Kembalinya Sang Pewaris

Vano yang terlihat kesal pada sang istri, mulai melajukan mobilnya tanpa ditemani oleh supir pribadi. pikirannya tidak tenang dan tujuannya hanya pada satu wanita yaitu Savira.

Mobil masuk ke dalam Mall Galaxy, Vano memarkirkan mobil di basement. Setelah turun dari mobil ia naik lift ke lantai 5, tempat dimana terdapat foodcourt yang menjual aneka jajanan dan cepat saji. Dari kejauhan Vano melihat Savira sedang bersenda-gurau dengan teman-temannya tanpa mengetahui kehadiran dirinya.

Vano duduk di sebuah kursi, terhalang haya tiga meja. Ia sengaja merekam aktivitas istrinya yang asik mengobrol, tertawa sambil cekikikan.

Tepat seorang pelayan datang menawarkan menu makanan. Vano memesan Mocktail. Mocktail adalah minuman ringan yang terbuat dari jus buah atau smoothie buah yang dicampur dengan soda, cola, sirup, susu, atau jenis minuman.

"Nanti, pesanan ku kirim pada wanita berbaju Pink yang duduk bersama tiga orang itu."

Sang pelayan menggguk "Baik tuan."

"Sekalian kasih kertas ini." Vano menulis di sebuah kertas dan memberikannya pada sang pelayan beserta tips nya.

Pelayan pria itu pergi kedalam pantry, tak lama kemudian ia berjalan kearah meja Savira, dan menaruhnya di atas meja.

"Maaf mas, saya tidak pesan minuman ini." kata Savira.

"Tapi Saya di suruh memberikan pada mbak dan ini ada surat dari orang itu." kata sang pelayan sambil menyerahkan kertas ke tangan Savira. Setelah itu sang pelayan pergi.

Savira mengeryit "Siapa yang memberikan minuman ini? Sepertinya ini minuman kesukaan__? Ucapnya menggantung, tapi ia sangat hapal minuman kesukaan suaminya.

"Vir, sepertinya kamu punya penggemar? Coba kamu buka kertasnya." tukas Saras.

Savira membuka kertas tersebut dan bertuliskan "Pengagum rahasia untuk sang idola."

kening Savira semakin berkerut "Siapa sang idola?"

"Sudah pasti kamu memiliki pengagum, selain cantik kamu juga multi talenta Vir." sahut Yoga.

"Bukankah dulu kamu seorang penyanyi? Kalau tidak salah menang lomba idol di Amerika ya?" yoga lanjut bicara.

"Itu dulu, saat aku sedang amnesia."

"Kenapa tidak di lanjutkan menyanyi? Pasti pengagum mu bukan hanya ingin mendengar suara mu, pasti juga ingin merambah di dunia akting. Bagaimana kalau kamu masuk agensi ku, aku sedang mencari seorang multi talent berbakat untuk aku jadikan artis papan atas." Axel menawarkan kerjasama.

"Tidak perlu!" seru seseorang tiba-tiba, di berjalan dengan langkah lebar. Semuanya menoleh kearah sumber suara itu. Savira terkejut dan membulatkan bola matanya.

"Kakak! Seru Savira, langsung berdiri.

"Wah kebetulan sekali, kalau kakak mu ada di sini Vir, aku bisa minta izin langsung untuk kamu masuk kedalam agensi ku "

Vano terlihat murka, wajahnya dingin tanpa ekspresi, kedua tangannya terkepal kuat. Savira langsung tahu ekspresi suaminya sedang marah.

"Dia suami ku!" ucap Savira yang tampak ketakutan. Sebab Vano sudah berdiri di sampingnya.

Ketiganya terbelalak melihat pria tampan berkharisma, Auranya terlihat mencekam. Dingin, angkuh dan tak terjamah.

"Su-a-mi..?! Tanya Alex terkejut, padahal dia sudah suka pada Savira, wanita yang baru ia kenal hari ini. Pada pandangan pertama pria itu sudah jatuh cinta pada Savira, wanita cantik dan juga ramah.

Vano merangkul pundak Savira dan berbisik "Awas kau, malam ini akan aku berikan hukuman." tukasnya dengan nada mengancam.

Mendapatkan ancaman dari sang suami, Savira menelan salivanya dan wajahnya berubah tegang. sudah pasti ia akan di hukum sampai pagi. Savira tersenyum di depan ketiga temannya. Ia menutupi wajah tegangnya agar teman-temannya tidak curiga.

