( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 304
Angin panas belerang yang tadinya melolong di halaman Benteng Api Penyucian Hitam tiba-tiba berhenti. Keheningan total yang menindas turun, lebih berat daripada tekanan aura Dou Sheng mana pun. Darah dari para penjaga yang tewas membeku di batu obsidian.
Di atas menara obsidian tertinggi di pusat benteng, dua sosok mendarat tanpa suara, menatap ke bawah pada tiga penyusup di tengah lautan mayat.
Satu adalah seorang lelaki tua keriput berjubah hitam legam, matanya merah menyala seperti bara neraka. Auranya yang tak terukur sebagai Dou Sheng Puncak menyelimuti seluruh benteng. Ini adalah Tetua Pertama Aula Jiwa Bayangan.
Di sampingnya, berdiri sosok yang sangat Tian Feng dan Han Xue kenali tubuh Mo Chen. Mata yang menatap mereka kini hitam pekat tanpa pupil, memancarkan aura Dou Zun Puncak yang dingin, jahat, dan... marah.
"Tian Feng..."
Suara Gu Yao, yang keluar dari mulut Mo Chen, berdesis seperti ular berbisa. Tidak ada keterkejutan. Hanya ada kebencian murni yang tak terbayangkan. "Kau... benar-benar berani melacakku sampai ke sini. Ke sarangku."
Ia menoleh ke Xu Zhao, matanya yang kosong menyipit. "Dan kau... Jenderal Naga yang jatuh, Xu Zhao. Kau telah menemukan Tuan baru rupanya."
Tetua Pertama mengabaikan Gu Yao. Matanya yang merah menyala menyipit, menganalisis tiga penyusup. "Satu pembunuh bayangan Dou Zong. Tidak penting." Tatapannya beralih ke Xu Zhao. "Satu Dou Sheng Bintang Satu. Menarik. Wajah baru. Sejak kapan ada Dou Sheng baru di benua ini?"
Akhirnya, tatapannya terkunci pada Tian Feng. Ia bisa merasakan aura Dou Qi Ban Sheng Puncak yang jelas, namun dibungkus oleh kekuatan fisik yang tidak bisa ia baca. "Dan kau. dari akademi itu. Kau yang menghancurkan pasukanku?"
"Bagus!" Xu Zhao tertawa terbahak-bahak, meretakkan buku-buku jari di tubuh Dou Sheng barunya. "Dua lawan dua! Aku suka ini. Baiklah, Tuan Muda," ia menatap Tian Feng, "Aku akan ambil yang tua (Tetua Pertama), kau ambil si boneka (Gu Yao)!"
"Tidak," kata Tian Feng datar.
Xu Zhao berhenti, seringainya lenyap. "Apa?"
Tian Feng tidak menoleh. Matanya tetap terkunci pada musuh-musuhnya. "Han Xue." "Ya, Pemimpin." Han Xue muncul di sisinya. "Kunci semua wilayah ini," perintah Tian Feng. "Jangan biarkan apapun kabur. Bahkan seekor tikus." Han Xue mengangguk sekali dan melebur ke dalam bayang-bayang, menghilang.
Tian Feng kemudian menoleh pada Jenderalnya. "Xu Zhao." "Apa?!" gerutu Xu Zhao, kesal karena rencananya ditolak.
Tian Feng menunjuk ke arah Gu Yao (Dou Zun Puncak). "Dia milikmu. Dia adalah seorang Penuai Jiwa dan ahli ilusi. Kau adalah seorang Jenderal Naga Dou Sheng. Hancurkan dia dengan cepat. Aku tidak ingin dia lari lagi."
Xu Zhao menatap Gu Yao, yang wajahnya kini berkerut marah karena diremehkan, lalu kembali ke Tian Feng, bingung. "Kalau begitu... kau?"
Tian Feng berbalik perlahan, kini berdiri berhadapan langsung dengan Tetua Pertama Aula Jiwa Bayangan. "Dia... milikku."
Keheningan total.
Xu Zhao syok. Gu Yao murka. Han Xue, dari bayang-bayang, menahan napasnya.
Tetua Pertama Aula Jiwa Bayangan menatap Tian Feng sejenak, sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak. Tawa serak yang mengguncang benteng.
"HAHAHA! Seorang... Ban Sheng Puncak... ingin melawanku? Seorang Dou Sheng Puncak? Arogansi macam apa ini?! Kau bahkan belum menyentuh Hukum Dao yang sesungguhnya!"
"Ini bukan arogansi," kata Tian Feng pelan.
Ia tidak lagi menahan diri. Ia melepaskan segalanya.
Segel Kaisar Naga emas di dahinya terbakar dan bersinar terang. Dan aura Fisik Tingkat Sepuluh (Tubuh Dewa Naga Abadi) miliknya—aura yang setara dengan Dou Di meledak keluar, menyatu dengan sempurna dengan ranah Ban Sheng Puncak-nya.
Tekanan gabungan itu tidak lagi hanya aura. Itu adalah Domain Fisik Absolut yang menghantam benteng. Langit merah darah di atas mereka bergetar. Batu-batu obsidian di halaman hancur menjadi debu.
Tawa Tetua Pertama membeku di tenggorokannya. Matanya yang merah menyala kini dipenuhi oleh teror murni saat ia merasakan aura yang seharusnya tidak ada di dunia fana ini.
"Darah... Naga Primordial... Kekuatan... Dou Di... KAU!"
menjadikan anaknya tumbal kebangkitan,,,💪💪💪Tian cepat datang