Aksa bertemu dengan gadis pemilik toko kue yang memikat hatinya, namun ia terpikat bukan karena gadis itu sendiri, melainkan terpikat karena gadis itu sangat mirip mendiang istrinya.
Aksa berusaha mendekati Si Gadis untuk bisa mendapatkannya, bagaiman pun caranya ia lakukan bahkan dengan cara licik sekalipun, asalkan ia bisa memiliki gadis yang sangat mirip dengan mendiang istrinya
Akibat obesesi Aksa yang melampaui batas, gadis itu pun terjerumus dalam lembah penuh hasrat Si Pria yang dominan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LebahMaduManis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Telpon Erina berdering, atensinya teralihkan karena suara getaran di saku kardigannya, rupanya Raditya yang menelpon "sayang aku kangen banget, berapa hari kita ga ketemu? Nanti aku jemput ya" ucap Raditya di telpon
"Hmmm ... kamu sibuk banget yaa sampai kita gak bisa ketemu, aku juga kangen" timpal Erina, ia menunduk menyembunyikan senyumnya, matanya berbinar mendengar sang kekasih akan menjemputnya.
"Iya akhir-akhir ini atasanku banyak banget ngasih kerjaan, sampai aku gak ada waktu buat ketemu kamu"
"Aku ngerti kok by, nanti abis jemput aku kita jalan ya"
"Oke cintaku, see you. Aku bakalan cepat samapai sana"
"Hati-hati by" telpon berakhir Erina kembali menyimpan gawainya disaku kardigannya. Ia juga kembali dengan aktifitasnya, mengamati kue-kue yang ditata para karyawan, mengamati kue mana yang paling cepat habis.
Tepukan lembut di pundak Erina membuatnya terperanjat dan spontan membalikan badannya. Rupanya tante Talia, "Erina sini duduk, tante mau ngomong sama kamu"
Erina mengikuti langkah kaki tantenya, dan duduk berhadapan di meja khusus Talia tempat dia mengawasi para karyawannya bekerja.
"Ada apa tante?" Tanya Erina, ia heran, sepertinya ada sesuatu yang penting yang akan di sampaikan tantenya.
"Jawab jujur, siapa laki-laki yang waktu itu jemput kamu?, sepertinya gak mungkin kalau dia teman kamu, jarak usia kalian terpaut sangat jauh jika hanya sebatas teman"
"Oh, itu pak Aksa, pelanggan toko kita" jawab Erina
"Kenapa pelanggan bisa jemput kamu sepagi itu?" Si Tante bertanya dengan tatapan mata yang menyipit.
Erina memutar bola matanya, berusaha mencari alasan, tak mungkin ia menjelaskan kepada tantenya situasi yang sebenarnya saat itu, ia menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di bawah meja, berusaha cepat menjawab pertanyaan si tante "i—itu karena, pak Aksa mau ambil pesenan kue nya pagi-pagi banget, yang pegang kunci toko ini kan aku, jadi ya sudah kita berangkat bareng" jawab Erina, ia mengembuskan nafasnya kasar
"Tapi Vallea bilang, malamnya pun laki-laki itu antar kamu pulang" Tutur Talia semakin memojokan Erina
"Yaa, itu karena Pak Aksa abis datang dari toko, terus hujan deres dan aku gak tahu harus pulang sama siapa, order ojek online dicancel terus karena cuacanya serem mungkin, kebetulan Pak Aksa nawarin pulang bareng, dari pada aku kemalaman di toko ya sudah jadinya mau gak mau aku iyain tawarannya, tapi percaya tante aku udah berusaha nolak kok"
"Tapi dilihat dari penampilannya dia bukan seperti laki-laki dewasa biasa, kelihatan dari pakaian yang di pakainya, semua branded. Erina !!" Tante talia menatap keponakannya itu dengan Tajam, matanya menyelidik, tentu membuat Erina tak nyaman ditatap seperti itu, seakan ia sedang di introgasi penyidik sebuah kasus berat.
"Tante tolong jangan mikir yang aneh-aneh aku ga ada hubungan apa-apa" Tegas si gadis, tentu saja dia harus meyakinkan tantenya itu, toh dia sudah punya Raditya sebagai pacarnya.
