Di dunia ini manusia terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu fells, Aether, dan Halflings. Fells merupakan manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan apapun, dan hanya menjalani hidup seperti manusia biasa Sedangkan Aether adalah manusia yang memiliki kemampuan pengendalian elemen, setiap orang hanya bisa mengendalikan 1 elemen. Namun ada spesies khusus di dalamnya yaitu dark dan light yaitu pengendali elemen kegelapan dan cahaya Halflings adalah manusia yang bisa merubah dirinya menjadi hewan Dan itulah penjelasan singkat tentang cerita ini selanjutnya akan dibahas didalam
Bagian 13
Arsen sudah berada di kamarnya dan segera merebahkan dirinya di atas kasurnya yang empuk.
Ia jadi teringat sejarah kematian 4 raja neraka karena tadi ia abis melihat penghargaannya.
Para keenam dewa naga datang setelah menaklukkan benua lainnya.
Karena mereka terlalu sibuk dengan mengurus 4 raja neraka mereka kesusahan untuk membantu benua lain.
Namun entah bagaimana caranya para dewa naga tersebut akhirnya menyerah padahal hanya tersisa Arci dan Nyonya Vera.
Kini nama Nyonya Vera dan Arci Aleanzo telah tercatat di berbagai buku sejarah dunia.
Dan kini mereka tidak berani mengusik benua ini.
Di sela sela rebahannya ia jadi teringat dengan janji dari nona Eve sang permata dewa No.1
Ia akan memberi taunya nama belakangnya yang dirahasiakan oleh pemerintah entah mengapa.
Padahal beberapa pemerintah pun sudah sering dipertanyakan mengapa nama Eve disembunyikan. Dan jawaban mereka juga mereka bahkan tidak tau apa nama belakang Eve.
Yang diketahui adalah bahwa yang mengetahui nama belakang Eve hanyalah Arci dan Nyonya Vera dan sisanya tidak ada yang mengetahuinya.
Bisa dibayangkan di benua ini yang mengetahui nama belakng Eve hanya dua orang.
Memangnya seberapa penting nama belakang Eve sampai harus dirahasiakan seperti itu?.
Dan faktanya bahwa dia akan memberi taunya nama belakangnya jika ia memenangkan turnamen ini berarti ada kemungkinan keterlibatannya di situ.
Tapi apa?.
Apa yang membuatnya boleh mengetahui nama belakang Eve?.
Arsen pun jadi kesulitan untuk tidur memikirkan beberapa hal yang mengganggunya.
Ia memejamkan matanya agar bisa tertidur.
Namun lagi lagi mimpi aneh datang.
Ia berada di tempat yang sangat gelap.
Di depannya benar benar kosong tidak ada apapun dan tidak ada siapapun. Tempat itu benar benar gelap dan tidak bisa terlihat oleh mata.
Tubuhnya seakan akan kaku dan tidak bisa digerakkan. Mulutnya pun serasa dibungkam dan tidak bisa berbicara.
Dan kini muncullah di hadapannya.
Seseorang yang digambarkan sejarah sebagai salah satu bawahan yang biaa mengancam keselamatan benua ini.
Dia persis seperti yang digambarkan di buku sejarah.
Bentuknya humanoid antara naga dan manusia.
Para dewa naga dan beberapa bawahannya memang bisa mengubah wujud mereka menjadi seperti manusia namun masih memiliki beberapa fitur naganya.
Seperti orang yang berada di hadapannya kini.
Dyrantra.
Bawahan langsung dari dewa naga kegelapan.
Ia memiliki wajah yang pucat dan memiliki tanduk berwarna hitam dan mata yang dipenuhi warna hitam dan pupil merah.
Rambutnya berwarna abu abu.
Ia memakai baju zirah berwarna hitam pekat yang memiliki beberapa ujung runcing di bagian pundaknya.
Namun konon katanya ia telah diusir oleh dewa naga kegelapan karena ia mengkhianatinya dulu.
Dan kini ia berpergian bebas tak berpihak ke manapun.
“Kau sudah bertumbuh besar yah, tuan muda”
ucap Dyrantra kepadanya.
Arsen masih belum bisa menggerakan mulutnya.
padahal ia ingin berteriak sekencang mungkin. Ia belum sekuat itu untuk melawan makhluk yang ada di hadapannya.
“Aku agak kesulitan untuk bisa mencapaimu selama ini. Namun akhirnya aku bisa melakukanny”
“Kau mungkin memang belum memahami ini semua.
Tapi kelak suatu saat kau akan memahami apa yang kulakukan saat ini adalah sesuatu yang sangat berarti bagi masa depan yang diinginkan Master Zeno”
Ia menaruh jarinya di dahi Arsen.
Dan seketika cahaya besar mengelilingi ruangan.
////////////
Arsen terbangun dengan nafas yang terengah engah.
Ia melihat jam dan menunjukkan bahwa sekarang sudah memasuki jam lima pagi yang dimana ia harus bersiap siap untuk melakukan turnamen final.
Dan seketika ia teringat dengan mimpinya semalam yang membuatnya gemetar ketakutan.
Mimpi itu terasa sangat jelas dan membuatnya sangat merinding.
Dyrantra menghampirinya langsung dan menaruh jarinya di dahinya yang seketika membuat cahaya yang sangat terang.
