NovelToon NovelToon
Melahirkan Anak Rahasia CEO

Melahirkan Anak Rahasia CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Anak Kembar
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda wistia fitri

Menginjak usia 20 tahun Arabella zivana Edward telah melalui satu malam yang kelam bersama pria asing yang tidak di kenal nya,semua itu terjadi akibat jebakan yang di buat saudara tiri dan ibu tirinya, namun siapa sangka pria asing yang menghabiskan malam dengan nya adalah seorang CEO paling kaya di kota tempat tinggal mereka. Akibat dari kesalahan itu, secara diam-diam Arabella melahirkan tiga orang anak kembar dari CEO tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda wistia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekolah Baru

Setelah makan malam sederhana selesai, suasana rumah mewah nenek Reva terasa hangat dan damai.

Michelle masih tampak mengantuk di pelukan kakaknya, tapi mulut mungilnya belum berhenti bergumam

“Papa… Michelle punya papa…” katanya pelan, membuat Arabella yang baru saja membereskan meja makan hanya bisa terdiam sejenak, pandangannya redup.

“Michelle, jangan sembarangan memanggil orang lain papa,” ucap Dimitry lembut, menepuk kepala adiknya.

Ia menatap Arabella sekilas, seolah mencoba memastikan ibunya baik-baik saja.

Dimitry dan Michael kemudian menggandeng tangan kecil Michelle menuju kamar. Mereka menemaninya sampai benar-benar terlelap, suara nafas kecil gadis itu memenuhi kamar mungil mereka yang penuh kehangatan dan keheningan

Sementara itu, di dalam kamar Arabella sedang bekerja, Arabella duduk di depan meja dengan setumpuk dokumen dan grafik keuangan yang ia pelajari dengan penuh konsentrasi.

Matanya lelah, tapi semangatnya tak pernah surut ia tahu, jalan untuk merebut kembali apa yang menjadi miliknya masih panjang.

Pintu kamar diketuk pelan.

“Masuk,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.

Leo muncul membawa segelas susu hangat. Ia meletakkannya di meja dengan senyum tenang yang khas.

“Kantor untukmu sudah siap dikunjungi,” katanya sambil menatap Arabella penuh kebanggaan. “Aku juga sudah menyiapkan seorang asisten yang bisa kau percaya. Dia masih muda dah enerjik,sesuai dengan sifatmu yang hangat,aku yakin kalian akan cocok "

Arabella menatap Leo dengan rasa haru yang sulit disembunyikan.

“Terima kasih, Leo… kau sudah banyak sekali membantu. Aku tak tahu bagaimana harus membalasmu.”

Leo tersenyum hangat.

“Itu gunanya saudara, bukan?” jawabnya ringan, namun tatapan matanya dalam, penuh makna dan kasih sayang.

Arabella menunduk menatap gelas susu di tangannya.

“Kalau mama masih hidup… pasti dia juga akan sangat bangga padamu.”

Leo hanya menghela napas, menatap adik sepupunya itu dengan mata sendu.

“Yang penting sekarang, kau harus tetap kuat, Bella. Karena aku yakin… badai baru saja mulai datang.”

“Aku tahu Catherine dan Vania tidak akan tinggal diam,” ucap Arabella tenang, meski sorot matanya tajam penuh kewaspadaan. “Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan aku.”

Nada suaranya terdengar santai, tapi Leo tahu betul di balik ketenangan itu, ada luka dan kewaspadaan yang dalam.

Ini bukan pertama kalinya Arabella menghadapi tipu daya mereka. Sudah terlalu banyak rencana kotor yang pernah mereka lakukan, dan hampir semuanya gagal.

Lima tahun lalu, Arabella masih mengingat jelas malam ketika hidupnya hancur, malam ketika ia dilecehkan dan kehilangan segalanya, Ia yakin, Vania punya andil besar dalam semua itu.

Jika tidak, mengapa Vania begitu memaksa dirinya datang ke pesta ulang tahun sahabatnya seseorang yang bahkan tidak dikenal Arabella sama sekali

Leo menatap wajah sepupunya yang kini tampak lebih kuat, lebih berani.

“Kau jangan khawatir,” ucapnya lembut namun tegas. “Ada aku di sini. Aku akan menjaga kau dan ketiga anakmu. Aku sudah berjanji pada papaku untuk selalu melindungi keponakan tersayangnya.”

Arabella menatap Leo dengan senyum kecil, senyum yang hangat namun menyimpan luka masa lalu yang belum sembuh.

“Terima kasih, Leo. Dunia mungkin sudah berubah, tapi setidaknya masih ada orang yang benar-benar tulus di sisiku.”

“Ah iya, aku hampir lupa,” ucap Leo sambil menatap Arabella yang masih sibuk memeriksa dokumen di meja. “Apakah kau yakin ingin pindah dari sini dan membeli rumah baru? Aku rasa Nenek Reva akan senang jika kau tetap tinggal bersamanya, menemani masa tuanya.”

Arabella menoleh sambil tersenyum lembut.

“Aku tidak ingin merepotkan nenek lebih lama lagi, Leo. Aku harus belajar bertanggung jawab untuk ketiga anakku. Aku sudah punya penghasilan dan juga perusahaan sendiri. Tidak baik jika terus bergantung padanya,” ujarnya penuh semangat. “Tapi aku janji akan sering mengunjunginya.”

