Sebuah novel tentang kebucinan suami bernama Ren pada istrinya Ayana, Ini kisah tentang cinta suami berbeda usia. Ini tentang suami yang jauh lebih muda.
Ayana : Tokoh aku, istri yang bekerja sebagai guru SMU. Dia dipanggil kakak oleh suaminya karena perbedaan usia mereka.
Yang gak suka dan ngerasa aneh dengan panggilan Ren pada istrinya, sepertinya ini novel bukan selera kamu kayaknya ya. Karena keuwunan, keimutan dan kegemasan Ren saat memanggil istrinya kakak menjadi titik poinku dalam menceritakan kebucinan Ren. Kalau kalian gak ngerasa fell imut dan mengemaskannya maka fix kita tidak satu aliran. Aku suka cerita ala noona korea soalnya. Hehe.
Renan : Dia biasa di panggil Ren( cuma aya yang panggil begitu) kenapa? suka-suka kak Aya ya. Biar lebih keliatan imutnya. hehe.
Hanya cerita kebucinan suami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada konflik menegangkan atau apalah. Apalagi pelakor agresif, jauh-jauh dari mereka. Silahkan di baca dan nikmati alurnya ya ^_^
Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Kencan Part 3
“Kakak terimakasih.” Eh, kenapa ini.
“Ren, kenapa?”
“Terimakasih karena sudah menunjukan perasaan kakak padaku. Hari ini aku senang sekali, benar-benar sangat senang.”
Dia bicara apa. Masih memelukku kuat. Bisa kalian bayangkan ini di mobil lho. Kursiku sudah ada di posisi tidur, dia sudah duduk di kursiku, sekarang pindah dari belakang kemudi dan aku ada di atas pangkuannya. Apa sudah terbayangkan.
(Aku juga bingung 🤣 @laSheira)
“Ren.” Pelan aku bicara, aku bahkan belum membalas pelukannya. Tanganku masih menggantung. Aku masih bingung.
“Biarkan aku memeluk kakak.”
Ah, baiklah. Aku benar-benar masih mencoba mencerna semua kejadian ini. Kenapa dia tiba-tiba memelukku seperti ini. Apa ini karena dia marah, dia sedang berusaha menguasai emosinya karena aku mengambil hp tanpa izin. Aku bahkan menantangnya tadi. Tapi dia kan sudah tertawa. Itu artinya dia sudah tidak marah.
“Kakak.”
“Hemm.” Pelan ku jawab.
“Terimakasih karena menunjukan kalau kakak mencintaiku. Aku tahu, kakak mencintaiku, tapi terkadang aku sangat berharap kakak menunjukan perasaan kakak.”
Apa! Baiklah, karena selama ini aku merasa sudah mendapatkan cinta yang begitu besar dari Ren jadi aku merasa tidak terlalu penting menunjukan perasaanku padanya.
“Terimakasih sudah cemburu.” Apa, jadi benar dia tahu. “Terimakasih sudah cemburu karena aku bicara dengan wanita lain.” Sial, dia tahu kan. Benar, seringai di bibirnya di toko tadi. Saat aku meletakan sendok dengan dentingan keras tadi. Dia tahu aku sedang terbakar cemburu. “Kakak tahu, aku bahagia sekali hari ini.” Ya, aku tahu, kamu bahkan bersenandung.
“Terimakasih sudah mencintaiku.” Semakin erat kamu memelukku.
“Ren.” Aku pun memeluknya erat juga. Membalas perasaanmu.
“Terimakasih karena sudah menunjukan perasaan Kakak, dan aku bahagia sekali karena merasakan dicintai Kakak.”
Aaaaa, ini kejahatan namanya, kau membuatku terharu sekaligus merasa bersalah. Maafkan aku Ren, karena jarang, mungkin bahkan tidak pernah menunjukan perasaanku padamu. Mendapat cinta yang begitu besar, terkadang membuatku lupa diri, bahwa kau juga menginginkannya. Perlakukan yang sama dariku.
