NovelToon NovelToon
Bukan Kamu, Bukan Dia

Bukan Kamu, Bukan Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Oksy_K

Luka Vania belum tuntas dari cinta pertama yang tak terbalas, lalu datang Rayhan—sang primadona kampus, dengan pernyataan yang mengejutkan dan dengan sadar memberi kehangatan yang dulu sempat dia rasakan. Namun, semua itu penuh kepalsuan. Untuk kedua kalinya, Vania mendapatkan lara di atas luka yang masih bernanah.

Apakah lukanya akan sembuh atau justru mati rasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksy_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Nilai

Rayhan membuka pintu rumahnya, melangkah dengan berat walaupun hatinya enggan untuk datang. Terlihat ekspresi semua orang tegang, seolah sebuah bencana telah datang. Tawa Elsa dan Elma yang biasa mengejeknya, kini menguap tergantikan keheningan yang menekan.

Oma Ida berjalan mendekati Rayhan, diusapnya punggung Rayhan dengan perlahan. Dengan nada lirih dan lembut, Oma Ida berkata. “Ayahmu sudah menunggu di ruang kerja. Dengarkan saja, jika dia memarahimu jangan di lawan, cukup diam saja.”

Rayhan mengangguk pelan, kakinya menaiki anak tangga menuju ruang kerja dengan begitu berat, seolah mendaki gunung yang sangat curam. Saat ia berdiri di depan pintu, matanya terpejam, menyiapkan nyali dan telinganya seakan tahu apa yang akan terjadi di dalam.

Rayhan mengetuk pintu, “Rayhan datang, Yah,” ucapnya pelan.

“Masuk.” Kata Mahendra, dengan suara berat dan tegas.

Rayhan menelan ludah, sebelum memasuki ruangan yang terasa seperti ruang sidang. Begitu pintu terbuka, ia melihat Mahendra duduk, matanya fokus pada laptop. Untungnya ia tak sendirian, Puspa—bunda Rayhan sedang merajut syal di dekatnya. Puspa melirik Rayhan yang masih ragu di ambang pintu, lalu mengisyaratkan agar ia segera masuk. Rayhan pun duduk di samping Puspa, menghadap sang Ayah.

“Ayah pulang gak bilang-bilang? Bukannya Ayah rencananya pulang bulan depan?” tanya Rayhan heran, mengingat Mahendra seharusnya masih dinas di luar kota.

Mahendra tak menjawab, matanya terpaku pada layar laptop, seolah pertanyaan Rayhan tak pernah ada. “Gimana kuliah kamu?” tanyanya, membuat Rayhan terkejut.

“Seperti biasanya, Yah.” Jawab Rayhan sekenanya.

Seketika, Puspa mencubit lengan Rayhan. “Jawab yang bener!” bisik Puspa, penuh penekanan.

“Bukannya itu udah bener, Bun?” balas Rayhan, berbisik juga.

“Kamu masih main band dengan temen-temen kamu?” kini Mahendra menutup laptopnya, ditatapnya anak laki-laki semata wayangnya itu dengan tajam.

“Masih, sesekali.” Jawab Rayhan enteng.

Mahendra memijit pangkal hidungnya, seolah mencoba menekan rasa pening sekaligus meredam emosi yang hampir meledak.

“Kamu itu sudah masuk kuliah, jangan buang waktu kamu untuk bermain hal yang tidak berguna!” kini nada suara Mahendra sedikit meninggi, menggema di dalam ruangan, membuat Rayhan tersentak.

“Itu hanya sekedar hiburan, Yah. Selama ini nilai Ray juga baik-baik saja.”

“Apanya yang baik? Kamu bahkan belum bisa mengalahkan peringkat Pandu saat lulus SMA kemarin. Kamu selalu peringkat dua! Fokus saja pada mata kuliahmu! Jangan bisanya cuman main saja!” ujar Mahendra dengan telak, membuat Rayhan menundukkan kepalanya. Tangannya mengepal erat, hingga urat di lengannya menonjol, dan napasnya bergemuruh.

Puspa mengusap lembut tangan Rayhan, mencoba menenangkan anak kesayangannya itu. “Udah Yah, biarin saja lah. Toh, Ray bukan peringkat terbawah, tidak harus menjadi nomor satu untuk jadi yang terbaik.”

“Bunda itu terlalu memanjakannya! Nilai itu penting! saat memasuki dunia kerja, nilai adalah hal pertama yang dilihat!”

Mahendra menunjuk Rayhan dengan penuh penekanan, “Kalau kamu belum bisa mendapatkan nilai sempurna, buang jauh-jauh hobimu itu!”

