caca tertawa geli. "Bayangin, kita ngerjain tugas sama kakak-kakak ganteng! uwuwww Itu baru namanya kuliah yang menyenangkan!"

Aisyah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Kamu ni ya ada aja tingkahnya… tapi, aku juga nggak sabar lihat kampus baru kita. Semoga aja dosen-dosennya baik dan ramah."

"Amin! Semoga aja juga ada kantin yang jualan es kepal milo!" Caca menambahkan, kembali ke topik favoritnya makanan. Aisyah tertawa, menikmati suasana baru dan persahabatan yang hangat bersama sahabatnya. Petualangan mereka di kota baru baru saja dimulai.

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!