“I love you Ren, aku mencintaimu sayang. Terimakasih juga untuk semua cinta yang sudah kamu berikan padaku. Cinta berlimpah, cinta yang sangat banyak.” Kucium semua bagian wajahnya satu persatu.
Dia sudah menangis kan, laki-laki di hadapanku ini memang melankolis.
“Kakak aku mencintai kakak”
Aku tahu sayang.
“Maaf.” Untuk semuanya Ren, maafkan aku.
"Kenapa minta maaf?"
"Untuk semua kekuranganku."
"Kakak tidak punya kekurangan."
Haha, jangan membuatku lebih malu lagi.
“Karena Kakak sudah memilikiku seutuhnya, kedepannya tolong jaga aku dengan baik ya. Jangan buat aku sedih, jangan buat aku marah, jangan buat aku menangis dan jangan melanggar peraturanku.”
“Hahaha, sayang.” Banyak sekali maumu.
Kubiarkan dia melakukan apa yang dia inginkan.
“Sayang, hentikan sekarang, ayo pergi, es creamnya meleleh sudah.”
“Sebentar lagi.”
“Sudah hentikan. Ayo pergi.”
... ***...
“Jadi kamu tahu kan? Sejak kapan?” Kamu tahu aku cemburu, dan kamu menikmati semua pemandangan tadi kan.
“Sejak Kakak memanggil namaku tadi.”
“Apa! Jadi kamu tahu dari awalnya.” Sejak aku mulai meliriknya kesal saat Rosiana pemilik toko datang.
“Haha, karena itulah aku mencium kakak di toko tadi karena saking senangnya.” Aaaaaa, gila ya anak ini benar-benar mempermainkan aku.
“Kau, dengar ya.”
“Ia aku dengar, apa?” Ren tergelak semakin meledekku.
“Peraturan no 16. Tidak boleh sok arab, sok dekat, sok kenal, dan sok, sok yang lainnya, sama orang-orang yang ngaku follower kamu. Nggak boleh terima apa pun dari mereka, walaupun cuma satu mangkok es cream sekalipun. Tidak boleh tanpa izin dariku. Apapun itu”
“Baik.” Santai sekali Ren menjawab. “Ada lagi. Kalau Kakak mau aku hapus akun, aku hapus akun sosmedku.”
Ia, hapus saja akunmu. Kalau aku bocah yang lagi cemburu aku pasti mengatakannya. Tapi demi menjaga harga diriku yang sudah tidak muda lagi ini aku tentu tidak akan melakukannya.
“Dan satu lagi ceritakan kalau kamu ketemu followermu dimanapun itu.”
“Aku kan selalu cerita semua ke Kakak.” Haha, ia betul, Ren tidak pernah menyembunyikan apapun padaku. Aku bahkan tahu semua nama teman kantornya, karena saking seringnya dia cerita.
“Dan kalau kamu melanggar, tidur tiga hari tiga malam di kamar tamu.” Ini hukuman paling berat yang berlaku di rumahku bagi Ren.
“Terimakasih Kak.” Apa, dia malah berterimakasih padaku. “Karena aku merasa sangat dicintai oleh kakak.” Dia tertawa senang. “Aku bahagia.” Katanya lepas.
Dasar bodoh, aku benar-benar kehabisan kata-kata.
Terimakasih Ren, untuk semua yang sudah aku terima darimu. Aku pun berjanji pada diriku sendiri, mulai hari ini aku akan menunjukan perasaanku. Mengatakan cintaku tanpa dia memintanya sekalipun.
Mobil sampai di pelataran rumah orangtuaku, aku yakin es cream cake sudah meleleh.
... ***...
Side story
Toko es cream ini belum lama buka, opening besar-besaran sudah dilakukan. Walaupun begitu pengunjung tempat ini belum terlalu ramai.
Perbincangan setelah kepergian dua tamu yang mendapat servis spesial dan makan gratis. Rosiana pemilik toko dengan dua pelayan.
