Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Rayn
"Lo mau ikut jejaknya si kutu buku ini?" Tatapan sinis jelas Rayn dapatkan dari saudara kembarnya itu
"Kenapa memangnya? Itu hal yang bagus kan?" Bela Diandra, ada rasa malas jika harus berdebat dengan raja playboy ini pikir Diandra
"Tapi membosankan!"
"Terserah!" Malas saja jika harus terus berdebat
"Emangnya Lo juga mau kuliah dibidang sastra, kayak Ryan?" Tanya Rayn lagi sementara Ryan memilih diam saja, pemuda dengan lesung pipi itu dibuat heran dengan tingkah saudara kembarnya yang sepertinya suka jika mengganggu gadis bermata biru itu
"Sebenarnya aku mau ambil jurusan fashion designer tapi aku juga suka sastra!" Jawab Diandra terlihat semangat kala mengatakannya
"Harusnya Lo pilih yang jadi passion elo, bukan hanya karena Lo suka!"
"Tumben kamu bijak!" Diandra seolah kata-kata Rayn membuat pemuda itu menjadi orang lain
"Baru tau"
"Kalau kamu mau ambil jurusan sastra?" Pertanyaan itu malah ia tujukan pada Ryan, terlihat jelas perbedaan dalam hal nada bicara gadis itu bersama dua pemuda tampan didepannya ini
"Entahlah. Gue belum kepikiran ke arah sana! Tapi kemungkinan besarnya ya, ambil bisnis, sesuai sama yang ayah mau!" Diandra mengangguk-angguk saja mendengar jawaban pemuda dengan lesung pipi itu
"Kalau kamu?" Manik biru itu lalu memandang kearah Rayn
"Lo nanya gua mau jurusan apa?"
"Aku mau nanya kamu kapan berenti godain cewek disekolah!" Seketika Ryan meledakkan tawanya mendengar ucapan gadis cantik itu
Jika Rayn kesal dengan tawa saudara kembarnya, berbeda dengan Diandra yang seolah terpana, bahkan gadis itu tidak sadar kapan ponselnya berbunyi
"Hey, halo!" Rayn menjentikkan jarinya didepan wajah cantik itu
"Apaan sih?" Gadis dengan manik indah itu malah merengut karena kesenangan nya terganggu
"Hp Lo bunyi, bule!"
"Ihh kenapa nggak bilang dari tadi sih" Diandra mengambil benda pipih itu dan ia tempelkan pada telinganya
"Ini juga dikasih tau, dasar bule nggak waras!" Omel Rayn, sementara Diandra si bule hanya memutar matanya malas
"Iya bunda, Diandra turun sekarang!" Gadis cantik itu bergegas keluar dari kamar pemuda itu, entah apa yang akan dipikirkan kedua orang tuanya jika mengetahui dirinya dari kamar seorang pria
"Dii.." suara lembut Ryan membuat langkahnya terhenti
"Yaa.."
"Bukunya!" Pemuda itu menunjuk dengan dagunya dua buku yang telah di persiapkan gadis itu sebelumnya
"Astaga aku sampai lupa, makasih ya Ryan. Secepatnya akan aku kembalikan!"
"Tidak masalah!" Pemuda itu tersenyum, dengan cepat Diandra mengalihkan pandangannya, tidak ingin jika orang-orang tau dirinya tengah terpesona terlebih Rayn yang pasti akan menggodanya nanti
"Aku pergi sekarang! Bunda sama papa udah nunggu diluar!" Anggukan diberikan Ryan sementara Diandra tidak berminat untuk pamit dengan Rayn, keduanya memang memiliki wajah yang sama namun sifat yang sangat jauh berbeda pikirnya
"Lo nggak naksir Diandra kan?" Tanya Ryan pada saudara kembarnya saat punggung gadis itu menghilang di balik pintu
"Ya nggak mungkin lah, gue punya cewek, kutu buku!" Entah kenapa Ryan merasa janggal akan jawaban saudara kembarnya itu
"Jangan lupa dia juga saudara kita Ray, nggak akan bagus kalau elo nyakitin Diandra nanti!" Ujar Ryan
"Udahlah, gue mau balik ke kamar aja!" Pemuda itu bangkit dari duduknya yang semula tengah bersandar pada headboard
Entah kenapa ucapan saudara kembarnya itu justru membuatnya berpikir keras, entah kenapa dirinya merasa kesal dengan gadis bermata biru itu, terlebih jika gadis itu menunjukkan dengan jelas ketertarikannya pada Ryan
"Nggak mungkin kan gue suka sama si bule, emang dia cantik, bahkan jauh lebih cantik dari Bella. Tapi masa iya gue naksir? Dia udah ngeselin dari kecil!"
