Manusia antarbintang : "Uhhh, dia sangat menggemaskan. Tuan! bolehkah aku mencubit pipi gembul nya?
Monster dan mutan : "SEMUANYA LARI! DIA AKAN MEMAKAN KITA ...."
Bonbon : "Mamam Cana, mamam cini, mamam mana-mana ...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WIZARD_WIND26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaktus kecil.
Perasaan ini sama seperti kamu yang setengah kenyang, akhirnya mendapat setumpuk makanan dari langit.
Begitulah yang Bonbon rasakan, saat melompat-lompat dengan dua akar putih kecilnya ... sambil menarik seekor monster berbulu dibelakang.
Bayangkan, rumput setinggi jengkal orang dewasa, membawa monster yang hampir sebesar bukit kecil! Pemandangan itu, membuat Dave dan Prizil langsung menelan ludah gugup.
"Macuk cini, Janan lual. inat! Kalau lual, Bonbon na mamam," peringat sang rumput setelah meletakkan si monster beruang es, didekat tumpukan monster dan mutan lainnya.
Sang monster yang berpura-pura mati tidak menjawab sama sekali, tapi siapapun tau ... dilihat dari tubuhnya yang menggigil hebat, dia tidak akan berani menentang perintah sang rumput.
"AHA ... baik kali mamam na. Cayang Bonbon cama mamam, cebab mau denal kata Bonbon," puji Bonbon pada menu santapan, dengan mengulurkan salah satu sulur panjang, kemudian mengusap hidung biru si Polar bear.
Setelah merasa puas, sang rumput kembali melompat-lompat dan berseluncur diatas es, hendak membawa kawanan mangsa lainnya yang telah disiapkan oleh Belian.
"Ini seperti ... dunia ini memang diciptakan untuk Bonbon. Maksudku, wujud rumputnya," ucap Dave sambil melihat kepergian si rumput yang tampak bahagia berseluncur diatas es.
"Aku setuju. Planet ini menyediakan banyak makanan untuknya, dan kamu tidak perlu berjalan untuk mengejar mereka. Lebih terpentingnya lagi, karena es adalah air jadi ... meskipun dingin, itu berbeda dengan dingin Padang pasir."
Prizil berucap panjang lebar, kemudian mengalihkan tatapan pada tumpukan monster dan mutan yang tidak jauh, masih belum berani bergerak sedikitpun.
Beberapa saat yang lalu ada yang mencoba kabur, itu adalah spesies bunglon atau yang lebih dikenal dengan nama Chameleon. Monster yang hobi menyamar itu berpikir, dengan tubuhnya yang bisa tembus pandang ... dia akan lolos dari Bonbon.
Tapi siapa yang menyangka, tepat setelah satu kaki meninggalkan garis 'kandang' yang dibuat oleh si rumput! Asap hitam langsung menyerang Chameleon, melahapnya tanpa meninggalkan jejak apapun.
Baik tulang, darah, maupun batu energi ... semuanya benar-benar lenyap ditempat, seolah Chameleon baru saja melakukan teleportasi.
Dan apa komentar Bonbon setelah makan? "Baguc! Capa yang mau lual lagi?" tanya sikecil antusias, sebab sedari tadi menunggu para mangsa meninggalkan kandang yang telah dia buat.
Setelah kejadian itu para monster dan mutan makin merapat, berusaha mengecilkan tubuh agar tidak keluar dari garis samar diatas es.
Mereka berusaha mempertahankan hidup sedetik lebih lama, meskipun ujung-ujungnya tetap dimakan.
"Aku pernah membaca sebuah buku," ujar Dave lagi berdiri disamping Prizil. Mendengar itu, si wanita tentu tertarik dan mengalihkan tatapan pada Dave.
"Ini tentang kucing bumi kuno yang suka menangkap tikus. Anda tau, setelah kucing mendapatkan mangsanya ... dia tidak langsung memakan tikus itu."
Ucapan Dave membuat alis Prizil terangkat. Tidak ada yang menyela maka, Dave kembali melanjutkan ucapan tadi.
"Dia melemparkannya seperti mainan, lalu menangkapnya lagi. Terus seperti itu, hingga si tikus benar-benar mati." Menunjuk para mutan dan monster, "bukankah mereka sedang diperlakukan seperti itu oleh Bonbon sekarang," lanjut Dave dengan lengkungan samar di sudut bibir.
Prizil tidak mau mengakui hal ini. Tapi, siapapun yang melihat bagaimana perlakuan Bonbon terhadap semua mangsanya ... kenyataannya memang demikian. Si kecil, sedang bermain-main dengan monster dan mutan, sebelum benar-benar melahap mereka.
"Entah mengapa, aku merasa sedikit kasihan pada mereka," gumam Prizil yang membuat Dave langsung menatapnya.
