NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:560
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Perpisahan Sementara

   Pagi itu, matahari baru naik setengah lingkaran, tapi suasana rumah sudah dipenuhi rasa gundah yang sulit disembunyikan. 

   Nara duduk di tepi ranjang, memandangi koper hitam yang sudah penuh terisi di sudut kamar. Rama berdiri di depan lemari, memasukkan satu dua helai pakaian ke dalam tas kecilnya. Tak ada suara percakapan di antara mereka; hanya desau angin dari jendela yang terbuka, membawa aroma pagi bercampur cemas.

   Hari dimana yang bisa dikatakan tak dinantikan waktunya kini tiba, saat Rama meninggalkan keluarganya demi kewajiban kerjaannya.

   Karna masalah kantor yang merugikan dananya sendiri dan juga harus menerima resiko untuk tetap mempertahankan jabatannya.

   “Mas, apa nggak bisa ditunda?” tanya Nara akhirnya, suaranya pelan, nyaris seperti bisikan.

   Rama menoleh, tersenyum kecil meski wajahnya menegang.

   “Ini perintah kantor, Nar. Kalau aku nolak, bisa jadi mereka pikir aku nggak profesional dan ini juga mempertaruhkan ku tetap dikantor itu.” Sahutnya

   “Aku sudah menjelaskan ini Nara, dan kita sepakat dengan hasilnya kan.” Sambungnya lagi.

   Nara menunduk, menggenggam ujung selimut. Hatinya ingin menahan, tapi mulutnya tak sanggup berkata apa-apa. 

   Ini kali pertama mereka harus berjauhan sejak menikah. Baru sebentar menikmati hari-hari bersama, kini jarak akan menguji.

   Rama duduk di sampingnya, meraih tangannya.

“Aku cuma empat atau lima bulan, Nar. Kalau proyeknya lancar, mungkin lebih cepat. Aku janji sering kabarin kamu.”

   Nara mengangguk, matanya berkaca-kaca.

“lima bulan tuh lama banget ya Mas...”

   Rama memeluk bahunya, membiarkan Nara menyandarkan kepala di dadanya.

“Kita kuat, kan? Yaudah kamu ikut aja.”

   Nara menggeleng tidak setuju dengan pendapat Rama.

   Rama menghela nafas sedikit panjang, ingin mengajak Nara dan Aiden juga agar selalu bersama. Tapi katanya kasihan rumah ini kalo sendiri, nggak ada yang nempatin.

   Hening menyelimuti mereka. Detak jantung Rama yang tenang jadi irama penguat bagi Nara, meski tetap ada sedih yang sulit ia redam.

   “Disaat aku mulai mengenal cinta yang sebenarnya, ujiannya harus berpisah dulu.” ucap Nara dalam hati.

*

*

*

   Siang harinya, mereka berangkat ke stasiun. Nara mendampingi Rama sampai peron, tangan kanan Rama digukanan untuk menggendong Aiden dan tangan sebelah kirinya menggenggam erat tangan Nara sepanjang jalan. Setiap langkah terasa berat, seolah semakin dekat dengan perpisahan.

   Saat kereta hampir tiba, Rama menatap Nara lekat-lekat.

   “Jaga diri, ya. Jangan terlalu capek. Jangan lupa makan.”

   Nara mencoba tersenyum.

   “Iya, Mas. Mas juga, jangan lupa istirahat, jangan kerja terus.”

   Rama mengangguk dan kini berpindah kearah wajah Aiden, menggenggam kedua pipi cabi milik Aiden.

   “Aiden sayang, doain Papa ya, kerjaannya cepet selesai. Nanti Papa pulang bawa oleh-oleh.”

   Tangan mereka saling menggenggam kuat, seolah enggan melepaskan. Lalu suara peluit kereta terdengar, memecah suasana. Rama menarik napas panjang, lalu dengan berat hati melepas genggaman Nara.

   “Doain aku, Nar...” bisiknya.

   “Selalu, Mas,” jawab Nara, menahan air mata.

   Rama mengecup kening istri dan anaknya dengan hikmat sebelum memasuki gerbong kereta, menyalurkan perasaan yang menenangkan.

   Rama melangkah masuk ke gerbong. Dari balik jendela, ia melambaikan tangan. Nara membalas lambaian itu, menatap Rama hingga bayangnya menghilang bersama kereta yang bergerak menjauh.