Pemuda itu terus bermonolog, terjadi peperangan dalam pikirannya tentang si cantik bermata biru itu, dan apa ini? Bahkan Rayn mengakui jika si bule itu memang cantik
***
Zalika tengah menikmati angin sore dari balkon kamarnya, dari sini terlihat jelas warna jingga dari mentari yang akan terbenam
Entah apa yang tengah dirinya lamunkan, tentu saja kemalangan yang tengah menimpanya. Akbar telah menyampaikan jika dia telah mengajukan gugatan untuk pembatalan pernikahan
Sebagai seorang wanita jelas Zalika kecewa, sejak awal memutuskan untuk menikah, tak pernah terbesit ingin berpisah. Mereka bahkan baru tinggal bersama selama tiga hari
"Sayang" suara lembut dari sang mama membuyarkan lamunannya
"Kok ngelamun aja disini? Ada apa?" Tari mendekat, berdiri disamping putrinya yang tengah menikmati indahnya senja
"Disini anginnya enak" jawab Zalika, gadis itu tidak sedang berbohong. Niat awal ingin menikmati semilir angin nyatanya membawanya dalam lamunan akan luka yang diberikan oleh pria yang telah begitu menyakitinya
"Kamu lagi mikirin sesuatu?" Tanya Tari, ia tau jika putrinya ini berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya. Namun sesuai anjuran dokter bahwa mereka tidak boleh membahas dulu tentang luka yang tengah gadis itu rasakan
Terapi yang dilakukan Zalika memang berjalan dengan baik, bahkan gadis itu mulai dapat bercerita tentang kronologi kejadian memilukan yang dirinya alami pada dokter Wulan yang tengah menanganinya
"Kamu istirahat, besok kita mau lepas Arm Sling kamu kan!" Ujar Tari
"Iya mah"
"Kamu sudah minum obat?" Zalika menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan sang mama
"Ya udah ayo masuk" Zalika pasrah, ikut bersama sang mama memasuki kamarnya, keadaan diluar juga telah berganti gelap
Pagi harinya pasangan ibu dan anak itu telah siap, tujuan mereka adalah rumah sakit. Selain untuk melepas penyangga pada lengannya, wanita itu juga akan menjalani terapinya
"Loh Akbar? Ada apa?" Tanya Tari karena melihat kedatangan putra dari mantan suaminya itu datang
"Aku perlu bicara beberapa hal sama Zalika tentang.."
"Ada apa bang?" Tanya Zalika
"Tentang sidang putusan pembatalan pernikahan kamu dan Arga!" Akbar tau jika dirinya tidak boleh menyebut nama pria bajing__ itu dihadapan sang adik
"Bang Akbar mau aku datang?" Tanya Zalika, ada rasa takut dalam dirinya saat mendengar nama itu disebut namun ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja
"Nggak perlu dek, Abang bisa urus semuanya. Abang cuma perlu beberapa berkas aja sebelum sidang putusannya!" Ujar Akbar
"Kapan sidangnya?" Tanya Tari, untuk urusan ini memang mereka melimpahkan segalanya pada pengacara tampan itu, hingga Zalika tak perlu lagi berurusan dengan orang-orang diluar sana termaksud mantan suaminya
"Minggu depan!" Jawab Akbar "Kalian mau kemana?"
"Kita mau kerumah sakit, hari ini jadwalnya Zalika terapi. Dia juga udah bisa lepas Arm Sling nya" jawab Tari
"Kalian perginya sama siapa?" Tanya pria itu lagi, terlebih dirinya tak melihat keberadaan Zayyan
"Mano udah nunggu diluar, ayah ada urusan penting dikantor" Tari tau pertanyaan yang tengah pria itu pikirkan
semoga terkuak ya rahasianya