Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Menolak Tes Urin
Pesan WA dari Lahat, sudah menyebar ke seisi rumah, kecuali Aika. karena di sini memang Aika pemeran utama yang dibicarakan dalam pesan WA itu.
"Mana Bu, coba Aiko lihat?" Aiko meraih Hp sang ibu dan penasaran dengan pesan Wa yang dikirimkan Lahat pada ibunya.
"Saya tidak bisa membuka mulut anak ibu, saya mohon maaf. Tapi, ada satu cara yang bisa menutup aib anak ibu. Itupun jika ibu dan bapak mau menerima cara saya ini."
"Saya akan menikahi anak ibu, dengan tujuan menolong keluarga ibu dan tentu saja Aika dari aib ini. Jika dalam jangka waktu setahun Aika meminta cerai, saya siap melepaskan."
Aiko membaca dengan seksama pesan WA dari Lahat itu. Dia bahkan membacanya berulang kali. "Ini serius, Bu?"
"Serius. Bahkan Nak Lahat sempat bapak hubungi untuk meyakinkan. Dia bilang serius. Semua dia lakukan untuk menutupi aib Aika. Nak Lahat juga sudah meminta KTP milik Aika, katanya sih untuk diurus-urus ke kesatuan."
"Ke kesatuan? Apa pria itu seorang abdi negara juga?" Aiko heran.
"Bisa jadi, tapi dia tidak bilang kalau dia tentara atau apa, yang jelas dia bilang minta KTP untuk mengurus pengajuan nikah ke kesatuan," balas Bu Andini.
Aiko menyunggingkan senyuman, entah senyuman apa. Yang jelas senyuman Aiko mengundang penasaran kedua orang tuanya.
"Sebentar, Bu. Bagaimana kalau ternyata Aiko itu benar-benar tidak hamil dan pengakuannya itu benar adanya? Lalu apakah niat Bang Lahat akan kita batalkan? Soalnya Aiko berencana untuk menantang Aika tes urin nanti setelah dia pulang."
"Iya juga, ya? Kenapa kamu tidak sejak awal memberikan ide seperti itu? Kalau sejak beberapa hari yang lalu kamu sudah mengajak Aika tes urin, mungkin saat ini kita tidak perlu kebingungan harus membuka mulut Aika tentang fakta yang sebenarnya. Dan kalau Aika benar-benar tidak hamil, ibu dan bapak bersyukur. Tapi, bagaimana dengan niat Nak Lahat?" Bu Andini bingung memikirkan niat Lahat seandainya tes urin Aika negatif.
"Mudah saja, tinggal kita urungkan saja niatnya. Kenapa harus bingung? Kita katakan saja kalau Aika negatif," timpal Pak Andi enteng.
"Tunggu dulu, Pak. Jangan secepat itu ambil keputusan. Aika ada ide, kalau ternyata tes urin itu negatif, syukur-syukur sih negatif, kita biarkan saja niat Bang Lahat berjalan apa adanya. Dan jika Aika menolak, dia tidak bisa menolak kalau ternyata Bang Lahat sudah benar-benar mendaftarkan pengajuan nikah. Kalau dia benar-benar seorang anggota, ini suatu kebetulan dan berkah buat Aika," urai Aiko mengungkapkan pendapatnya.
"Apakah Aika tidak akan keberatan? Dia pasti tidak mau, sebab dia baru kenal dengan Nak Lahat," ujar Bu Andini.
"Kita lihat saja, kalau pria itu sudah mengajukan pengajuan nikah, kita tahan Aika supaya tetap menerima ajakan Bang Lahat. Dan kalau ternyata Bang Lahat belum mendaftarkan pengajuannya ke kantor, maka kita urungkan saja niatnya, kan gampang. Kenapa harus pusing-pusing?" ujar Aiko.
Pak Andi dan Bu Andini mengangguk-anggukan kepalanya, mereka masih ragu dalam usul yang diungkapkan Aiko.
"Lalu, apa rencana kita selanjutnya, Aiko?" Pak Andi bertanya pada Aiko.
"Rencana selanjutnya adalah Aiko menantang Aika untuk tes urin. Kalau dia sedia, maka Aiko yakin dia tidak sedang hamil dan tidak dinodai oleh mantan kekasihnya yang kurang ajar itu," ujar Aiko lagi berubah geram.
"Lalu, bagaimana kalau adikmu dan Nak Lahat beneran menikah dan melangkahimu, apa kamu tidak sedih atau keberatan?" Pak Andi terlihat risau.
"Itu tidak masalah, Pak. Lagipula Mas Gafar baru mau ngajak tunangan tahun depan. Dia juga saat ini masih sibuk dengan pekerjaannya, lagipula Aiko masih 24 jalan, belum tua-tua amat untuk menikah," kelit Aiko dengan lapang dada.