*

*

*

   Malamnya, rumah terasa sepi. Nara duduk di sofa, menatap ponselnya. Pesan dari Rama baru masuk:

> “Aku sudah sampai hotel. Kamu jangan sedih, ya. Aku juga kangen kamu.”

   Nara tersenyum, meski matanya basah. Ia membalas:

> “Aku baik-baik aja, Mas. Semoga kerjaannya lancar. Aku di sini nunggu Mas pulang.”

   Malam itu, Nara tidur memeluk Aiden, yang biasanya ia letakkan dikasur box kecil miliknya, tapi kini ia menidurkan Aiden disebelahnya. Rasanya lebih tenang dan tidak terasa begitu sepi.

   Belum juga sebulan berjalan tapi sudah merindukan hangatnya pelukan Rama. Tapi di dalam hati, ia berjanji: akan kuat, demi keluarga kecilnya.

*

*

*

   Hari-hari berlalu, seminggu belakang ini Nara mulai membiasakan diri dengan kesunyian rumah. Ia sibuk menata rumah, mencoba resep baru, mengurus kebun kecil di halaman, semua dilakukan untuk mengalihkan rasa rindu.

   Setiap pagi dan malam, Rama selalu menelepon atau mengirim pesan. Tapi Nara tahu, suara Rama terdengar makin lelah, pesannya makin singkat. Proyek itu benar-benar menyita waktu dan tenaga suaminya.

   Suatu malam, Nara duduk sendirian di teras, memandangi langit penuh bintang, dan ponsel yang selalu dalam genggaman.

   Sejak sore tadi yang biasanya waktu Rama selesai dari kerjaannya, hingga malam ini tak satupun pesan atau dering telepon dari Nara dijawab.

   Lalu kini onselnya bergetar, pesan dari Rama:

   > “Maaf, Nar... aku baru kelar turun lapangan buat ngecek langsung pekerjaan. Nggak bisa video call malam ini. Kamu tidur duluan, ya.”

   Nara menggigit bibir, menahan sedih. Ia balas pesan itu dengan kata-kata sederhana:

   > “Iya, Mas. Semoga Mas cepat istirahat. Aku sayang Mas.”

   Namun setelah mengirimnya, ia tak mampu menahan air mata yang mengalir diam-diam.

“Mas aku nunggu kamu dari tadi, ternyata kalo sedinging ini sakit juga. Tapi semoga kamu baik-baik saja disana.”

*

*

*

   Malam-malam berikutnya, Nara semakin sering berbicara pada dirinya sendiri. Saat makan malam, ia mengingat suara Rama. Saat menyiram bunga, ia membayangkan Rama memuji tanamannya. Rindu itu mengendap dalam setiap sudut rumah, dalam setiap langkah yang ia ambil.

   Tapi Nara berusaha kuat. Setiap hari, ia kirim pesan semangat untuk Rama.

   > “Semangat kerja hari ini, Mas. Aku bangga punya suami pekerja keras kayak Mas.”

“Mas, aku nyoba bikin bolu, gosong, hehe. Nanti aku latihan lagi biar pas Mas pulang, Mas bisa makan yang enak.”

   Dan Rama selalu membalas, meski singkat.

> “Terima kasih, Nar. Aku juga kangen kamu.”

“Jangan sedih, ya. Aku janji pulang secepatnya.”

   Waktu awal-awal Rama masih begitu hangat, sering berkata manis, bahkan masih sering mengajak Aiden bercanda dengan kata-katanya sendiri. Baru juga beberapa hari tapi kata-katanya semakin singkat, dan berkurang tidak seperti biasanya.

*

*

*

   Suatu pagi, Nara menatap kalender. Sudah dua minggu Rama pergi. Masih tersisa waktu yang harus ia lalui sendiri. Tapi ia yakin, cinta mereka cukup kuat untuk menahan rindu ini.

   Sebelum membuka tirai jendela, Nara menatap langit dan berbisik,

“Ya Tuhan, kuatkan aku. Jaga Rama di sana, pulangkan dia dengan selamat. Rumah ini kosong tanpa dia... tapi aku akan jaga supaya tetap hangat saat dia kembali.”

   Dan hari itu, Nara melangkah dengan hati baru: hati seorang istri yang sedang diuji jarak, tapi tak pernah lelah untuk terus menunggu.

*

*

*

   

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!