"Aku tahu. Tidak seharusnya kita menaruh rasa kasihan terhadap musuh terbesar umat manusia. Tapi, menjadi sandera hukuman mati sperti ini, jauh lebih menyiksa dibanding langsung dimakan."
Sedari tadi, Prizil mendengar suara degup jantung yang sangat kuat dari puluhan monster dan mutan yang bertepuk. Itu sperti genderang yang siap meledak kapan saja, bahkan ... ya, salah satu jantung monster sudah ada yang meledak, tepat setelah Bonbon memakan Chameleon tadi.
"PIJIL! DEP. LIAT APA BELIAN NA TAKAP UNTUK BONBON. MAMAM WALNA BILUUUU ...." Bonbon berteriak dari kejauhan, sambil menyeret rumpun besar mawar biru.
Terlihat kalau sulur-sulur berduri mawar itu mencoba menggapai balok-balok es sekitar, berusaha memperlambat langkah si rumput.
Tapi, begitu Bonbon menatap kebelang! seperti tanaman yang mati suri, si mawar terbaring lemas tidak berdaya seolah dirinya pasrah ditarik.
"Becal kan? Kenang lama lah ini Bonbon na mamam buna bilu bilu," ungkap sikecil begitu Prizil dan Dave mendekat.
"Rosa lividus? Aku pikir mutan ini telah punah. Tidak menyangka mereka menyebar bibit di planet Alamanda." Dave berkomentar, semantara Prizil berjongkok kemudian menyentuh sehelai daun Bonbon yang terdapat lapisan es tipis di atasnya.
"Kita lanjutkan besok saja, ya? Bonbon sudah kedinginan," ucap Prizil namun sikecil malah menggeleng kuat.
"Ndak Pijil na. Manak mamam lagi Bonbon na haluc bawa." si kecil menjawab antusias, kemudian kembali menarik rumpun bunga mawar biru kerah tumpukan 'makanan.'
"Mengapa Bonbon tidak memakannya disana?" tanya Dave tiba-tiba, membuat langkah sepasang akar putih terhenti.
Seolah menyadari sesuatu, Bonbon melepas sulur-sulur yang melilit dahan utama mawar ... lalu menatap Dave.
"NAPA DEP NA NDAK CAKAP DALI TADI? DAH CAKIT PUGUN (PUNGGUNG) BONBON NA TALIK TALIK MAMAM NI!!" Bonbon protes menyalahkan Dave, mengapa menyebutkan hal itu sekarang?
Dari tempat Belian bertarung melawan mutan, itu sangat jauh. Dan butuh waktu sekitar setengah jam bagi Bonbon bolak-balik untuk mengumpulkan mangsa!
Dan karena terus bergeraklah bonbon tidak terlalu merasa kedinginan.
"Jadi, apa tujuan Bonbon senarnya membawa semuq mangsa kesini?" tanya Dave lagi, langsung membuat sang rumput terdiam.
"He ha'a lah! Napa Bonbon na bawa cemua mamam cini?"
Menatap tumpukan monster dan mutan, kemudian arah tempat dia membawa semua makluk berbahaya itu! Bonbon bingung sendiri, mengapa dia menarik jauh-jauh semua mangsanya sedangkan dia bisa memakan makanan itu ditempat Belian bertarung.
"Habiskan semua mangsa, maksudku semua makananmu. Setelah itu kita akan menyusul jenderal." Prizil memijit keningnya tidak habis pikir dengan kelakukan Bonbon. Adakah makluk yang lebih polos dan bodoh selain Bonbon didunia ini?
"Umm ... Bonbon na pun dah lapal. Tugu cikijap aa, Bonbon mamam cemua na!"
Para mutan dan monster tidak mengerti ucapan si rumput atau para manusia. Tapi satu hal yang pasti, mereka merasa ... sebentar lagi akan dimangsa!!!
Dengan itu rumpun mawar biru dibelakang memberontak, kemudian dengan susah payah berdiri di atas es, sebelum berlari dengan kecepatan tinggi.
"OYYY ... JANAN KABUL MAMAMMMM!!!"
Asap hitam langsung keluar dari tubuh Bonbon lalu mengejar sang mawar. Sementara Prizil dan Dave yang melihat hal ini untuk yang kesekian kali, tidak bisa berkedip dan menatap seluruh proses dengan mata terbuka lebar.
Hanya sepersekian detik rumpun mawar biru telah ditutupi asap hitam, dan suara lengkingan tajam terdengar, hingga membuat dua pasukan yang dikomandoi Leonore dan Viola ... segera memasang posisi siaga.
"Beberapa jantung monster meledak lagi," komentar Prizil tanpa mengalihkan tatapan.
"Apakah dimangsa Bonbon merupakan hal yang menakutkan?" Dave bertanya namun tidak ada satupun yang menjawab.