“Kak Ros apa tidak apa-apa, sepertinya makanan gratis untuk Mas Renan terlalu berlebihan nggak sih?” ucap pelayan yang sedang ada di depan komputer. Dia sedang melihat perkembangan media sosial.
“Nggak, aku yakin. Lihat aja, akun sambal mpok Judes followernya langsung melonjak drastis gara-gara Mas Renan.” Rosiana mantap bicara, tentu selain dia memang followernya Renan, acara gratis hari ini tentu ada tujuannya. tidak mungkin kan dia melakukan tanpa alasan.
“Eh tapi Mas Renan beneran ganteng banget ya.” Rosiana mengingat kembali kejadian tadi.
“Ia, istrinya juga manis. Kayaknya usianya lebih tua dari Mas Renan tapi nggak keliatan kok.” Pelayan di depan komputer menimpali.
“Ia, tadi Mas Renan panggilnya kakak. Imut banget coba. Aku sampai merinding kaget tadi.” Pelayan yang mengantar Renan dan Ayana, serta yang mencatat menu. Menjadi saksi saat Renan dengan manisnya memanggil Ayana kakak.
“Kayaknya Mas Renan sayang banget sama istrinya, habis ngomong sama aku aja nggak liatin aku, malah liatin istrinya sambil mainin rambut mbaknya. Ih imut banget.” Obrolan makin seru, melebar kemana-mana.
“Mereka sudah menikah berapa lama ya, masih seperti orang pacaran aja.” Tambah baper, apalagi dia memang jomblo.
“Eh, tapi coba lihat, di akun Mas Renan nggak ada foto istrinya sama sekali. Kenapa ya.”
“Mungkin saking cintanya sama istrinya. Sampai nggak mau orang lihatin istrinya. eh tapi akun Mbak Ayana di privat, jadi nggak bisa intip-intip”
“Ia kelihatan banget tadi, Mas Renan sayang banget sama istrinya.”
“Aaaaa, aku jadi iri. Sudah Mas Renan ganteng gitu, cinta banget sama istrinya lagi.”
“Eh, Kak Ros lihat follower kita tambah 500 kurang dari setengah jam.” Pelayan di depan komputer update data.
“Benar kan.” Rosiana bangga seperti habis menaklukan negara.
“The power sosial media.”
Mereka bicara kemana-mana, membahas Renan dan Ayana saat seorang laki-laki muda masuk.
“Permisi saya mau duduk di tempat foto ini diambil.” Dia menunjukan hpnya, foto di akun sosial media Renan. Foto yang tadi baru saja diposting.
“Eh, ia kak. Mari saya antar.”
Pelayan yang tadi mengantar Renan dan Ayana mengedipkan mata pada Rosiana pemilik toko ini.
“The power sosial media bisiknya.”
Saat mereka sudah pergi Rosiana berjingkrak senang dengan pelayan yang lainnya.
“Lihat, lihat kan. Tidak ada yang sia-sia. Aaa, coba tadi bisa ambil fotonya mas Renan.” Kesal sendiri dia.
“Ia Kak aku juga seharusnya minta foto tadi.” Pelayan satunya menimpali.
Sorang wanita muncul dari pintu bingung, dia celingukan mencari seseorang. Mengambil hpnya di tas.
“Hei Andrian di mana? Dasar nggak sopan ninggalin orang di parkiran, apa? Ia, ia. Permisi Mbak, laki-laki yang baru masuk tadi duduk di mana ya?” Tanyanya pada Rosiana.
“Lewat sini Kak, teman Kakak sudah menunggu di dalam.” Pelayan yang tadi mengantar sudah muncul dari area samping menjawab sebelum Rosiana menjawab.
Wanita itu mengikuti saja di belakang pelayan yang membawanya memasuki area samping toko, sambil mengedarkan pandangan ke area toko. “ Bukanya ini toko es cream yang diposting senior tadi.” gumamnya pada diri sendiri.
Bersambung.....
(Siapa yang punya alergi protein susu dan gak bisa makan es cream 😌)
membaggongkan