"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part #14
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Permintaan pemuda tampan itu tentu saja tak bisa di tolak oleh Erica, meski sebenarnya ia ragu jika pasti ada udang di balik tepung, tapi karna melihat Kai sudah meringis seperti orang kesakitan, dan sambil memegangi perutnya, mau tak mau Erica mengizinkan Kai mampir ke rumahnya lebih dulu.
"Hanya ke Toilet!" tegasnya.
"Iya, Mbak," Sahut Kai yang ingin rasanya ia bertepuk tangan kecil saking senangnya sebab maunya di turuti lagi oleh Erica.
Keduanya pun turun dari mobil yang terparkir di depan pintu pagar karna ada mobil milik keluarga Erica di garasi. Wanita itu berjalan lebih dulu dengan Kai mengikuti di belakangnya. Pintu yang tak di kunci memudahkan mereka untuk masuk setelah mengucap salam.
"Waalaikumsalam, sudah pulang, Nak?" tanya Mama, ia mengulurkan tangan kanannya tapi pandangan mata wanita paruh baya itu malah tertuju dan fokus pada pemuda tampan di belakang anak tangahnya itu.
"Sudah, Mah. Motor Er juga mogok di parkiran Rumah sakit, Er di antar dia," jelasnya sambil melirik ke arah Kai.
"Assalamualaikum, Mama," sapa anak si kuncen akhirat yang langsung membuat kedua mata Erica membelalak besar bahkan rasanya ingin keluar.
"Mama?" tanya Erica kaget.
"Kan tadi Mbak juga panggil Mama, aku cuma ngikut loh ya," jawab Kai yang lagi lagi menyebalkan di telinga Erica.
Sedangkan wanita paruh baya yang duduk di atas kursi roda pun sama kagetnya lalu Mama tersenyum kecil, ia menerima dan membiarkan pemuda itu juga mencium takzim punggung tangannya sama seperti yang Erica lakukan.
"Mbak gak mau ngenalin aku ke Mama?" tanya Kai.
"Kenalan aja sendiri," Sahut Erica malas, terlihat dari Sikapnya dan nada bicaranya yang dingin dengan tangan melipat di dada.
"Yakin, aku kenalin sendiri ke Mama?" tanya Kai lagi sambil terkekeh kecil di tambah ekspresi wajah yang mencurigakan.
"Eh, enggak deh!" Erica yang takut jika Kai bicara macam macam pun mencegah dengan cepat, " Mah, kenalin ini Kai, dia anak bosnya Kak Cita," ucap Erica.
"Hallo, Mah, aku Kaivandra."
"Terima kasih sudah mengantar Erica pulang. Silahkan duduk," balas Mama lalu meminta anak tengahnya itu membuatkan minuman, namun..
Erica menggelengkan kepalanya pelan, tatapan matanya yang tajam lagi lagi ke arah Kaivandra yang seolah tak perduli tapi tahu jika sedang di intimidasi.
"Dia mampir cuma mau ke Toilet kok, Mah. Habis itu juga pulang, iya kan?" jelas Erica dengan penuh penekanan..
"Enggak juga," Sahut Kai sambil tersenyum, "Cuma mau mastiin aja, kalau Mbak selamat sampai depan Mama"
Gedebug...
Ya, rasanya Erica ingin sekali pingsan, tapi syukurnya ia masih tahan banting. Sedangkan Mama tertawa kecil melihat tingkah anak dan tamunya itu.
"Ya sudah, Kai duduk ya, biar Bibi yang buatkan minum," ucap Mama dengan penuh kelembutan khas seoarang Ibu.
"Iya, Mah. Terima kasih banyak. Gak usah repot repot," balas Kai yang mulai salah tingkah.
Mama tersenyum kecil, sedangkan Erica rasanya ingin menghilang sejenak bukan lagi dari hadapan Mama dan Kai tapi juga dari muka bumi ini.
"Tentu saja tidak merepotkan, Kai. Hanya minuman saja pasti di sediakan," ujar Mama lagi yang tidak keberatan sama sekali.
"Alhamdulillah," seru Kai dengan senyum kemenangannya.
Sesuai perintah sang Mama, Erica mau tak mau menemani Kai yang sudah duduk manis di depannya, senyum terulas di ujung bibirnya menambah ketampanan wajah pemuda itu.
Tak ada obrolan yang terlontar dari mereka berdua meski susah sepuluh menit berada di ruangan yang sama.
"Kamu beneran gak jadi ke Toilet? perasaan kayanya kamu mules banget tadi," tanya Erica lagi.
"Aduh Mbak, belum juga apa apa udah main perasaan aja," sahut Kai sambil terkekeh.
"Eh, enggak gitu. Perasaan yang aku maksud gak sama yang lagi kamu pikirin loh," sergah Erica cepat.
"Memangnya Mbak tahu apa yang aku pikirin, hem?"
Lagi, suasana hening. Erica enggan menjawab karna pasti akan panjang urusannya. Ia yang merasa waras tentu memilih diam dan mengalihkan pembicaraan.
Hingga fokusnya buyar saat Kai berdiri dari duduknya, dan ia seolah reflek mengikutinya.
"Mau kemana?" tanya Erica.
"Ke kampus, Mbak. Udah siang nih, aku pamit dulu ya."
"Ah iya. Sekali lagi terima kasih," ucap Erica.
"Tiga kali, Mbak, sekali dari mana?" balas Kai sambil tergelak sendiri, sedangkan Erica langsung merengut kesal.
"Hem, itu yang terakhir aku berterima kasih."
Kai hanya tersenyum kecil, ia berjalan menuju pintu utama yang di susul oleh Erica, " Mbak, tolong pamitin ke Mama ya kalau aku pulang," pintanya yang sudah berada di teras.
"Iya, nanti aku bilang Mama. Hati hati di jalan ya," pesan Erica.
.
.
.
.
Enggak ah, hatinya di tinggal disini aja..