NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Tuan Muda

Mengandung Benih Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: rafizqi

Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.

Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.

Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.

Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 - Masuk Rumah Sakit

Sesampainya di kamar. Alvaro membanting pintu kamarnya hingga tertutup rapat. Genggamannya di pergelangan tangan Kirana masih erat, matanya menyala penuh amarah.

“Kau berani berdiri di samping Bram, menatapnya seperti itu di depanku?!" Suara Alvaro bergetar menahan emosi.

Kirana meronta, menahan sakit, “Kau keterlaluan, Alvaro! Aku tidak melakukan apa-apa! Kenapa kau selalu menuduhku?”

Alvaro semakin keras menggenggam tangan Kirana, tubuhnya maju mendesak Kirana ke dinding.

“Jangan bohong padaku, Kirana!”

Kirana terhimpit, tubuhnya tidak sengaja terbentur.

Rasa nyeri menusuk tiba-tiba di perutnya. Ia Terhuyung, kedua tangannya refleks memegang perutnya yang sudah besar.

Kirana mengerang pelan, wajahnya seketika pucat.

“Aah… Alvaro… perutku…Aahh sakit.”

Seketika ekspresi Alvaro berubah cemas. Amarahnya padam seketika, digantikan panik yang tak bisa ia sembunyikan. Genggamannya terlepas, ia meraih bahu Kirana dengan gemetar.

“Kirana?! Apa yang terjadi? Hei… jangan diam!” Alvaro terkejut, suaranya parau.

Kirana terisak menahan sakit, tubuhnya membungkuk, napasnya berat. Rasa sakit di perutnya semakin menjadi, darah segar seketika mengalir dari balik kakinya membuat Alvaro semakin khawatir. Alvaro langsung memegang tubuhnya yang hampir ambruk.)

“Sakit… tolong… jangan biarkan terjadi apa-apa pada anakku…” Kirana menjadi lemah, suaranya terputus-putus menahan sakit.

Alvaro semakin panik, wajahnya pucat, penuh penyesalan, “Bodoh! Aku… aku tidak bermaksud—sial! Bertahanlah, Kirana. Kita pergi sekarang juga!” umpatnya penuh penyesalan.

Tanpa pikir panjang, Alvaro mengangkat tubuh Kirana ke pelukannya. Langkahnya tergesa-gesa, nadinya berpacu kencang. Untuk pertama kalinya, wajah pria kejam itu benar-benar dipenuhi rasa takut. Ia menuruni tangga, teriakan cepat keluar dari mulutnya.

“Siapkan mobil! Cepat! Panggil dokter, sekarang juga!” suara menggema di seluruh ruangan.

Beberapa pengawal langsung bergerak cepat.

Sementara Clarissa yang kebetulan melihat dari bawah tangga terdiam membeku, matanya membelalak melihat Alvaro menggendong Kirana dengan wajah panik. Tanpa satu kata pun, Alvaro terus melangkah, melewati Clarissa tanpa peduli, hanya satu tujuan: menyelamatkan Kirana dan anaknya.

Sirene mobil meraung membelah jalan malam. Alvaro duduk di kursi belakang, memangku tubuh Kirana yang pucat dan terengah. Tangannya menggenggam erat jemari Kirana, seakan ketakutan melepaskannya.

“Alvaro… anak ini… tolong jangan biarkan apa-apa terjadi padanya.” lirih Kirana, suaranya hampir hilang.

Alvaro menatapnya dengan wajah tegang, “Diam, jangan banyak bicara. Kau akan baik-baik saja. Aku janji.”

Kini, mobil berhenti di depan UGD. Pintu segera dibuka oleh perawat. Alvaro sendiri turun, menggendong Kirana ke dalam dengan langkah tergesa. Para tenaga medis segera menyambut.

“Cepat bawa ke ruang observasi! Jaga tekanan darahnya!” Perintah Dokter kepada tim medisnya.

Alvaro berjalan sampai ke pintu ruang perawatan, namun seorang perawat menahannya.

“Tuan, mohon tunggu di luar. Kami harus segera menangani pasien.”

Alvaro mendesis, suaranya rendah namun penuh ancaman, “Aku tidak akan meninggalkannya sendiri!”

“Kalau Anda peduli, izinkan kami bekerja! Satu menit saja bisa menentukan nyawa ibu dan bayi.” tegas Dokter menatap Alvaro.

Alvaro membeku. Rahangnya mengeras, tapi akhirnya ia melepaskan genggamannya. Ia berdiri di luar pintu yang segera tertutup rapat. Untuk pertama kalinya, ia merasa tak berdaya dan berubah menjadi rasa takut.

Detik berubah menjadi menit. Alvaro berjalan mondar-mandir di lorong, wajahnya pucat, tangan terus mengepal.

"Kenapa lama sekali" desisnya khawatir.

Clarissa tiba-tiba muncul, berlari kecil mendekatinya.

Clarissa terlihat cemas, “Alvaro! Apa yang terjadi dengan Kirana?”

“Diam, Clarissa. Aku tidak ingin mendengar apa pun darimu sekarang.” ucap Alvaro tanpa menoleh, suaranya berat.

