Bukan Sekedar Murid Biasa

"Gak heran sih, Ethanas Johnson soalnya."

...𝙏𝙞𝙣𝙜 𝙏𝙪𝙣𝙜.....

"Aku buka dulu." Kata Indah beranjak membuka pintu.

Pria di depan pintu, tampak kebingungan melihat Indah. Lalu pria itu melihat kembali mengecek nomor kamar.

"Betul ini kan, ruangan atas nama Ethanas Johnson?" Tanya pria itu ramah.

"Iya, anda siapanya ya?" Indah harus mengkonfirmasi dulu, apa Ethan mengenal pria ini?

"Maaf, bilang aja ke Ethan gini, ada Reyhan. Gitu."

"Baik, tunggu sebentar ya." Indah menutup pintu lalu berjalan menuju Ethan.

Semua wajah mahasiswa dan siswi menegang, mereka kira, itu dokter yang akan mengusir mereka. Jujur saja, mereka masuk kesini diam-diam, karna sebetulnya batas pengunjung adalah berjumlah empat orang.

Ethan yang melihat wajah tegang teman–temannya langsung menyahut.

"Tenang, aku udah bilang Papa suruh ijinin kalian masuk. Dan Papa kenal dekat kok sama pemilik Rumah Sakit ini. Katanya gapapa selama gak ganggu aku." Terang Ethan.

"Hah? Kapan kamu bilang ke Papa?" Indah heran, karna dari tadi yang ia lihat Ethan hanya berbaring. Dan, baru siuman kan?

"Tadi, pas kalian fokus berbincang. Indah, tolong kasih Reyhan masuk, kasian dia nunggu. Dia temanku dari kecil. Gausah khawatir. Aman." Terang Ethan.

"Ooh gituu, iyaa deh." Kata Indah, lalu berjalan ke arah pintu.

Namun saat dibuka, pria yang bernama Reyhan tadi tidak ada di depan. Tapi tiba–tiba dari kejauhan, Indah bisa melihat ada seorang pria, tengah berlari.

"Sepertinya itu pria yang bernama Reyhan tadi." Gumam Indah.

Dan benar saja. Ternyata itu Reyhan, yang tampak membawa makanan, dan buah. Sepertinya dia baru dari kantin?

"Ah.. Hahhh.. Maaf mbak, saya habis dari kantin, gabut soalnya nunggu di bukain pintu, hehehe." Reyhan adalah tipe yang santai dan enjoy, yang tidak mempermasalahkan hal kecil seperti ini.

"Eh, maaf ya mas, tadi ada hal urgent dikit. Mari masuk!" Indah mempersilahkan Reyhan untuk menemui Ethan.

"Yoo Bro!"

"Yoi!"

Ethan dan Reyhan, jika berdampingan, rupa mereka sebelas dua belas. Walau Reyhan sudah berusia dua puluh empat tahun, sama seperti Indah. Tapi rupanya masih muda, seperti Ethan yang berusia sembilan belas tahun.

"Si ulat bulu itu lagi? Btw cewek itu, siapa Than?! Lo suka sama dia?" Tanya Reyhan dengan sedikit berbisik di akhir–akhir kalimat.

"Iyalah, siapa lagi kalau bukan ulat bulu busuk gatel itu!" Kata Ethan, sejenak dia menatap ke arah Indah. Sip! Dia lagi sibuk ngobrol sama yang lain.

"Yoi Rey! Gue udah pengen jadiin istri sih, tapi gue harus mapan dulu!"

"Halah, yakin udah siap jadi suami? Main kawin aja. Ngerawat anak ayam ae mmati! Gimana mau ngerawat anak orang?!" Cibir Reyhan.

"Terima aja gak sih, tawaran percobaan di perusahaan Papamu." Lanjut Reyhan. Ethan hanya terdiam. Sepertinya dia bimbang.

"Apa iya, gue Terima aja ya.. Bimbang gue Rey. Gue gak mau secara instan masuk jabatan tinggi tanpa ada usaha, atau lewat orang dalam. Indah harus lihat perjuangan gue." Kata Ethan sambil melamun melihat plafon ruangan.

"Gila lo mau gak terima?! Perusahaan bidang pangan pertama dan utama di negara loh. Gaji cleaning servis aja diatas UMR." Kata Reyhan.

"Weh gila! Serius lo?! Gua aja anaknya, gatau gaji–gaji setiap jabatan di perusahaan beliau."

"Kalo gitu, GAS LAH! Tar gue kirim cv." Ethan memutuskan juga akhirnya.

"Yoi. Btw gue beli buah, nih!" Kata Reyhan sambil menyodorkan keranjang buah yang ia beli dari kantin. Berbagai macam buah, namun ada satu buah yang menjadi titik fokusnya.

"Eh.. Lo lupa gue gak suka mangga? Kasih Ellia aja, dia paling suka mangga. Selebihnya.. Sinii! Gue makan! Keburu siput cerewet itu dateng, terus ngerebut punya gue." Kata Ethan hendak mengambil keranjang buah itu.

...𝘽𝙍𝘼𝙆𝙆𝙆𝙆𝙆𝙆...

"ABANGGG!!!"

"SIPUTT CEREWET?!!!"

...****************...

...Hummm siput? Cerewet?...

...Dukungan dan sarannya dong kak ❤🙏🏻...

...Makasiii 🥰...