Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Edgar Marah ?
Louna sedang memakan camilan sambil memangku Cheri di depan televisi. Sejenak ia melupakan Edgar yang tadi menjemput nya. Hari sudah gelap dan terdengar suara hujan dari luar. Tapi ia masih tidak ingat bila Edgar belum pulang juga. Sampai ia ketiduran di sofa dengan televisi yang masih menyala.
Louna terbangun saat mendengar suara pintu yang terbuka. Ia mengerjabkan matanya dan melihat Edgar di depan pintu dengan wajah yang dingin.
"Kau sudah pulang ?" Tanya Louna kemudian memejamkan matanya kembali.
Edgar tidak menjawab. Ia masuk melewati Louna tanpa menoleh sedikitpun.
Rambutnya sedikit basah terkena hujan gerimis yang dari tadi tidak juga reda.
Edgar mengambil pakaian nya di kamar Louna kemudian segera membersihkan dirinya. Seusai mandi ia menuju kamar kosong yang tidak ditempati.
Ia merebahkan dirinya diatas kasur dan memandang langit-langit.
'Aku panik mencarimu kesana-kemari, Lou. Rupanya kau sudah tidur dengan nyaman di rumah'. Batin Edgar merasa sedih.
Ia menunggu Louna keluar dari kantor sampai hari sudah gelap. Bahkan ia bolak-balik keluar dari mobil di tengah hujan.
Barulah saat ada security yang berjaga malam ia bertanya apa di dalam kantor masih ada Louna. Dan saat security itu mengatakan sudah tidak ada siapa-siapa lagi di dalam barulah Edgar menyadari bahwa Louna mungkin saja sudah pergi dan sengaja menghindari nya.
Sudah puluhan kali Edgar mencoba menghubungi Louna tapi tetap saja panggilan nya tidak tersambung sebab Louna memblokir nomor nya.
Edgar menghela nafas panjang dan berat. Ia bangkit dari ranjang dan kembali ke tempat Louna.
Ia mematikan televisi dan mengambil Cheri dengan perlahan. Udara dingin mulai masuk ke dalam rumah, tapi Louna tidak memakai kan baju hangat untuk Cheri.
Edgar mencari pakaian yang hangat dan nyaman untuk Cheri kemudian membuatkan susu yang baru dan mengajak Cheri tidur di kamar yang ia tempati tadi.
Biarlah malam ini ia tidur dengan perut kosong. Asalkan bisa segera menghilangkan rasa sedih di hatinya.
..
Louna bangun dari tidurnya saat mendengar bunyi alarm di ponselnya.
"Rupanya sudah pagi. Rasanya nyenyak sekali tidur. Kau juga begitu, Cheri ?" Kata Louna sambil menguap dan merenggangkan tubuhnya.
Tapi ia begitu terkejut saat tidak melihat Cheri didekatnya. Ia membuka bantal sofa dan mengintip ke bawah kolong tapi Cheri juga tidak ada.
Louna panik. Ia segera memasuki kamar berharap Cheri bersama Edgar. Tapi disana juga tidak ada. Bahkan ranjang pun masih tertata rapi seperti belum ditempati.
"Kemana mereka ? Apa mereka jalan-jalan tidak mengajakku". Pikir Louna bingung.
Ia mengintip di jendela. Sisa hujan tadi malam masih menyisakan rintik-rintik nya pada dedaunan.
"Apa Edgar marah aku tidak pulang bersamanya, ya ?" Ia mendudukkan dirinya di sofa dengan cemberut. Benaknya dipenuhi pertanyaan tentang Edgar.
Tidak lama kemudian datanglah sebuah mobil yang memasuki halaman rumah Louna.
"Pelayan Mommy sudah datang". Louna dengan segera membukakan pintu untuk mereka.
Saat akan ke dapur, samar-samar Louna mendengar rengekan bayi.
"Suara bayi ? Apa Cheri ? Dimana dia ?" Ia menajamkan pendengarannya. Langkahnya mengarah pada suara yang hilang timbul.
Lalu ia tiba-tiba membuka pintu kamar yang tidak ia tempati. Rupanya disana ada Edgar dan Cheri yang berada di dalam selimut.
Rengekan Cheri terdengar lagi. Tapi kenapa Edgar diam saja. Pikir Louna.
Biasanya pria itu sangat sensitif terhadap suara dan sangat cekatan bila Cheri memerlukan sesuatu.