"Sayang, ayo kita pulang. Hari ini Kita akan bertemu dengan kelurga besar dari Jerman." ucap Vano seraya tersenyum tipis.

Savira tahu Vano sedang berbohong, itu cara ia agar bisa mengajak Vira pulang. karena tidak ingin berdebat dengan suaminya yang super posesif. Akhirnya Savira pamit pada ketiga temannya.

"Maaf ya aku pulang duluan, aku sampai lupa keasyikan ngobrol sama kalian, Kalau hari ini ada kelurga ku mau berkunjung ke rumah."

"Iya tidak apa-apa Vir, lain kali kita ngobrol lagi ya. Jangan lupa kontek aku." kata Saras.

Mereka bertiga saling berjabat tangan, meskipun terlihat sungkan pada Vano, yang seorang CEO kaya raya se-Asia. Mereka menyadari, suami Savira memiliki postur atletis dan wajah blasteran.

"Bisa-bisanya Savira mendapatkan suami setampan Tom-Cruise." suara Saras masih terdengar meskipun ia sudah berjalan menjauh.

"Kakak, ma-af.."

"Nanti saja minta maaf nya, ayo kita pulang!" Vano menarik tangan Savira, meninggalkan kafe.

Savira tidak dapat berbuat apa-apa lagi, selain mengikuti langkah suaminya yang sedang tidak baik-baik saja.

*Sementara di London.

Alvaro semakin akrab dengan Marisa dan Aldo, mereka bertiga kerapkali selalu bersama. Kekantin bersama, bahkan mengerjakan tugas dari kampus bersama-sama dan saling bertukar pikiran ilmu pengetahuan.

Selepas pulang dari kampus Alvaro langsung ke bengkel milik Victor, ia juga menyebar kan keahliannya lewat internet dan media sosial sebagai seorang montir otomotif serta memberikan alamat bengkel Victor.

Setiap hari Alvaro menggunakan motor milik Victor untuk kendaraan ke kampus dan pergi bekerja. Pagi itu Ia baru saja memarkirkan motor besarnya, dibelakang kampus. Walaupun motor itu tidak begitu bagus, namun, masih layak untuk si gunakan.

"Wah..wah.. Kendaraan Alvaro sudah berubah, dari mobil mewah harga ratusan miliar, sekarang motor butut yang bunyinya membuat kuping pengang." cetus Carlos yang kebetulan lewat di depan Alvaro.

"Nemu dimana motor model jadul gitu? Atau jangan-jangan nemu di tukang rongsokan! Sahut Revan menimpali.

Mereka bertiga terkekeh, menertawakan Alvaro yang hanya diam tanpa mau meladeni.

"Alvaro sudah jatuh miskin karena kalah judi! Apalagi yang bisa dia lakukan selain mencuri!' seru Timmy.

"Tutup mulut kalian!" balas Alvaro yang akhir buka suara.

"Kalian di biarkan semakin menjadi! Apa mau kalian, hah?! Aku tidak pernah mengusik kalian, kenapa kalian masih saja mengolok-olok ku!" bentak Alvaro yang sudah tidak tahan lagi dengan hinaan ketiga teman kampusnya.

"Kau Timmy, jangan pernah menuduh ku pencuri bila tidak ada bukti! Tunjuk Alvaro "Jangankan hanya motor seperti ini, aku buat pabriknya juga mampu!" balas Vano.

"Apa?! Mau buat pabrik motor ? Jangan mimpi!" Carlos terbahak-bahak di ikuti kedua temannya.

Padahal apa yang di katakan Alvaro memang benar, ia bisa membeli apapun dengan uang sang Daddy. Membuat perusahaan otomotif di seluruh negara pun ia mampu. Tetapi, sekarang ia benar-benar sedang di uji oleh sang Daddy. Alvaro terlihat miskin di mata orang-orang yang tidak pernah menganggap nya ada.

Tangan Alvaro terkepal kuat, bola matanya menyala. Ia benar-benar murka atas tuduhan ketiga teman-temannya.

Lanjut besok All...🏃🏃🏃

IKUTI TERUS KELANJUTANNYA, TOLONG BANTU RATE BINTANG 🌟 🌟 🌟 🌟 🌟 DAN BERI KOMENTAR KALIAN GUYSS 😍