Bagaimana tidak. Mereka sudah terbiasa melihat para monster dan mutan saling memangsa. Siapa yang lemah akan mati dan dimakan, namun ... kejadian langka seperti ini, baru pertama kali dilihat oleh Dave.
Mutan dan Monster ketakutan saat menjadi mangsa rumput kecil.
"Bisakah kita meneliti asap hitamnya?" Pertanyaan itu diungkapkan oleh Prizil, sebelum dia akhirnya sadar dengan apa yang dia tanyakan.
"Tidak menutup kemungkinan. Tapi bagaimana mengambil asap itu? Dan lagi ... apakah itu bisa diambil lalu di teliti?" Dave menanggapi. Jujur, dia juga sangat penasaran dengan asap hitam milik Bonbon.
"Waaaaakkk ... enak! Mamam walna bilu na palin (paling) enak!"
Terdengar sendawa puas dari si rumput, sebelum Bonbon berbalik kemudian menatap semua makanan yang telah ditumpuk.
"Slurppp ... kenang lah Bonbon malam nih," lanjut sikecil sebelum asap hitam yang membumbung tinggi keluar, langsung menenggelamkan semua monster dan mutan.
E-terminal ditangan dua manusia samping Bonbon! langsung mengeluarkan peringatan nyaring, mengonfirmasi kalau ada bahaya tingkat tinggi disekitar.
"Bahaya! Tingkat kekuatan tidak diketahui. Bahaya, tingkat kekuatan tidak diketahui. Bahaya ...."
Asap hitam Bonbon jelas tidak diarahkan pada mereka, tapi ... tubuh Prizil dan Dave, kini bergetar hebat dan satu pemikiran pun tumbuh dikepala dua orang ini.
'Jangan sampai dimangsa oleh sang rumput.'
Tadi mereka tidak merasakannya karena Bonbon mengeluarkan asap hitam dalam jumlah kecil. Tapi sekarang ... rasa takut telah menggerogoti organ dalam dua manusia itu, hingga membuat Prizil terjatuh diatas es.
"Hahhh ... hahhh ... hahhhh ... a-apa itu ...." suara Prizil bergetar hebat, mengabaikan alarm yang berbunyi semakin nyaring pada E-terminal. Sementara disamping, kondisi Dave tidak jauh lebih baik.
"Nam nam nam ... ENAK! INI ENAK, ITU ENAK ... CEMUA NA ENAAKKKK ...."
Bonbon melompat-lompat riang, mengabaikan dua orang disamping yang tampak susah bernafas.
Si kecil terlalu fokus makan, antusias merasakan setiap rasa berbeda dari berbagai Mutan dan Monster.
Ini seperti mencicipi semua jenis masakan lezat dari berbagai dunia, membuat si rumput makin lapar dan lapar ... serta tidak sabar untuk mencoba piring lainnya.
Bonbon yang memakan utuh semua makluk berbahaya tingkat tinggi! Tidak menyadari kalau tubuh rumputnya tiba-tiba bercahaya, sebelum si kecil kembali berubah menjadi bayi manusia.
Karena Bonbon tidak memakai apapun saat ini, otomatis dua kaki akar telah digantikan oleh sepasang telapak gembul tanpa alas, langsung menginjak es yang dingin.
'Brukkkk ....'
"AAAAAA ... DINIIIIINNNN!!!"
Buntalan tel*njang yang tidak siap berteriak kedinginan! Kemudian kakinya tergelincir hingga dua pantat kenyal langsung terduduk diatas es tebal.
"HUAAAA ... TOLONG BONBON NA," teriak Bonbon lagi, berusaha mengangkat pantat tapi ....
"BELIAN! PATAT BONBON NDAK BICA DITALIIIIKKK INIIII ...."
Daging manusia tanpa pakaian menempel dipermukaan es, membuat Bonbon makin panik hingga si bayi menangis.
Sementara itu, didekat tumpukan Monster yang belum selesai di mangsa oleh Bonbon! Terlihat asap hitam telah menghilang, meninggalkan satu bola berduri kecil, yang menggigil ketakutan.
Itu adalah mutan kaktus bulat berwarna hijau, dengan akar seperti kaki laba-laba.
Kaktus itu hanya sebesar telapak tangan orang dewasa, dengan dua lubang hitam yang seperti ... mata?
Seolah mendengar sesuatu, kaktus yang ternyata menangis dengan air mata bercucuran! Menatap sekitar, sebelum tatapannya terkunci pada seorang bayi yang terduduk dan kedinginan diatas es.
Mutan aneh, tapi ... nasib mereka sama. Sepertinya mutan dengan kepala biru itu, juga ketakutan karena hendak dimangsa. Itulah pemikiran si kaktus dengan bunga kuncup es yang mekar di kepalanya.
Dengan itu, si kaktus kecil mulai berjalan perlahan, berniat menolong Bonbon.
To be Continue
Aaa ... Habis kerja langsung bikin novel. Moga suka 🫶