"Baiklah terserah kamu saja bagaimana baiknya. Lakukanlah rencanamu itu. Sebentar lagi juga adikmu datang, motornya sudah mulai terdengar."
Aika pulang, wajahnya muram persis baju yang kusam dan hilang warna cerahnya. Aiko berhasil mencegat, tapi Aika segera menepis tangan sang kakak. Aika langsung masuk kamar dan mengunci kamar itu.
"Aika, buka dulu, mbak ada perlu," teriak Aiko seraya menggedor pintu. Sayangnya Aika tidak mau membuka pintu itu, Aika terlanjur marah pada ibu bapak dan kakaknya. Ditambah kini Lahat yang berusaha mendesaknya untuk buka mulut, membuat ia semakin tertekan dan kesal dengan semua orang termasuk Aiko sang kakak.
"Laki-laki itu, kenapa juga masih ikut campur dengan keadaanku? Toh, kalau benar atau tidak, bukan urusan dia. Kenapa jadi kepo banget dengan keadaanku sejak dia berhasil mencegahku lompat dari pagar jembatan itu? Dia merasa punya jasa, karena telah menyelamatkanku. Dasar bujang lapuk." Aika menggerutu sejak di kamar, rasa bencinya pada Lahat semakin menggebu karena dinilainya telah ikut campur.
"Gimana Aiko?" Pak Andi dan Bu Andini menghampiri dan menanyakan tentang Aika.
"Besok pagi saja, Bu. Dia kebetulan libur kerja, kita tantang saja besok," putus Aiko. Bu Andini dan Pak Andi akhirnya manut dengan rencana Aiko.
Keesokan harinya, Aika sudah keluar kamar, dia memasuki dapur untuk sarapan seperti biasanya. Wajahnya masih muram tanpa senyum. Sementara Aiko sudah berada di meja makan.
"Ai, mbak boleh bicara?" tanya Aiko hati-hati.
"Bicara saja, kenapa pakai segan segala? Biasanya Mbak Aiko paling bawel bicara," sindir Aika terdengar ketus.
"Mengenai kamu. Mbak ... ingin mengajukan tantangan buat kamu, kalau kamu benar-benar tidak diapa-apain sama mantan kekasihmu itu, mbak mau nantang kamu tes urin. Itu demi meyakinkan ibu dan bapak. Kasihan mereka kepikiran terus," ungkap Aiko terdengar hati-hati.
Aika yang sedang mendidihkan jahe dan kunyit, perlahan membalikkan badan, matanya membelalak dan menyala.
"Jadi, mbak Aiko masih meragukan aku? Hanya karena aku bersikap murung setelah diputuskan mantan kekasih aku, lalu mbak, ibu, dan bapak meragukan aku dan menganggap murung aku karena telah diapa-apain oleh pria brengsek itu?"
"Ini semua demi ibu dan bapak agar tidak kepikiran. Siang dan malam mereka memikirkan kamu, perubahan sikap kamu. Untung saja mereka tidak sampai sakit gara-gara mikirin kamu."
"Kenapa juga kalian masih tidak percaya sama aku? Aku juga pacaran tidak lebih dari pelukan atau pegangan tangan. Aku juga selalu ingat ucapan ibu, bapak, atau mbak Aiko kalau pacaran jangan sampai kebablasan. Aku tahu dan aku tidak sampai sejauh itu, Mbak. Camkan itu, ya, aku tidak sampai sejauh itu. Dan mengenai tes urin itu, aku menolaknya karena aku sudah terlanjur muak dengan sikap kalian yang sama sekali tidak mempercayai aku."
Aiko menyeduh air godogan jahe dan kunyit ke dalam gelas, setelah itu ia pergi dari hadapan Aiko dengan perasaan marah.
"Ai, tunggu. Jangan marah dulu. Dengarkan Mbak." Aiko tidak menggubris.
Aiko kecewa dengan sikap Aika yang menolak tes urin dengan alasan marah dengan sikap mereka bertiga yang tidak mempercayainya. Hingga waktu pun berlalu, seminggu setelah perdebatan Aika dan Aiko di dapur, Bu Andini dan Pak Andi menyampaikan pesan dari Lahat bahwa dia sudah mendaftarkan pengajuan nikah ke tempatnya berdinas.
"Berita ini harus segera disampaikan pada Aika," ujar Pak Andi. Kebetulan Aika muncul menuju dapur.
"Ibu dan bapak mau bicara, Nak Lahat sudah berhasil mendaftarkan pengajuan nikahnya ke kantor tempat dia berdinas. Kami terpaksa menerima tawarannya seminggu yang lalu untuk bersedia menikahimu untuk menutup aib keluarga kita," tutur Pak Andi, membuat Aika terbelalak.
"Apa, aib? Menikahi Aika?" Aika tercengang, dia tidak mengerti kenapa Lahat tiba-tiba bersedia menikahinya.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