"Panjang umur, orangnya datang" sahut tante Talia, ia melihat Aksa baru saja memasuki tokonya,
Semua netra orang-orang di sekitar tertuju padanya, penampilan yang nyentrik dengan tubuh gagahnya, harum parfum yang elegan masuk dengan lembut kesetiap indra penciuman orang disekitarnya. jadi, siapa yang tidak akan memalingkan pandangan pada pesona pria matang satu ini.
Erina membalikan badannya, matanya terbelalak, ia menarik nafas gusar, langsung membenamkan wajahnya di atas tangan yang menelungkup di meja setelah ia melihatnya sendiri "kenapa bapak-bapak itu kesini lagi?" Keluhnya.
Erina berpura-pura tidak melihatnya, ia tak senang dengan kedatangan Aksa "semoga Raditya cepat datang, aku gamau basa-basi dengan bapak-bapak itu" gumamnya, dengan tangan yang berpura pura sibuk scroll sosmed, begitu pula dengan matanya yang berfokus hanya pada handphone, namun sesekali Erina melirik si pria dengan Ekor matanya.
Toko kali ini cukup sepi pengunjung, Aksa yang berbadan tinggi pun sangat mudah terlihat meski toko ini cukup luas, Aksa melambaikan tangannya pada Erina, terlihat dari langkahnya yang lurus dengan tempat dimana Erina duduk, sepertinya dia akan mendekati gadis mungil itu.
Namun, langkahnya si pria ini terhenti, Tante Talia lebih dulu menghampirinya, menawarkannya duduk di kursi pengunjung "selamat datang Bapak Aksa" sapa Tante Talia. sebenarnya usia Aksa terpaut tujuh tahun lebih muda dari tante talia.
Aksa tersenyum tipis, ia mengulurkan tangannya mengajak tante talia bersalaman.
"Sepertinya akhir,akhir ini saya sering banget ketemu sama Pak Aksa, apa anda sangat menyukai hidangan di toko kami?"
"Oh iya, saya pelanggan lama toko ini, tapi biasanya asisten saya yang datang kesini, atau meminta kurir yang mengantarkan kuenya, akhir-akhir ini memang saya banyak waktu luang, jadi bisa datang untuk memilih langsung" jawab Aksa
"Mau minum kopi atau teh?"
"Kopi boleh"
"Tunggu sebentar" ujar Tante Talia agar Aksa masih tetap duduk di hadapannya. "Erina !" Panggil si Tante kepada keponakannya itu
"Ya tante" Erina berjalan menghampiri, ia terpaksa mengakhiri kepura-puraannya seolah tidak tahu ada Aksa di tokonya.
Erina berjalan menghampiri sumber panggilan, ia mengulas senyum tipis di bibirnya tatkala ia tahu bahwa Aksa sedang memperhatikannya sejak tadi.
Netra si pria tak berpaling dari si gadis mungil itu sedikitpun samapai si gadis berada tepat di hadapannya "Halo Nona Erina" sapa Aksa
Erina mengangguk kecil untuk menjawab sapaan pria yang sejak tadi memperhatikannya.
"Bawakan kopi yang tadi kamu bikin ya Er, bawakan untuk Pak Aksa" ucap tante Talia
"Tapi tante—" jawab Erina, namun bicaranya terhenti. Tante talia tahu, gadis itu tadi membuat kopi dari biji kopi yang khusus ia bawa dari german, sebagai buah tangannya saat kembali le Negara kelahirannya, kopi buatannya itu tidak sembarang ia buat, hanya untuk orang-orang tertentu saja.
Erina pandai membuat kopi, selama enam tahun mengenyam pendidikan di german, ia menjadi pekerja paruh waktu di sebuah cafe, ia banyak belajar dari sana.