Leo mengangguk bangga, melihat sepupunya kini tumbuh menjadi wanita kuat dan mandiri.

“Itu keputusan yang bijak, Bella. Nenek pasti juga akan memahami.”

Keduanya pun melanjutkan obrolan santai malam itu, sesekali diselingi tawa kecil yang menghangatkan suasana kamar.

Hingga akhirnya, pukul sebelas malam, Leo berdiri dari kursinya. Ia menepuk pundak Arabella lembut.

“Sudah malam, Bella. Istirahatlah. Besok pagi kau akan kembali bekerja di perusahaan keluarga Edward. Pastikan kau tampil sekuat dan secantik biasanya.”

Arabella tersenyum, menatap pamannya penuh rasa syukur.

“Terima kasih, Leo. Untuk segalanya.”

Leo pun melangkah keluar, meninggalkan Arabella yang kini menatap jendela dengan hati berdebar babak baru dalam hidupnya siap dimulai esok hari

Pagi itu matahari bersinar lembut menembus tirai jendela kamar Arabella. Langit biru tampak bersih, dihiasi gumpalan awan putih yang bergerak perlahan seolah hari itu memang diciptakan khusus untuk awal yang baru.

Arabella berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya dengan senyum kecil. Ia ingin memastikan semua tampak sempurna.

Pagi ini ia mengenakan dress selutut berwarna biru muda, sederhana namun elegan. Rambut panjangnya diikat rapi dengan gaya ekor kuda, menonjolkan garis wajah lembutnya. Bibirnya diberi sentuhan lipstik warna nude, menambah kesan natural namun tetap memikat.

Sepasang high heels berwarna krem menghiasi kaki jenjangnya, dan di tangannya tergenggam tas branded keluaran terbaru dengan warna senada. Setiap detail penampilannya mencerminkan ketegasan sekaligus keanggunan sosok wanita yang bangkit dari luka dan kini siap menata kembali hidupnya.

“Baiklah,” gumam Arabella pada bayangannya di cermin. “Hari ini dimulai.”

Agenda pagi itu cukup padat. Pertama, ia harus mengantar ketiga anaknya mendaftar ke sekolah baru, tempat di mana Michelle juga akan mendapatkan perhatian khusus sesuai kebutuhannya. Setelah itu, Arabella berencana langsung menuju perusahaan keluarga Edward, tempat masa lalunya menunggu untuk dihadapi kali ini bukan dengan air mata, tapi dengan kepala tegak dan keyakinan penuh

Setelah pamit pada nenek Reva dan juga Leo,Arabella pergi meninggalkan rumah mewah itu dengan mengendarai mobil Mercedes-Benz warna oranye metalik milik nya,mobil itu meluncur perlahan di jalan raya menuju gerbang Rosewood International School, salah satu sekolah terbaik di kota itu, terkenal dengan pendekatannya yang ramah bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Dari balik jendela, Michelle menatap pemandangan jalan dengan mata beningnya yang tenang. Di sampingnya, Dimitry sibuk menjelaskan sesuatu pada Michael tentang lapangan basket yang tampak dari kejauhan, sementara Michelle hanya memeluk boneka kelincinya erat-erat benda kecil yang selalu menemaninya ke mana pun pergi.

“Sayang, sebentar lagi kita sampai ya,” ujar Arabella lembut sambil menoleh ke kursi belakang.

Michelle hanya mengangguk pelan tanpa menatap ibunya, jari-jarinya masih memainkan pita di leher boneka itu.

Begitu mereka tiba, suasana sekolah terasa hangat dan menyenangkan. Anak-anak berlarian di taman dengan seragam rapi, suara tawa mereka berpadu dengan aroma bunga lavender yang ditanam di sepanjang jalan menuju lobi.

Seorang wanita paruh baya menyambut mereka di pintu masuk.

“Selamat datang di Rosewood School. Saya Mrs. Clarine, kepala bagian penerimaan siswa baru.”

Ia tersenyum ramah, lalu menunduk menyapa Michelle.

“Halo, cantik. Namamu siapa?”

Michelle tidak menjawab. Ia hanya bersembunyi sedikit di balik tubuh Arabella.

Arabella tersenyum sopan, sedikit canggung namun terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

“Namanya Michelle,miss. Dia memang agak pemalu... dan butuh waktu untuk beradaptasi.”

Mrs. Clarine mengangguk penuh pengertian.

“Tidak apa-apa, nyonya Arabella. Kami punya program khusus untuk anak-anak seperti Michelle. Di sini, setiap anak diberi ruang untuk berkembang dengan caranya sendiri.”

Mendengar itu, Arabella merasa hatinya sedikit lebih tenang.

Ia menatap Michelle yang kini menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu kecil di matanya sesuatu yang sudah lama tak ia lihat.

“Mungkin… ini tempat yang tepat untukmu, sayang,” bisiknya sambil mengelus rambut anak bungsunya penuh kasih

1
tia
update lebih banyak Thor
tia
lanjut dobel up thor
tia
tumben belom thor
tia
lanjut thor
tia
lanjut Thor,,, semakin seru 👍
tia
lanjut thor cerita ny bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!