Tasya baru pulang membeli sayur. Belum sempat masuk kerumah masih berada dihalaman, ibu mertuanya langsung meraih uang kembalian yang Tasya pegang.
"apaan sih buk, itu nanti sisanya buat beli apa yang kurang didapur. main ambil aja, dasar mertua serakah".
"halah, kasih aja lah kamu ini harusnya bisa membelanjakan sesuai kebutuhan. kalau sisa ya kasih keaku atau gak keibu.
seakan tak memperdulikan Tasya, bu Wiji pun berlalu pergi.
itulah tabiat mertua Tasya yang serakah, serta suaminya yang sangat perhitungan. namun kesabaran Tasya pun ada batasnya, hingga suatu saat Tasya pun meluapkan emosinya yang selama ini dia pendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiya Mariiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 15
"Mila..." suara teriakan seorang wanita dari kejauhan.
Mila menoleh kearah arah suara tersebut, ternyata adalah sahabatnya. Dari kejauhan Tasya sudah berlari dengan sebuah senyuman yang terlihat bahagia.
"kebetulan banget ketemunya disini, dari mana sih", ucap Tasya.
"Dari depan tuh, minta uang ruko. bayarnya kan bulanan dia", jawab Mila.
"hah.. Ruko itu punyamu?" tanya Tasya kaget.
"ya punya suamiku, tapi kan tetap aja yang pegang uangnya aku", jawab Mila lagi. "eh ada apa sih kamu tadi teriak teriak, kayak seneng gitu?" sambung Mila.
"Aku sudah dapat gaji Mil dari nulis novel. Sekarang ayo aku mau traktir kamu", ucap Tasya kegirangan.
"oke deh, seperti permintaanku dulu ya"
"siap..." jawab Tasya dengan tangan hormat. Mila hanya geleng geleng kepala.
Mereka berdua pun pergi dengan mobil milik Mila. Sepanjang perjalanan tak henti hentinya Tasya bercerita tentang suami dan keluarganya saat menjemput dirinya.
"serius mak lampir itu masih gak mau ngalah pas dirumah kamu?" tanya Mila.
"iya Mil, kalau gak dibujuk mas Adi keknya gak mau merendah deh".
"eh Sya, tapi kamu ni juga aneh deh. Kan kamu udah kaya nih, semua semua ada. Ya cuma pas nikah aja jadi kayak orang miskin, gara gara laki laki aneh itu. Kenapa gak kamu balas pake usaha ayah kamu aja sih. Bahkan aku aja masih belum paham apa rencana kamu selanjutnya", tanya Mila heran dengan rencana Tasya.
"terus aku suruh terju langsung ke sawah gitu? Ihh yang aneh aneh deh kamu ni. Sengaja aku pura pura biar mereka gak terlalu menjilat. Coba kalau dari awal mereka tahu aku kaya, pasti pura pura kan baiknya ke aku. Kamu tunggu aja nanti, pasti seru. Nanti pasti dikiranya aku ani ani, hahaha".
Hampir seharian Tasya bersama sahabatnya, "eh makasih ya Mil udah nganterin aku pulang".
"makasih juga lo traktirannya, jangan lupa pamerin tuh perhiasan. Biar kebakaran jenggot mereka. Hahaha, pulang dulu ya".
Terlihat di rumah bu Leha ada beberapa ibu ibu yang berkumpul, satu persatu memandangi Tasya.
"belanja apa Sya kayaknya barang mahal tuh", ucap bu Siska.
"alhamdulillah ada sedikit rejeki dan alhamdulillah halal bu. Ini ada oleh oleh buat ibu ibu semua, biasa yang manis manis gini suka", ujar Tasya sambil menyodorkan dua kotak kue brownis yang dia beli.
"tinggal satu kotak buat mertuamu Sya? Emang cukup dia cuma segitu? Kan ada suami kamu juga." tanya bu Siska lagi.
"gak lah bu, buat saya sendiri. Emang mas Adi sudah pulang ya?" tanya Tasya.
"sudah tadi lewat sini, baru aja".
"ya sudah kalau gitu saya pamit dulu bu ibu, takut ada petir. Hehehe", ucap Tasya terkekeh.
Ibu ibu yang mendengan ucapan Tasya ikut terkekeh karena memang bu Wiji dari awal tak menyukai Tasya. Bahkan sering menjelek jelekkan menantunya didepan semua orang.
"assalamualaikum",
"wahh, baru pulang nih. Bawa pa tuh, kayaknya biar gak dimarahin makanya bawa sesuatu", ucap Tika.
"kalau ada salam dijawab dulu," sindir Tasya kemudian masuk kamar.
"lihat istrimu Di, gak ada sopan santun. Bawa apa dia tadi? ambil sana, ibu juga mau. Jangan sampai dia habiskan",
Adi menuruti ucapan ibunya, dia pun masuk kedalam kamar. Melihat istrinya membawa sekotak brownis dan memakannya sendiri didalam kamar membuat Adi merasa kesal.