Clarissa terperangah, mulutnya terbuka tapi tak ada kata yang keluar. Ia hanya bisa menatap pria itu yang biasanya dingin dan tak tersentuh, kini tampak seperti orang yang kehilangan arah.

Tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka. Dokter keluar dengan ekspresi serius.

Alvaro pun segera menghampiri.

“Bagaimana keadaannya?! Bagaimana Kirana dan bayinya?!”

Dokter menghela napas sebelum akhirnya bersuara.

“Ibu dan bayi dalam kandungan stabil untuk sementara. Tapi… tekanan emosional bisa berbahaya. Dia butuh ketenangan, terutama dari orang terdekatnya.”

Alvaro terdiam, kepalan tangannya mengendur. Sorot matanya melembut, penuh rasa bersalah.

Alvaro menghela nafas, “Aku… hampir kehilangan mereka… karena kebodohanku.” lirih Alvaro parau, nyaris berbisik.

Dokter menatapnya sebentar, lalu menepuk bahunya.

“Kalau Tuan ingin mereka selamat, jagalah dia… jangan jadi sumber lukanya.”

Alvaro menunduk, rahangnya bergetar. Untuk pertama kali, pria yang selalu angkuh itu merasa dirinya bukan penguasa… melainkan pria yang bisa kehilangan segalanya dalam sekejap.

Tanpa mengatakan apapun, Alvaro masuk begitu saja ke dalam ruangan menyusul Kirana.

Sementara, Clarissa masih berdiri di lorong rumah sakit dengan tangan terlipat di dada. Tatapannya tajam menembus kaca pintu kamar rawat di mana Alvaro duduk di sisi ranjang, menunggui Kirana yang terbaring pucat dengan selang infus di tangannya.

Sejak tadi Clarissa memperhatikan: wajah Alvaro begitu tegang namun penuh kekhawatiran, jemarinya sesekali menggenggam tangan Kirana, bahkan ia menunduk seakan berbisik sesuatu pada wanita itu. Pemandangan itu membuat dada Clarissa terasa sesak, rasa cemburu menyesakkan tenggorokannya.

“Alvaro… kau bahkan tak pernah menatapku seperti itu.” Clarissa berbisik pelan, suaranya terdengar getir.

Ia menggigit bibir, amarah bercampur luka. Di pikirannya, Kirana hanyalah penghalang, seorang wanita yang tiba-tiba hadir dan merenggut semua perhatian Alvaro darinya.

Tak lama, Alvaro keluar sebentar untuk berbicara dengan dokter, Clarissa segera menghampirinya.

Clarissa mendekat dengan nada menahan emosi, “Alvaro, apa kau sadar betapa berubahnya dirimu sejak ada dia? Kau… terlihat begitu khawatir. Seolah-olah hanya dia satu-satunya yang penting bagimu.”

Alvaro menatapnya sekilas, wajahnya dingin, “Karena dia memang penting, Clarissa. Kirana sedang mengandung anakku.”

Clarissa terbelalak, hatinya seperti disambar petir. Jawaban itu bagai pengakuan yang menusuk dalam.

“Apa kau bahkan mendengarkan dirimu sendiri?! Dia hanyalah seorang wanita yang seharusnya tidak pernah berada di sisimu! Dia membuatmu lemah, Alvaro!” Suara Clarissa meninggi, bergetar karena marah.

Alvaro menahan napas sejenak, lalu bicara datar.

“Kalau pedulimu hanya sebatas itu, maka jangan ganggu aku. Aku tidak akan meninggalkan Kirana.”

Clarissa terdiam, kedua tangannya mengepal. Matanya berkaca-kaca, bukan karena sedih semata, tetapi karena amarah membakar dirinya. Pandangannya kembali ke dalam kamar, melihat Kirana yang masih terbaring. Rasa benci perlahan tumbuh, semakin pekat, semakin menguasai dirinya.

"Kirana… kau yang membuat Alvaro menjauh dariku. Aku tidak akan membiarkanmu menang. Tidak akan.” bisiknya di dalam hati penuh amarah.

.

.

.

Bersambung

1
Ma Em
Kirana kamu jgn lemah Kirana hrs berani lawan mereka yg merendahkan kamu kalau Kirana lemah siapa yg mau melindungi Arya dari orang2 yg tdk menyukainya , Kirana hrs bangkit tegas dlm bertindak dan berani dlm mengambil keputusan 💪💪💪
Ma Em
Clarissa kamu cuma tunangan sedangkan Kirana adalah istri sah Alvaro siapa yg paling berhak tinggal bersama Alvaro , dasar ulat bulu yg tdk tau malu .
Ma Em
Syukurlah Kirana bertemu dgn Bram , semoga Bram bisa melindungi Kirana dari niat jahat Clarisa .
Ma Em
Kirana kamu jgn percaya dgn omongan beracun Clarisa dia hanya akan memecah belah hubungan mu dgn Alvaro, jgn terlalu polos dan bodoh karena bisa dihasut sama wanita ular seperti Clarisa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!