“Jangan keras-keras, Yah, Ray juga baru semester satu,” kata Puspa dengan nada pelan, mencoba meredam suasana.

“Mau itu semester satu atau terakhir, kalau awal masuk saja tidak serius, mau jadi apa dia jika lulus nanti?” balas Mahendra dengan suara berat, meski nada tegasnya tak bisa disembunyikan.

“Padahal Pandu juga main musik gak ada yang ngelarang, tuh.” Gumam Rayhan lirih, ia merasa muak berada di satu ruangan dengan Ayahnya, yang selalu membandingkannya dengan Pandu.

“Apa kamu bilang?” pekik Mahendra yang mendengar gumaman Rayhan.

“Udah kan ceramahnya?” tanya Rayhan, ia berdiri dengan sedikit merapikan celananya.

“Apa!”

“Rayhan! Yang sopan sama Ayah!” ujar Puspa terkejut mendengar perkataan Rayhan yang berani.

“Kalau sudah, Ray pamit undur diri. Permisi.”

“Mau ke mana kamu? Orang tua lagi bicara malah di abaikan!” teriak Mahendra.

“Mau belajar supaya dapat nilai sempurna seperti yang ayah mau!” Rayhan menutup pintu dengan keras, sebagai bentuk protes terhadap Mahendra.

Terdengar suara Mahendra yang penuh emosi ditenangkan oleh Puspa, Rayhan sudah tak ingin tahu, ia sudah lelah jika harus berhadapan dengan Ayahnya itu. Di mana Rayhan tak pernah benar di matanya, selalu dituntut untuk sempurna. Selalu diperlakukan dengan tegas dan keras, sedangkan kedua kakaknya diperlakukan lembut. Ini namanya diskriminasi terhadap gender.

Rayhan mengunci pintu kamarnya, melempar tubuhnya dengan keras. Kedatangan Mahendra selalu membuatnya tidak betah berdiam diri di rumah. Ia menatap deretan piala, medali dan piagam yang terpajang rapih. Sudah sebanyak itu prestasi yang ia raih, namun hal itu belum cukup membuat Mahendra bangga terhadapnya.

Hanya karena ia tak mampu mendapatkan peringkat pertama, hanya karena ia menyukai musik, hanya karena ia adalah anak lelaki. Apakah ia harus sempurna? Apakah Ayahnya pernah memandangnya dengan tulus, tanpa melihat seberapa banyak nilai plus dalam rapornya hanya untuk seutas senyuman?

“Harusnya Bunda ngelahirin anak cowok satu lagi, biar gue gak tersiksa sendiri.” Gumamnya pelan seraya tertawa getir. Apakah memang seperti ini rasanya menjadi anak lelaki satu-satunya dalam keluarga?

Ping!

Rayhan menatap layar ponselnya, ia mendengus pelan dan tersenyum tipis.

Aliando 👽: Ray, lo masih hidup, kan?

Pandu 🥁: Kenapa emang? Lo kecelakaan, Ray?

Aliando 👽: Ayahnya pulang\=bencana 😂

Kedua sahabatnya memang selalu bisa menghiburnya, walau tingkah mereka di luar BMKG. Pandu, selalu menjadi objek perbandingan Mahendra terhadapnya, namun ia tak pernah merasa benci atau pun iri. Ia hanya menganggapnya sebagai rival yang sehat.

Jarinya bergerak lincah di layar ponselnya, membalas grup chat yang hanya berisi mereka bertiga.

Rayhan🐺: Aman, masih napas gue. Lagian lo nggak ngabarin gue, Li, emang Pak Bambang nggak pulang?

Aliando 👽: Bapak gue pulang lah. Gue tadi udah telpon lo, malah lo rijeck.

Rayhan teringat, saat di rumah Vania ia mendapat telepon Ali yang ia kira bukan hal penting. Sedangkan Pak Bambang adalah sekretaris Mahendra sekaligus orang tua dari Ali.

Pandu 🥁: Dapet wejangan apa lagi kali ini?

Rayhan 🐺: Biasa lah, soal kuliah. Boleh lah lo sekali-kali salahin beberapa soal pas ujian. Biar gue dapet peringkat pertama.😂

Pandu🥁: 🖕🖕

Aliando👽: Lo gak khawatir gue yang peringkat satu, Ray? Otak gue juga encer ini.

Pandu🥁: Peringkat satu dari bawah?

Rayhan🐺: Iya encer banget, nyampe kececer di mana-mana.

Aliando👽: Sialan!

Aliando 👽: Mentang-mentang pinter, kalian bisa membully gue. Bisa gue aduin ke kak Seto lo semua!