"Hot cofee atau ice cofee Pak Aksa?" Tante talia bertanya pada Aksa untuk memastikan minuman yang ia inginkan saat ini
"Cuaca hari ini cukup terik, sepertinya ice cofee lebih cocok" ungkap si pria, ia berbicara dengan mata yang tak berkedip sedikitpun memandang Erina
"Pak Aksa"
Mendengar sebutan namanya ia baru mengalihkan pandangannya dari Erina, sepertinya Tante Talia tahu, ia sedang menatap keponakannya itu dengan lekat
Aksa tertawa kecil, baru memandang dan melihat senyum Erina saja sudah membuat ia lupa yang lain, lupa bahwa ada orang lain disekitarnya yang sedang berada diantara mereka
"Sepertinya toko ini beberapa bulan yang lalu sempat tutup cukup lama?" Tanya Aksa, memecah kecanggungan anatara keduanya
"Sebenarnya saya mau menjual toko ini" ungkap Talia
Tentu, Aksa sudah mengetahuinya, apa yang ia tak ketahui tentang toko ini dan Erina? Semua informasinya sudah ia kantongi, namun di depan Talia, ia berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"Apa ada masalah sehingga toko ini harus dijual?" Tanya Aksa
"Ya, sebelum Erina kembali ke Indonesia, saya kewalahan mengelola toko ini, banyak komplain dari pelanggan, karena rasa kue yang tak sama waktu masih orang tua Erina yang kelola dan buat, meski dengan resep yang sama. toko sepi, dan waktu itu saya gak bisa bayar upah karyawan, akhirnya terpaksa tutup, saya gadaikan toko ini ke bank, untuk menutupi semuanya, dan Erina gak tahu soal ini, toko buka lagi karena keinginan Erina, dia siap untuk mengolala bagian dapur produksi" ungkap tante Talia, ia berbicara sedikit lirih, sepertinya takut Erina mendengar pembicaraannya.
"Memang benar sayapun menjadi salah satu pelanggan yang merasakan hal itu, saya seperti kehilangan rasa yang selalu menjadi favorit saya waktu itu. Tapi sepertinya sekarang toko lebih rame, dan para pelanggan lama menikmati kembali rasa yang seperti dulu"
"Itu berkat Erina, tapi tetap saja hasilnya gak bisa menutupi kekurangan sebelumnya, Erina selalu minta untuk membeli bahan-bahan kualitas tinggi, itulah kenapa rasanya kembali seperti dulu, tapi jadinya kita gak bisa menekan pengeluaran, agar pengahasilan dan pendapatan sinkron"
Suara pintu terbuka, mengalihkan perhatian Antara Aksa dan Talia
"Halo tante" sapa orang yang baru saja masuk ke tokonya, ia adalah Raditya, laki-laki yang Erina tunggu kedatangannya dari tadi. Laki-laki itu pun berjalan seakan tahu dimana Erina berada
"Sayang" sapa Raditya mengangkat sedikit lengannya dan melambaikan tangan, meilhat Erina sedang berjalan berlawanan arah dengannya, gadis itu membawa segelas ice cofee yang akan ia berikan kepada Aksa.
Erina mempercepat langkah kaki nya "hai, tunggu aku antar pesanan dulu" ucap Erina pada kekasihnya, ia pun segera menaruh segelas ice kopi itu di meja Aksa dan Talia "Silahkan dinikmati ice kopinya" ucap Erina
Setelah selesai memberikan kopi untuk Aksa, iapun berjalan menghampiri kekasihnya, mereka terlihat sedang bercengkrama dengan diselingi canda tawa, tangan Raditya mengusap lembut kepala Erina.
Tentunya tak luput dari pengawasan Aksa, tak perlu menanyakan siapa laki-laki yang bersama Erina, ia sudah faham betul siapa laki-laki itu.
Aksa mengerutkan dahinya, sorot matanya sangat tajam, melihat Erina bersama Raditya , seakan perasaannya terbakar, dadanya memanas, gadis yang ia bidik bersama laki-laki lain, semakin membuncah Emosinya melihat mata Erina memancarkan sinar kebahagiaan saat bertemu kekasihnya "ini harus dipercepat, apa yang saya inginkan tidak boleh dimiliki orang lain" gumamnya ia menyeruput ice cofee yang dibuatkan Erina dengan cepat hingga tandas tak tersisa, alih-alih mendinginkan perasaannya yang terbakar api cemburu.
Erina berjalan mendekati tantenya, ia berpamitan pulang lebih dahulu "Tante Raditya sudah datang, aku pulang lebih dulu ya"
"Oke, take care" jawab Tante Talia
Raditya berjalan beriringan dengan Erina, Raditya menangkap sorot mata Aksa yang sejak kedatangannya didapati terus memandangi gadis yang menjadi kekasihnya, tentu saja sebagai laki-laki Raditya faham bagaimana pandangan seorang pria yang mempunyai perasaan tertarik terhadap lawan jenis.
Berjalan melewati Aksa Raditya beradu pandang dengan Aksa, kedua laki-laki ini saling melempar pandangan dengan raut muka ketus dan datar.
...***...