"bawa apa itu? Kok kamu makan sendiri sih. Diluar kan ada aku, ibu, sama Tika malah main masuk kmar aja", ucap Adi kesal.
"apa sih mas, orang aku beli juga pakai duit aku sendiri. Bukan duit kamu. Kamu kira uang belanja kamu tadi? Tanyain sama ibi sisanya dikemanain? Sisa lima belas ribu aja diambil lagi, serakah banget. Apa? Ah, udah gak selera lagi aku kayak gini", ucap Tasya yang masih dengan mulut penuhnya, lalu meletakkan brownisnya diatas meja, mengambil handuk untuk mandi.
[makan tuh mas brownis sisa. Sakit perut sakit perut deh. Biar tahu rasa], batin Tasya sambil senyum senyum keluar kamar mandi.
"ih bu, ngapain dia senyum senyum. Ada gangguan itu menantu ibu?" tanya Tika keheranan melihat tingkah Tasya.
"gak tau. Tapi kamu lihat gak tadi, Tasya pakai kalung sama gelang emas. Uang dari mana dia?"
Adi keluar kamr membawa sisa brownis yang ada dalam kotak, dan meletakkannya ke meja.
"enak banget kuenya Di. Pantas saja disembunyikan sama istrimu". Ucap bu Wiji dengan kesal.
"iya dasar pelit banget istrimu itu kak. Udah disembunyiin, disisain cuma 3 aja", sambung Tika.
"eh Di, gimana persiapan acara lamaran adikmu? Udah siap semua?"
"sudah bu, lusa dekorasinya dipasang. Aku sudah pesan yang paling bagus sesuai permintaan ibu", ucap Adi lesu.
"oh iya Di, tadi ibu lihat istrimu ada pakai perhiasan. Kamu yang belikan ya?"
"gak bu, aku mana pernah kasih uang lebih sama Tasya. Kan uangnya ku kasih sama ibu", Jawab Adi.
"iya lo kak, kalungnya tadi. Aduh kak, sakit banget perut aku", teriak Tika kemudian berlari ke kamar mandi.
Bersamaan dengan Tasya membuka pintu, Tika masuk dan menutup pintu kamar mandi. Tasya yang melihat itu semua pun tersenyum puas.
"adikmu kenapa Di, kok.. Aduh... Ini perut ibu juga kenapa Di?"
"perutku juga tiba tiba sakit bu".
Setelah bu Wiji, disusul oleh Adi yang juga merasakan sakit perut. Kedua orang ini menggedor gedor pintu kamar mandi, tak tahan dengan perutnya yang sudah sangat sakit.
"rasain tuh, siapa suruh makan punya orang. Tanpa izin lagi, hihihi", gumam Tasya tertawa kecil.
Tasya pun duduk santai sambil menyisir rambutnya didepan meja rias. Dia tahu pasti sebentar lagi Adi marah padanya. Tapi Tasya sudah menyiapkan sesuatu untuk kejutan selanjutnya.
Cekrek, Adi membuka pintu kamar sambil memegangi perutnya.
"kalian kenapa mas?"
"kamu taruh apa di makanan tadi? Kamu sengaja mau ngeracunin aku, ibu, sama Tika?" cecar Adi.
"tunggu, maksud kamu brownis tadi? Pantas saja aku cari tak ada mas, tinggal sepotong itupun bekas gigitan aku. Aku kira sudah kamu buang".
"sudahlah, kamu taruh apa dimakanan tadi?"
"aku gak taruh apa apa mas. Lagian buat apa aku ngeracunin kalian, kalau aku sendiri juga ikut makan? Gini deh, kalau kamu gak percaya biar aku cek di lab sampelnya. Enaknya kamu nuduh aku, yang rakus aja kalian udah sakit nuduhnya ke aku", Tasya mendengus kesal meninggalkan Adi.
Namun, dengan cepat Adi menarik tangan Tasya. "mau kemana lagi?".
"mau ke rumah sakit lah. Emang mau kemana lagi mas? Tapi kalau semua ini gak terbukti beracun. Aku bisa tuntut kalian dengan pasal pencemaran nama baik", gertak Tasya.
Baru mendengar ucapan istrinya, Adi langsung ketakutan. "gak usah diperpanjang. Belikan obat di warung aja".
Tasya pun menadahkan tangannya, "uangnya mana?"
"tadi emang gak ada sisa sedikit pun?" tanya Adi.
"ya sudah, minta sama ibumu. Tadi sudah ku katakan kan, sisanya diminta sama ibu. Udah lah mas aku mau tidur",
"iya iya, ini uangnya", adi memberikan uang satu lembar berwarna biru dengan mendengus kesal.
"tenang aja mas, nanti kembaliannya aku kasih kok. Aku gak se serakah itu" ucap Tasya yang menyindir tingkah laku orang di rumah ini.
...****************...