Sudahlah lupakan saja. Mungkin itu hanya mimpi buruk.
Ia langsung terburu buru mengambil semua barang yang ia akan bawa dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
///////
“Dimana Arsen?” Tanya Axel yang menunggu Arsen datang sedari tadi.
Ia menoleh kesana kemari mencari keberadaan Arsen.
“Tenang saja lah. Lagi pula pertandingan pertama kan aku. Dia pasti datang” ucap Shaka dan memasuki Arena coloseum utama karena pertarungannya segera mulai.
Suara langkah kaki pun muncul dan nafas yang berat.
Itu Arsen.
“Kau kenapa bisa telat?” Tanya Axel menghampirinya dan memegang kedua bahu Arsen.
“Tenang saja. Selagi tidak telat di pertandingan kan aku tidak aka di diskualifikasi” jawab Arsen dengan memperbaiki nafasnya.
“Tapi lawanmu kali ini bukan sembarang orang. Lawanmu kali ini adalah Geisha Gaetry.
Aku bukannya tidak mempercayakanmu. Aku sungguh percaya, tapi aku takut kau tidak memiliki persiapan yang matang dan berujung terluka”
Axel menunjukkan rasa khawatirnya yang mengganggunya sedari tadi.
“Tenang saja, aku ada feeling bagus soal pertandingan ini” jawab Arsen sambil memegang kedua pipi Axel.
“Baiklah, pertandinganku akan ada setelah pertandinganmu. Sedangkan kau akan ada setelah ini. Kau cukup bersiap di sini saja dan aku akan menonton di tribun oke”
Axel pun meninggalkan Arsen dan menuju tribun dan menonton pertandingan Shaka.
Arsen pun termenung di dalam ruangannya. Memikirkan apa yang terjadi di dalam mimpinya ketika Dyrantra menaruh jarinya di dahinya.
Ia merasakan sesuatu yang berbeda di dalam dirinya.
Apakah tinggi badannya?.
Tidak, dia masih pendek
Namun ada sesuatu yang berubah bukan diluarnya. Tapi di dalamnya.
Seakan akan ada yang menggelora di dalam dirinya.
Entah apa ini ia pun tidak tau.
/////////
Disuatu tempat yang lain.
Sosok tinggi yang terkurung di penjara bawah tanah itu masih terantai.
Kemudian ada penjaga yang masuk dan menariknya dan menyeretnya keluar dari penjara itu dan naik ke atas menuju singgasana sang dewa naga.
Dyrantra yang diseret masih kesulitan untuk bernafas.
6 dewa naga berjejer duduk di singgasana yang dihadapannya.
Ditengah yaitu dewa naga api yang merupakan yang terkuat.
Beberapa tahun lalu mereka menangkap dan mengurungnya secara diam diam dan tidak diketahui media atau satu orang pun yang diluar kerajaan.
“Siapa yang berhasil kau hubungi semalam?” Tanya Glotree yang merupakan dewa naga Kegelapan yang dulunya adalah atasannya.
Dia sebagai dewa naga kegelapan pasti tau kalau ada yang melakukan teknik Malam Gelap yang merupakan menghampiri seseorang di dalam mimpi.
Ia hanya ingin memastikan siapa yang ia hubungi karena memang dijaga ketat tentang siapa yang ia kunjungi itu.
“Mengapa kau ingin tau?. Kau tidak berhak untuk tau sekarang” jawab Dyrantra dengan mengejek.
“KAU SIALA—“ Glotree langsung bungkam ketika Thaurion sang dewa naga api mengangkat tangannya.
“Siapa yang dia hubungi sepertinya tidak penting, bisa saja orang itu hanya orang biasa, tapi yang paling penting adalah apa yang ia sampaikan” ucap Thaurion dengan nada tidak terlalu tertarik.
Dyrantra hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Thaurion.
“Kau akan tau ketika ia sudah bertumbuh kuat.
Aku tau kalau kau pasti takut dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Aku tau bahwa kau ingin memastikan siapa yang aku hubungi juga meskipun kau tutupi dengan wajah mu yang sok itu
Aku memang bukan menghubunginya tapi kau pasti tau bahwa aku sudah menjadi salah satu orang kepercayaannya
Aku tau bahwa seluruh tubuhmu berteriak ketakutan jika aku menyebut namanya.
Dia akan datang jika ada langkah kalian yang salah sedikit saja.
Dan aku tau kalian sudah ketakutan sekarang”
Wajah para dewa naga berubah penuh ketakutan.
Bahkan Thaurion juga sudah berkeringat dan menahan nafasnya.
“Selama dia ada di benua itu kalian tidak akan bisa mengambil alih benua itu.
Dan suatu saat akan ada ribuan orang yang mengucapkan dengan lantang
HIDUP VEL—“ Thaurion sudah ada di belakangnya dan memegang kepala Dyrantra.
“Aku tidak takut pada apapun.” Ucap Thaurion dengan geram.
Ia mengatakan itu bukan untuk membuktikan pada orang lain. Namun untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Meskipun ia tau bahwa seluruh tubuhnya kini meneriakinya akan kebodohan ini.
“Tunjukkan ini pada semua orang dan media!!” Thaurion memberi kepala Dyrantra pada penjaga.
Kini bahkan hatinya juga memaki kebodohannya. Namun otaknya mencoba meyakininya bahwa ia tidak takut.