Anjani, seorang aktris multitalenta yang terpaksa menerima pinangan kakak angkatnya atas perjodohan yang diatur orang tua. Sekian tahun menikah, tak ada sentuhan apapun yang terjadi. Pria bernama Mahaka Wiratama itu sibuk dengan wanita yang ia cintai.
Di tahun ke 5 pernikahan, Anjani nekat kabur dan hidup sendiri. Semua itu berkat bantuan Devan, sahabat Mahaka, tetapi masalah baru justru hadir dalam hidupnya.
Hampir setiap malam ia merasakan kehangatan seorang pria dalam tidurnya. Ia bahkan harus kehilangan mahkotanya, tapi Anjani tak pernah tahu siapa yang melakukannya.
Semuanya semakin rumit saat dirinya dinyatakan hamil dan vidio asusilanya dengan seorang pria misterius tersebar di jagad maya. Hidup Anjani hancur dalam sekejap, lalu apa yang akan ia lakukan demi bisa memperoleh harga dirinya kembali.
Follow Instagram El khiyori
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El khiyori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Mahaka tahu kalau apa yang ia lakukan pasti akan membuat sang ayah marah, tapi ia sungguh ingin tahu apa yang terjadi pada Anjani.
Saat dirinya tiba di rumah sakit, terlihat di sana Anjani tengah berbaring lemah dengan selang oksigen menempel di hidungnya. Ada dua orang pelayan dan juga satu orang suster.
"Apa yang terjadi? kau kenapa Anjani?!" serbu Mahaka yang membuat semua orang di sana bengong karena tak mengira kalau Mahaka yang selama ini sangat tidak peduli pada istrinya tiba-tiba tampak panik, namun sang suster segera menjelaskan.
"Tadi Nyonya Anjani mengeluh sangat pusing, tubuhnya juga sangat lemas. Dari hasil pemeriksaan awal diketahui kalau tekanan darahnya menurun. Untuk lebih jelasnya kita tunggu saja hasil tes darahnya keluar."
"Ya baiklah," sahut Mahaka yang kemudian mendekat ke tempat Anjani berada dan mempersilahkan pelayan serta suster untuk keluar.
"Apa kau mau makan sesuatu? Biar aku tanyakan pada suster apa yang baik untuk kau konsumsi saat ini," tanya Mahaka yang disambut gelengan kepala oleh wanita di hadapannya.
"Ayolah Anjani, kau tidak boleh begini. Ibu akan sedih kalau sampai mendengar kau masuk rumah sakit lagi."
"Tapi ini kan salahmu, kau sangat jahat padaku. Lagipula tadi aku sudah makan."
"Kenapa aku yang salah, coba saja kalau kau menurut padaku. Tidak akan terjadi pelecehan itu padamu," ujar Mahaka tak terima saat dirinya disalahkan.
Ia pun bergegas untuk menemui suster, namun Anjani langsung menahan.
"Kau mau kemana?" tanyanya masih sambil memegangi tangan Mahaka.
"Aku mau bertanya pada suster makanan apa yang boleh kau makan. Semua yang kau alami pasti karena kurang makan, membuatku malu saja."
"Tapi aku pusing bukan karena belum makan. Aku seperti ini karena terlalu banyak pikiran. Apalagi sekarang vidio itu sudah disebarkan!!" seru Anjani yang langsung dibungkam oleh Mahaka.
"Stt ... jangan berisik. Kita masih di IGD. Di sini banyak orang, jadi jaga sikapmu!"
"Maaf .... " sahut Anjani yang sebenarnya membuat Mahaka merasa gemas. Ia paling suka melihat sang istri merasa bersalah dan meminta maaf seperti itu.
Baru saja Mahaka kembali mendekat suster datang bersama seorang dokter.
"Selamat sore Tuan dan Nyonya. Bagaimana? apa rasanya sudah lebih baik?" tanya dokter itu lembut.
"Iya dokter, aku sudah baik-baik saja. Tolong singkirkan selang oksigennya!"
Melihat Anjani bersikap demikian Mahaka langsung menegur.
"Jangan sembarangan, kau harus mengikuti apa kata dokter."
"Tapi aku benar-benar sudah baik-baik saja sejak kau datang kemari. Aku seperti itu kan karena bingung setelah semalaman kau tak bisa dihubungi," sahut Anjani yang membuat Mahaka terkejut, begitu juga dokter dan suster yang ada di sana.
Mereka salah tingkah sendiri karena sikap Anjani.
"Tidak apa-apa Tuan, kalau Nyonya Anjani ingin pulang hari ini asalkan Nyonya mau mengikuti semua yang dokter sampaikan, seperti menjaga pola makan, istirahat teratur, dan yang paling penting adalah menjaga agar pikiran tidak stres."
Setelah berkata demikian dokter segera menyerahkan hasil tes darah kepada Mahaka.
"Selamat ya Tuan ... ternyata hasil dari testnya menyatakan bahwa Nyonya Anjani positif hamil."