Louna mendekat dan melihat wajah Cheri yang merah. Di dahinya juga banyak sekali keringat. Mungkin Cheri menangis sejak tadi. Hingga suaranya terputus-putus.
"Ed, bangunlah. Kau tidak dengar Cheri menangis. Lihatlah dia tidak nyaman". Louna menggoyang tubuh Edgar yang masih terbalut selimut.
Ia mengangkat Cheri lebih dulu dan membawanya ke dalam gendongan nya. Kemudian membuka selimut Edgar yang menutupi sampai leher.
"Ed, bangun. Astaga... Kenapa badanmu panas sekali". Louna terkejut sebab tangannya terasa sangat panas saat menyentuh lengan Edgar.
Edgar tidak menjawab, tidak pula membuka matanya. Ia hanya bergumam tidak jelas.
"Ed, kau kenapa ? Kau kan Dokter, jangan sampai sakit. Aduh bagaimana ini". Louna panik sendiri. Ia bingung apa yang harus dilakukannya. Siapa dulu yang harus ia perhatikan. Edgar yang demam atau Cheri yang merengek.
"Nona, apa kau butuh bantuan ?" Seorang pelayan mengetuk pintu yang terbuka setengah. Dari tadi mereka mendengar suara Cheri yang tidak berhenti menangis. Mereka menduga mungkin saja Louna kesulitan.
"Oh, iya kebetulan ada kau. Kemarilah tolong jaga Cheri. Aku mau mengurus Daddy nya. Sepertinya dia demam". Louna baru ingat jika ada orang lain yang bisa menjaga Cheri.
Pelayan itu menerima Cheri dan bertanya apa perlu membuatkan bubur untuk Edgar. Dan Louna mengatakan iya.
"Ed, buka matamu. Jangan tutup seperti ini. Aku takut". Kata Louna masih menggoyangkan tubuh Edgar. Tapi tetap saja Edgar tidak bereaksi apa-apa.
"Lebih baik aku cari di internet cara meredakan demam orang dewasa". Kata Louna segera mengambil ponsel Edgar yang berada diatas meja samping ranjang.
Ponsel itu terkunci. Dan kuncinya adalah sidik jari. Jadi Louna mengarahkan jari Edgar untuk membuka ponselnya.
Saat berhasil, hal pertama yang ia lihat di ponsel Edgar adalah foto dirinya. Fotonya saat masih kuliah. Lebih tepatnya saat masih menjadi mahasiswa baru dan menjalani ospek.
"Dia masih punya foto ini". Gumam Louna merasa heran dengan Edgar.
"Mengapa menyimpan foto mantan. Dasar aneh. Pacarmu kan banyak, kenapa harus foto mantanmu yang kau jadikan wallpaper". Kata Louna dengan sedikit sewot. Tapi kemudian ada senyum yang ia tahan agar tidak benar-benar menjadi senyuman.
Ia mengolok Edgar yang masih memakai foto mantannya, sedangkan ia sendiri lupa jika menyimpan foto Edgar dalam sebuah kotak purbakala.
Melupakan tentang wallpaper, akhirnya Louna menemukan cara untuk mengobati Edgar. Ia harus dikompres dengan air hangat dan minum obat.
Tapi ada satu lagi cara yang begitu ampuh. Yaitu dengan metode skin to skin. Itu artinya mereka harus sama-sama bertelanj*ng dan saling berpelukan agar suhu panas ditubuh Edgar bisa berkurang.
"Aku pernah dengar orang-orang melakukan ini untuk keluarga mereka. Nanti sajalah aku coba. Sekarang lebih baik aku ambil air hangat dulu". Katanya beranjak keluar meninggalkan Edgar yang masih bergumam tidak jelas.
Louna tidak pandai bahkan tidak tau cara merawat orang sakit. Ia jarang sakit, dan jika sudah sakit maka ia akan menghabiskan waktunya dengan tiduran saja sampai sakit itu pergi sendiri. Ia benar-benar tidak mau pergi ke Dokter atau hanya menelan obat.
Sama seperti saat ia kedatangan tamu bulanan. Ia tidak mau mengkonsumsi apapun dan membiarkan nya reda sendiri walaupun harus berjuang melawan nyeri lebih dulu.
..
. Tinggalkan jejak kalian. Bunga kopi nya ditungguin nih🤩
lanjut thor