NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Cerita Danial

"Giliran lo cuci piring." Ucap Meldy, setelah selesai makan. Dendeng yang dia masak itu habis tanpa sisa. Apalagi Danial, nambah sampai beberapa kali.

"Kok gue? Nggak mau lah, kan ada mbak Siska." Tolak Danial. Posisinya sekarang bersender disandaran kursi karena kekenyangan.

"Mbak Siska masih ada kerjaan lain."

"Gue nggak bisa."

"Ya kali, nyuci piring aja nggak bisa. Pokoknya lo yang cuci piring."

"No! Gue nggak mau."

"Sudah sudah non, mbak Siska aja yang cuci piring nya." Ucap mbak Siska. Ya kali Danial yang mencuci piring. Dia kan dirumah itu posisinya sebagai asisten rumah tangga. Walaupun diperlakukan dengan baik tapi mbak Siska tetap merasa tak enak jika tuan rumah yang mengerjakan tugas rumah.

"Nggak mbak, mbak Siska kerjain yang lain aja. Tugas cuci piring biar kak Danial yang cuci." Bantah Meldy.

"Tapi non, mbak Siska nggak enak."

"Nggak apa-apa mbak, kan masih banyak pekerjaan yang lain." Ucap Meldy.

"Lo juga ikut makan ya, lo lah yang cuci. Udah mbak Siska pergi aja, biar dia yang nyuci." Danial meninggalkan meja makan. Eits, tak semudah itu lepas dari Meldy.

"Mau kemana lo?." Meldy menarik kerah baju Danial dari belakang.

"Robek baju gue."

"Bodo, cuci piring nggak." Meldy tetap tak melepaskan cengkraman nya di kerah baju Danial.

"Nggak." Danial tetap menolak.

"Oke!." Meldy menginjak kaki Danial.

"Aw, sakit kaki gue Meldy...." Danial mengerang kesakitan karena kaki nya diinjak dengan keras oleh Meldy.

"Cuci piring atau kaki lo tetap gue injak."

"Iya iya, gue cuci."

"Janji dulu."

"Iya, gue janji bakal cuci piring." Danial meringis kesakitan.

"Buruan cuci."

"Lepasin dululah, sakit tau." Ucap Danial, Meldy mengangkat kakinya dari kaki Meldy.

"Dasar sikopat, nggak sadar sama berat badan lo." Gerutu Danial, berjalan kearah wastafel.

"Gue langsing gini dibilang berat? Hey, lo aja yang lemah."

"Langsing dari mana? Dari lobang sedotan lah iya." Ejek Danial. Mulai mengusap spon ke piring.

"Buta lo? Mana ada orang gemuk semungil ini." Meldy berdiri bak model melihat kan lekuk tubuhnya.

"Kalau mungil nggak akan berat."

"Cuci yang benar, itu minyaknya masih ada." Meldy merecoki Danial, berdiri disamping Danial yang sedang mencuci piring.

"Mana ada? Kinclong gini."

"Kinclong apaan? Masih berminyak ini, ulang lagi."

"Lo kali yang beli sabun cuci piring yang abal-abal. Jadi minyak nya susah hilang."

"Jangan banyak omong, lo nya aja yang nggak bisa nyuci piring. Orang mbak Siska selama ini pake sabun yang gue beli itu kok. Buktinya bersih-bersih aja piring nya."

"Karena ini bukan tugas gue, tugas lo harusnya."

"Gue udah masak tadi ya, giliran lo lah yang cuci. Itu gelasnya masih belum bersih."

"Meldy! Nggak usah direcokin bisa nggak?." Danial menyipratkan air sabun ditangannya ke wajah Meldy.

"Kak Danial, itu sabun nya berminyak, ada cabe nya juga." Meldy mengusap wajahnya.

"Salah siapa gangguin gue."

"Awas ya lo." Meldy tak mau kalah, ia mengambil busa sabun lalu dicipratkan kewajah Danial.

"Oooh, nyari masalah nih anak. Ha rasain lo." Danial malah mengusapkan tangannya yang penuh sabun ke wajah Meldy. Meldy, menampung air ditangannya lalu disiramkan kewajah Danial. Begitulah selanjutnya, bukannya mencuci piring mereka berdua malah main air. Bahkan sekarang lantai dapur sudah becek gara-gara mereka saling siram.

"Kak, mata gue perih." Ucap Meldy, matanya perih mungkin karena sabun yang Danial usapkan kewajah nya tadi.