Rayhan meletakkan ponselnya, menghiraukan makian Ali yang tak akan ada habisnya. Iya bangkit dari kasurnya, menyibakkan tirai tipis jendelanya. Hendak menghirup udara segar, berharap pikirannya kembali tenang.

Terlihat di seberang sana, Rayhan menangkap basah Vania yang mencuri pandang ke arahnya. Pemandangan yang sangat langka! Senyum jahil terukir di bibirnya. Rayhan kembali meraih ponselnya, penasaran ingin mendengar suara gadis itu. Rayhan terkekeh saat melihat ekspresi Vania yang terkejut menerima telepon darinya. Panggilannya di tolak, seperti dugaannya. Tak ingin menyerah, ia mencoba sekali lagi. Kali ini, Vania menatap tajam ke arahnya, seolah ingin mengirim pesan tanpa kata.

Vania mendekatkan ponselnya ke telinga, dan suara ketusnya terdengar. “Kenapa?”

Senyum Rayhan merekah, melupakan cemburu dan rasa kesalnya. Seolah Vania adalah penawarnya. Rayhan melangkah keluar balkon, melambaikan tangannya pada Vania.

“Karena lo mondar-mandir sambil lirik ke arah sini. Kenapa? Udah kangen? Baru di tinggal bentar udah kangen.” Ujar Rayhan dengan nada bercanda.

“Lo tadi pulang dengan ekspresi serius pas dapet panggilan, gue kira Oma Ida kenapa-kenapa.” Balas Vania, nampak dari kejauhan raut wajahnya khawatir.

Rayhan tersenyum kecut, ternyata bukan dirinya yang gadis itu khawatirkan. “Oma baik-baik aja kok.”

“Syukurlah, gue jadi ikut panik tadi.” Ujar Vania lega.

Rayhan mengamati Vania dari kejauhan, teringat lagi sikap Vania terhadap Jalu membuat hatinya kembali terasa sesak. Ia menghirup udara panjang, ia hendak melalukan hal nekat yang mungkin membuat Vania kembali membencinya.

“Vania ... lo jadi jalan sama pria itu?”

“Pria mana?” Vania balik bertanya. “Kak Jalu?”

“Iya,”

“Kenapa emang?”

“Jangan ke sana?”

Vania terdiam sejenak, “Kenapa gue harus nurutin lo?” katanya terdengar kesal.

Hening cukup lama, hingga Vania menatap layar ponselnya mengira Rayhan mengakhiri panggilannya. Namun, sebelum ia hendak mematikan ponselnya, suara Rayhan kembali terdengar dan membuat matanya membelalak.

“Karena gue cemburu.”

1
Royati II
iya bang iya
Royati II
apa sih nih org ganggu mulu/Panic/
Oksy_K: Cassie: Aku kn calon pacarnya kak Ray/CoolGuy/
total 1 replies
Royati II
jangan galak-galak om
Royati II
ayo van, jangan lari di tempat Mulu, kejar balik
Oksy_K: /Determined//Determined//Determined//Determined/
total 1 replies
Royati II
lah malah tanya 😂
Oksy_K: emang gtu, denial mulu
total 1 replies
Oksy_K
/Heart//Heart//Heart/
Via Aeviii
Hai aku mampir kk ...🤗
Bagus k, saya suka yg temanya sekolahan gini. jadi kangen masa” skolah 😄
Oksy_K: ayo nostalgia bersama~~
total 1 replies
Jemiiima__
masa kalah sma bocil, ga dongg
Oksy_K: harus dilawan/Determined/
total 1 replies
Jemiiima__
cakep bgt kan ray /Facepalm/
Oksy_K: beutipuuuuullllll
total 1 replies
Jemiiima__
gada yg ga pantes semuanya perlu waktu, cuma waktumu dipercepat saja 😅
Jemiiima__
anjay dibahas wkwkw
Oksy_K
/Panic//Panic/
Oksy_K
padahal udh mau lupa/Grievance/
Oksy_K
/Applaud//Applaud//Applaud/
Jemiiima__
diateh bukannya msh bocil gak sih /Facepalm/
Jemiiima__
pake diingetin lg wkkw
Jemiiima__
oo tidak bisa, disaat seperti hari bergerak lebih cepat dr otak wkwkkw
Jemiiima__
yah gajadiii udh nunggu tdnya eh hahaha
Oksy_K: eaaakkk kena prank wkwk
total 1 replies
Royati II
inget ya, jangan berdua nanti ketiganya setan. nah, si Ali ini setannya/Curse//Curse/
Oksy_K: wkwk iya juga
total 1 replies
Jemiiima__
BOLEH BOLEH SOK LAH!
aww gemes ih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!