"Ha _ hamil?" tanya Mahaka tergagap sedangkan Anjani tak mengatakan apa-apa. Ia jelas tak bisa menerima hal itu. Tubuhnya membeku sebelum akhirnya ia bertanya pada dokter dengan suara bergetar.
"Berapa usia kehamilannya Dok?"
Sorot mata Anjani tampak berkaca-kaca saat bertanya demikian.
"Usianya masih empat Minggu. Harus benar-benar dijaga dengan baik. Ingat ya ... tidak boleh terlalu stre dan beraktivitas yang berat dulu. Jangan lupa makan makanan yang bergizi. Nanti dua Minggu lagi silahkan datang kemari. Kita akan melihat perkembangan janinnya."
Jika Anjani hanya diam membisu menanggapi semua itu, lain halnya dengan Mahaka yang langsung mendekat dan mengucapkan selamat pada Anjani.
"Selamat ya Sayang, akhirnya yang kita kita tunggu-tunggu selama ini datang juga."
Tak hanya memberikan selamat, Mahaka juga mencium lembut kening Anjani. Dengan bersuka cita ia mendengarkan setiap nasehat yang dokter berikan lalu menerima beberapa vitamin yang wajib dikonsumsi Anjani dengan senyum ramah.
"Aku ingin pulang sekarang," ujar Anjani kemudian.
"Iya, kita akan pulang," sahut Mahaka lembut. Pria bahkan membantu Anjani untuk turun dari ranjang dan menggendongnya menuju ke mobil.
Dua pelayan di rumahnya pulang dengan sopir sementara Mahaka pulang berdua dengan Anjani.
"Mahaka tolong berhenti," ucap Anjani tiba-tiba.
"Memangnya ada apa?"
"Aku ingin bicara."
"Kita bicara di rumah saja."
"Aku tidak mauuu!!" jerit Anjani yang mulai menangis.
"Baiklah, kau tenang dulu."
Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk menghentikan mobil, Mahaka langsung berhenti.
"Ada apa?" tanyanya kemudian dengan bingung karena Anjani sudah menangis.
"Aku tidak ingin anak ini!! aku tidak mau dia tumbuh di rahimku, aku mau ab*RSI!!" ucap Anjani kemudian membuat Mahaka syok mendengarnya.
"Kau ini kenapa? selama ini kau baik pada semua orang tapi kau tega membunuh anakmu sendiri!!"
"Tapi aku tidak tahu ayahnya siapa!! aku ingin anakku terlahir dengan penuh cinta. Ada ayah dan ibunya yang menyambut dengan bahagia ... tidak sepertiku yang bahkan tidak tahu siapa orangtuanya. Aku tidak mau Mahaka!!"
Saat berkata demikian tiba-tiba Anjani turun dari mobil. Membuat Mahaka langsung mengejarnya.
"Anjani tunggu!! kau mau kemana?!!" teriak Mahaka yang tak digubris sama sekali oleh wanita di depannya.
Langkah lebar Mahaka bahkan sulit mensejajari Anjani sampai akhirnya mereka masuk di area rumah susun yang tak banyak penghuninya karena sudah mengalami kerusakan.
"Anjani berhenti!!" teriak Mahaka yang tetap tak dihiraukan, sementara dirinya mulai merasa tak nyaman karena lingkungan di sekitarnya.
Anjani mulai memilih area yang sepi untuk menghindari tatapan orang-orang. Hingga ia berhasil mencapai lantai yang gelap dan lembab, karena tak ada lagi penghuni di area itu. Dengan ngos-ngosan Mahaka juga masih terus membuntuti sampai akhirnya ia kembali berteriak begitu melihat Anjani mulai naik ke pagar pembatas.
Ditariknya dengan kuat tubuh wanita itu hingga menimpa tubuhnya dan sama-sama terjerembab ke atas lantai yang kotor.
"Lepaskan akuuu!!" jerit Anjani namun Mahaka hanya diam dan mendekapnya.
"Lepaskan aku Mahaka, kau tak pernah tahu bagaimana perasaanku. Biarkan aku matiii!! harusnya kau senang kan dengan ini? aku mencintaimu seumur hidupku, tapi kau memberikan hatimu untuk wanita lain dan sekarang aku hamil karena ulah orang yang hanya ingin membuatku hancur!!"
Anjani tergugu di pelukan Mahaka, sedangkan pria itu hanya diam. Ucapan Anjani barusan memang terdengar menyakitkan tapi ia tak menyangka kalau wanita itu sampai memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya.
"Kita pulang ya, tempat ini sangat kotor dan dingin."
"Pulanglah! aku ingin sendiri!" sahut Anjani yang kemudian melepaskan diri dari Mahaka dan memilih merapatkan tubuhnya ke tembok.
agak lama Shok terapi Thor biar dia merasakan apa yg di rasakan Anjani 👍👍👍👍