"Sini sini cuci." Danial menampung air keran wastafel untuk mencuci mata Meldy.

"Mana? Lo dimana sih?." Meldy meraba-raba keberadaan Danial.

"Sini." Danial menarik tangan Meldy. Membantu Meldy mencuci matanya.

"Coba buka mata nya."

"Perih." Rengek Meldy.

"Buka aja, kan udah dicuci, nggak perih lagi itu."

Meldy membuka matanya perlahan. "Gimana? Masih perih?." Tanya Danial.

"Nggak." Meldy menggeleng.

"Udah ah, mandi sana. Biar mbak Siska aja yang lanjutin." Ucap Danial. Piring belum selesai dicuci dapur pun sudah becek.

"Lo juga tuh, mandi." Ucap Meldy.

"Mau mandi bareng nggak?." Tanya Danial, dengan tatapan menggoda.

"Mesum." Meldy memukul lengan Danial lalu pergi dari sana. Danial hanya bisa mengulum senyumnya.

"Mbak, mbak Siska." Danial memanggil mbak Siska.

"Iya den."

"Bantu pel ya mbak lantainya. Maaf, jadi nambah kerjaan mbak Siska deh." Ucap Danial merasa bersalah.

"Iya den, nggak apa-apa kok. Habis seru-seruan ya."

"Dikit mbak."

"Mbak Siska do'ain supaya rumah tangga den Danial sama mbak Meldy langgeng."

"Jangan buru-buru kasih do'a nya mbak, masih jauh untuk kata-kata langgeng. Mbak Siska nggak lihat, gimana kita setiap hari. Udah ah mbak, Danial mau mandi." Danial pun pergi meninggalkan dapur yang sudah becek akibat ulahnya dengan Meldy.

°°°

Danial membaringkan tubuhnya di atas kasur. Entah kenapa, tiba-tiba bayangan wajah Meldy kembali terlintas dipikirannya.

"Kenapa sih gue? Kenapa wajah tuh anak seliweran mulu di otak gue." Danial mengusap kasar rambutnya. "Apa gue suka sama dia?."

"Nggak, nggak mungkin. Sadar Danial, nggak mungkin lo suka sama cewek kayak dia." Danial menepuk-nepuk pipinya.

"Tapi, dia kan istri gue. Nggak salah dong?."

"Aaaah, tau ah. Pusing." Danial menarik bantal, menutup wajahnya dengan bantal itu.

"Nggak, ini nggak bisa." Danial bangkit dari kasurnya, mengambil sebuah hoodie dari lemarinya, lalu keluar dari kamar.

Ternyata Danial menghampiri kamar Meldy.

"Mel. Meldy...." Danial mengetuk pintu kamar istrinya itu.

"Apa?." Tanya Meldy, begitu membuka pintu. Berdiri didepan pintu kamarnya dengan berkacak pinggang.

"Biasa aja kali, nggak usah nyolot gitu."

"Ada apa suami ku?." Tanya Meldy dengan nada yang dibuat selembut mungkin.

"Geli tau nggak."

"Mau lo apa sih?." Tanya Meldy kembali nyolot.

"Nyari makan yok." Ajak Danial. Sebenarnya itu hanya modus Danial saja.

"Apa? Gue nggak salah dengar. Belum lama ini loh habis makan. Udah lapar lagi?." Tanya Meldy tak percaya. Terbuat dari apa sih perut Danial ini?.

"Namanya juga lapar, apa salahnya coba."

"Ya salah lah. Lo lapar diwaktu yang tidak tepat."

"Ayo lah Mel, gue lapar nih."

"Nggak mau, minta masakin sama mbak Siska aja sana."

"Nggak enak ganggu mbak Siska malam-malam. Ayo lah Mel." Danial terus berusaha membujuk Meldy.

Meldy memutar mata malas. "Ya udah, tunggu disini." Meldy kembali masuk ke kamarnya untuk mengambil hoodie. "Ayo."

"Gitu dong." Danial mengikuti langkah Meldy. Ya ampun Danial, mana Danial yang cuek dan bersikap dingin itu?

Dengan mengendarai motor sport milik Danial, mereka mencari makanan. Tapi, sudah setengah jam keliling tapi Danial belum menemukan pilihan nya untuk makan apa. Ya karena masih kenyang lah, lapar hanyalah alasan Danial saja untuk mengajak Meldy keluar.

"Mau makan apa sih, kita udah keliling hampir setengah jam loh ini." Tanya Meldy, sudah mulai bosan duduk diatas motor, keliling nggak jelas seperti itu.

"Nggak jadi makan, lapar gue hilang." Jawab Danial, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Mana bisa lapar hilang. Bilang aja lo bohong kan?." Tebak Meldy.

"Tadi itu benaran lapar. Tau deh kenapa sekarang bisa ilang." Danial memberikan alasan.

"Gue nggak percaya." Ucap Meldy.

Danial memberhentikan motor disebuah taman. "Turun." Ucapannya.

"Ngapain sih kesini?." Tanya Meldy.

"Jalan-jalan. Emangnya lo nggak bosan apa dirumah mulu."

"Nggak."

Mereka berjalan santai mengitari taman itu. "Mel." Panggil Danial.

"Hmm, apa?." Meldy menoleh.

"Lo pernah pacaran?." Tanya Danial.

"Kenapa tiba-tiba lo nanya gitu?."

"Nggak. Pengen tau aja."

"Belum, gue belum pernah pacaran."

"Suka sama seseorang? Pernah?." Tanya Danial lagi.

"Sejauh ini sih belum ada." Meldy duduk dibangku taman yang mereka lewati. "Gue terlalu sibuk sama pelajaran dan membaca novel-novel gue. Jadi nggak ada waktu buat naksir cowok."

Danial ikut duduk disamping Meldy. "Kalau boleh tau, tipe cowok lo kayak apa?."

"Hmmm." Meldy bergumam, kakinya di ayun-ayunkan. "Yang romantis kayak di novel yang gue baca sama drama romance yang sering gue tonton."

"Emangnya ada ya, cowok seperti yang di novel dan drama yang lo tonton itu?." Tanya Danial, walaupun tak pernah membaca novel dan menonton drama romance. Tapi Danial tau bagaimana romantis nya cowok-cowok yang ada didalam novel dan drama itu.

"Mungkin ada, walaupun kemungkinannya hanya satu banding seratus."

"Kalau ada cowok yang bisa se romantis di drama, apa lo mau?."

"Tergantung sih. Apa gunanya romantis kalau nggak bertanggung jawab."

"Hmm, oke." Danial mengangguk-angguk

"Kalau lo?." Meldy balik bertanya.

"Nggak ada." Danial menggeleng.

"Masa sih cowok se populer lo nggak pernah pacaran?."

"Kalau nggak percaya lo tanya aja sama Dea. Tapi....." Danial menjeda kalimat nya.

"Tapi kenapa?." Tanya Meldy, sedikit penasaran.

"Dulu waktu SMP sih gue sempat naksir sama cewek."

"Trus?." Tanya Meldy.

"Waktu kelulusan gue ngungkapin perasaan gue sama dia, dan akhirnya kita pacaran. Begitu masuk SMA, kita masuk kesekolah yang beda. Setelah jalan beberapa bulan, ternyata dia berkhianat, dia selingkuh dibelakang gue. Dan semenjak itu gue langsung putusin dia." Danial mulai bercerita, mengingat luka lamanya kembali.

"Jadi, sekarang dia dimana?." Tanya Meldy.

"Nggak tau, gue memutus semua akses komunikasi dari dia."

"Lo masih suka sama dia?." Tanya Meldy.

Danial mengangkat bahunya. "Nggak, hari itu juga perasaan gue mati buat dia. Buat apa nangisin cewek seperti dia. Dan lagian sekarang gue sudah punya istri, jadi untuk apa mikirin cewek lain." Ucap Danial, berdiri lalu melangkahkan kaki nya pergi dari sana. Ini sudah malam, sudah cukup jalan-jalannya.

Meldy termenung begitu mendengar kalimat terakhir Danial, yang mengatakan kalau dia sudah punya istri. Jadi? Danial menganggap serius pernikahan mereka?

"Mel, ayo pulang. Ngapain bengong?." Danial berbalik badan, melihat Meldy masih duduk ditempatnya.

"Ha? I-iya kak." Meldy menyusul Danial.

1
Irha Sila
Luar biasa
sjulerjn29
masa bundanya cemburu liat anak sama bapaknya sih🤭
sjulerjn29
seru ya punya sodara kembar
Mericy Setyaningrum
suka nih kalo yg bawa bawa motor sport
cetom😘😘
bunda dian siapa torrr
Eca99: bunda Kanaya maksudnya kak, typo😁😁
total 1 replies
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!