Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Menunduk Kepada Siapapun
Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menitan, akhirnya mereka telah tiba di sebuah gedung mewah, tempat diadakannya acara launching produk baru dari perusahaan Bintang Utama.
Sam tersenyum kecut melihat betapa ramainya acara tersebut. Tak lupa tangannya selalu menggenggam Alia, kemana pun ia berjalan. Sedangkan Alia, sungguh ini adalah pertama kalinya ia datang ke acara mewah ala orang kaya.
Semua dekorasi terbuat dari barang-barang mahal dan sangat indah dipandang. Tamu-tamu yang datang juga begitu terlihat elegan, berbeda sekali dengan acara yang biasa ia datangi.
Pantas saja Sam mendandani aku seperti ini. Rupanya orang-orang di sini penampilannya sangat jauh dari apa yang bisa aku bayangkan.
Sam melirik Alia. Gadis itu terlihat sedang sibuk memandangi seluruh isi gedung. Entah kagum, atau norak, Sam pun tak tahu.
Sam mengeratkan genggaman tangannya pada Alia dan menariknya sedikit, membuat gadis itu tersadar dan menoleh ke arahnya.
"Jangan terlalu menunjukkan kekagumanmu Alia. Kau terlihat seperti gadis kampung yang tak pernah datang ke pesta besar," tegur Sam.
"Maaf."
"Bersikap yang elegan. Tegakkan kepalamu dan jangan menunduk kepada siapapun kecuali aku! Jangan memperlihatkan betapa kampungannya dirimu!"
"Baik," sahut Alia.
Hmm gadis kampung ya? Iya sih memang benar, aku miskin dan kampungan. Jadi aku tidak sakit hati mendengarnya mengatakan itu.
Alia mencoba meluaskan hatinya. Sepertinya sekarang ia harus bisa menerima semua perkataan Sam Kawter kepadanya. Entah untuk berapa lama, tapi Alia harus bisa melawan hatinya agar tidak mudah sakit.
Beberapa menit bersama Sam, Alia melihat betapa banyak orang yang menghampiri pria itu. Mereka semua tampak sangat menghargai dan segan kepada Sam. Beberapa diantaranya juga terlihat seperti penjilat.
Alia memperhatikan, betapa Sam sangat gagah dan berkharisma tinggi. Bahkan petinggi-petinggi perusahaan lain pun seperti tunduk kepadanya, menjaga batasan ketika berbicara di hadapannya.
Sam Kawter, sebenarnya seberapa kaya dirimu? Mengapa kau membutuhkan aku sebagai tawanan mu?
Ketika Alia sibuk dengan pikirannya, rupanya acara pun dimulai. Direktur perusahaan Bintang Utama terlihat sudah memasuki altar. Dengan senyum cerahnya, ia memperkenalkan sebuah produk baru milik perusahaannya.
Namun yang Alia tak habis pikir, saat lelaki paruh baya itu melihat ke arahnya dan Sam, ia sempat terdiam sejenak. Senyum cerahnya menghilang sebelum ia melanjutkan lagi pidatonya.
'Apakah Direktur itu mengenal Sam?' batin Alia sambil melirik pria yang ada di sampingnya.
"Baiklah, setelah launching ini, saya juga ingin memberikan pengumuman mengenai sesuatu," tutur John Lawier di podium.
Alia melihat Sam tersenyum miring, matanya menatap John dengan penuh kebencian. Entah itu hanya perasaan Alia saja, atau memang ada sesuatu antara Sam dan John?
"Saya akan memperkenalkan calon penerus perusahaan Bintang Utama ini, yaitu putra saya yang bernama Devan Bachtiar," tuturnya dengan bangga.
Mendengar itu Alia pun tercekat.
Jadi Devan adalah anak pemilik perusahaan besar itu?
Devan melangkah dengan gagahnya memasuki altar dan berdiri di samping John. Senyumnya mengembang dan wajahnya begitu cerah juga tampan, seolah ia telah menggapai semua cita-citanya.
'Wajah itu, wajah palsu yang selama ini ditunjukkan kepadaku. Apakah kali ini juga palsu?' batin Alia.
Tiba-tiba Alia mengingat kenangannya bersama Devan. Ketika pria itu masih memainkan peran menjadi kekasihnya. Alia pun mengingat betapa dahulu ia begitu bodoh.
Dua tahun mengejar cinta Devan, namun pria itu tak pernah menghiraukannya. Devan selalu tak peduli terhadap dirinya. Namun beberapa minggu kemudian, tiba-tiba Devan membalas perhatiannya tepat setelah Alia menjadi ketua club tari di kampusnya.
Alia benar-merasa bodoh. Ia membuang semua harga dirinya demi mengejar Devan yang selalu dingin terhadapnya. Sampai akhirnya Devan menerima dirinya. Alia pikir cinta telah berpihak kepadanya, tapi ternyata semua hanya kepalsuan.
Sakit di hati Alia kembali terbuka. Mengingat foto-foto mesra Devan bersama Riska dan senyum merekah Devan saat ini, membuat hatinya remuk redam kembali. Ia pun mencengkram gaunnya dengan erat untuk menahan rasa sakit di hatinya.
Sam yang menyadari itu pun menoleh ke arahnya. Gadis itu terlihat menunduk sambil mencengkram gaunnya. Sam pun menyentuh tangan Alia, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.
"Aku bilang jangan menunduk, Alia. tegakkan kepalamu dan lihatlah apa yang ada di depan," bisik Sam seraya menggenggam tangan Alia.
Alia hanya menghela nafasnya kemudian menuruti Sam. Alia tak punya pilihan, jika ia tak menuruti Sam, mungkin pria itu akan menghukumnya sepulang dari acara, atau malah ia benar-benar akan dijual ke mucikari.
Alia pun menegakkan kepalanya dan menatap Podium dengan berusaha setenang mungkin. Ia harus bisa mengontrol hatinya melihat Devan.
Laki-laki itu jahat Alia, kau harusnya membencinya.
Devan yang sedang senang itu pun menatap satu persatu tamu yang datang, dengan pandangan yang terjangkau olehnya. Hingga matanya menangkap sosok yang lama tak ia jumpai, duduk di kursi VIP terdepan.
Sam Kawter Bachtiar, sang kakak tiri yang selalu menjadi saingannya, dan kini malah jadi pengusaha hebat melebihi ayahnya.
'Dia datang?' batin Devan.
'Tunggu, siapa wanita yang sedang ia genggam tangannya itu?' Devan berucap di dalam hatinya.
Matanya ia fokuskan kepada gadis cantik yang kini duduk di samping Sam. Wanita itu seperti tidak asing baginya, terlebih lagi, wanita itu sedang menatapnya.
Beberapa detik berikutnya Devan pun membelalakkan matanya, ketika sadar siapa wanita yang ada di dalam genggaman kakak nya itu.
"Alia?!"
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat